Sania 13

8.6K 69 6
                                    


Deg!

Detak jantung Sania bertalu cepat. Matanya membulat seiring dengan kehadiran mamanya yang berdiri tak jauh di belakangnya.

Gawat! Sania tak mau rahasia kotornya terungkap di depan Mila.

Dia dan Frans menatap pada wanita itu yang terlihat marah dan penuh prasangka.

Sialnya, Sania tak tahu kalau mamanya mengikutinya dari belakang.

“Katakan Sania, apa yang terjadi antara kamu dan Frans, hingga dia mengancam akan menceritakan semuanya pada Mama? Apa terjadi hal yang tidak seharusnya di antara kalian? Jawab Mama!!”  tuntut Mila berteriak sambil meremas bahu putrinya.

Dia butuh jawaban sekarang. Lalu pikiran-pikiran tentang keadaan putrinya yang murung beberapa hari ini, semakin menambah kecurigaan Mila terhadap Sania dan Frans.

Tak mungkin mendapat jawaban dari pria tampan yang berdiri santai di depannya, Mila menuntut agar Sania bicara. Meski beberapa detik lamanya, gadis itu hanya mematung dengan pandangan suram.

“Ayo Sania, bicara sama Mama. Apa yang terjadi antara kamu dalam Frans? Kamu nggak mungkin mengecewakan Mama sejauh ini, ‘kan?!”

Pandangan Mila berubah nyalang. Entah kenapa hatinya tiba-tiba  ketakutan.

Jaman sekarang, bukan hal aneh bagi anak remaja jadi simpanan pria dewasa. Dia takut salah satunya adalah putrinya yang jadi sugar baby dan melayani Frans. Tidak, Mila tak akan memaafkan seandainya hal itu benar-benar terjadi.

Tak ingin gadis incarannya tertekan, Frans melerai keduanya. “Sabar Mil, jangan membuat dia takut. Ini gak seperti yang kamu pikirkan. Percayalah.”

Dia juga  berbisik pada Sania dengan suara pelan. “Perlu Om ingetin kalau mamamu memiliki penyakit jantung. Jadi, hati-hati bicara dengannya.”

Kini mata Sania membola. Mata tajamnya yang memerah melirik ke arah Frans yang mengangguk sekilas. Sementara Mila masih menuntut jawaban dengan emosi menggebu.

Tak ingin membuat mamanya sakit seperti yang sering dia lihat di sinetron, Sania buru-buru manggeleng.

“Iya, Ma. Nggak ada yang terjadi antara aku dan Om Frans. Ini nggak seperti yang Mama pikirkan, kok,” balasnya sambil menggigit bibir bawah. Sania terpaksa berbohong untuk keselamatan mamanya.

“Kamu nggak bohong sama mama, ‘kan?” tanya Mila lagi. Dia melihat manik mata putrinya yang bergerak-gerak seperti sedang mencari alasan.

“Emh, aku memang melakukan kesalahan waktu nginep di rumah Liby, makanya gak berani ketemu sama mereka. Tapi aku udah minta maaf kok, Ma,” lanjut Sania lagi tapi tak sepenuhnya dipercaya oleh Mila.

“Kamu yakin dengan ucapanmu? Dan kamu nggak lagi bohongin mama, ‘kan, Sania?”  Mila lagi- lagi mengguncang bahu putrinnya.

Sania hanya menjawabnya jangan anggukkan pelan. “Iya, Ma. Dan Mama tenang aja, Sania akan bereskan semuanya nanti.”

Mila mendesah lega. Dia meraup udara banyak-banyak yang sempat membuat paru-parunya sesak. Pengakuan putrinya cukup membuat perasaannya lega. Lagipula dia terlalu berpikiran jauh kalau Frans dan Sania ada apa-apa di belakangnya.

“Iya, Mil. Sania melakukan sedikit kesalahan, itu juga yang membuat dia kabur dari villa karena tak bisa menanggung malu lebih jauh, terlebih di hadapan Liby. Tapi kamu tenang aja, tak ada yang mesti kamu khawatirkan. Lagi pula Sania ini seperti putriku sendiri dan aku sudah memaafkannya,” ujar Frans menjelaskan sambil membelai rambut Sania, membuat punggung gadis itu meremang.

“Syukurlah kalau kalian tidak  ada apa-apa. Mungkin aku aja yang terlalu berpikiran jauh. Maklum aku seorang ibu yang takut anak gadisnya terjadi apa-apa. Ya sudah, sebaiknya kalian berangkat sekarang,” suruh wanita itu sambil mengusap bahu Sania. “Maafkan Mama, ya, karena udah nuduh kamu yang bukan-bukan.”

Lari dari Obsesi Om FransTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang