Sania 15

8.7K 64 3
                                    

Maaf ada acara syukuran di rumah jadi telat update. 🙏🙏✌️😄

Kilatan cahaya blitz dari kamera yang membidik membuat gadis itu mengerjapkan matanya yang sayu.

Sania linglung, bingung, tak bertenaga dengan seluruh badan yang tak mampu untuk digerakkan.

Matanya memindai sekitar. Kepalanya berdenyut-denyut nyeri memperhatikan ruangan yang tampak asing tersebut.

‘Di mana aku? Dan apa-apaan ini?’ batinnya bertanya-tanya. Satu-satunya yang dia ingat kali terakhir adalah,  meminum air pemberian Frans. Dan Sania merasakan seluruh tubuhnya sangat dingin sekarang.

“Frans, dia mulai sadar. Gimana ini? Tetep mau lanjut atau kita sudahi saja?” tanya seorang pria yang memakai kemeja lengan pendek plus rompi di bagian luar.

Apa mereka sedang memotretku? Ya ampun, Om Frans. Kau benar-benar pria sialan!’

Sania yakin ia adalah seorang fotografer. Dan makin khawatir karena Frans sedang mengambil keuntungan lebih darinya.

“Lakukan  saja tugas lo. Bukankah lebih bagus kalau matanya sedikit terbuka. Kesannya terlihat alami saat di foto.”

Frans menjawab dengan perasaan penuh minat pada gadis yang berbaring pasrah. Badannya panas melihat penampakan menggiurkan itu, belum lagi jagoannya yang menggeliat menatap pada gadis tak berdaya, yang sedang berpose di atas ranjang.

“Oke, kalau begitu.”

Seperti tidak terpengaruh, orang itu kembali membidik Sania dari berbagai sudut.

Satu orang  lainnya bertugas  mengubah posisi. Sania kini berbaring di atas tempat tidur tanpa mengenakan pakaian, hanya terbalut oleh kain seadanya yang menutupi bagian inti tubuhnya.

‘Hei, apa yang kau lakukan? Jangan sentuh aku, brengsek! Pergi!!’

Sania ingin berteriak. Tapi suaranya tercekat di tenggorokan. Mulutnya kering, tenaganya hilang, dia seperti boneka tanpa tulang yang tak mampu melawan apalagi membela diri. Bahkan untuk menggerakkan ujung jari pun dia tidak bisa.

‘’Kau sangat cantik gadis muda. Sayang memang kalau tubuhmu tidak dimanfaatkan!” puji pria mesum itu dengan senyum menyeringai.

Tiga orang pria yang ada di sana merasakan gairah yang sama. Menatap penuh nafsu yang ditekan pada seorang gadis yang baru saja mekar.

‘Pergi kau dan menjauhlah dariku!’ teriak Sania lagi dengan bibir terkatup.  Dia ingin memberontak, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Yang bisa dia lakukan hanya menangis dalam diam.

“Dia nangis. Apa lo gak kasian sama dia? Lo yakin gak mau beresin sampe sini? Lagian kayaknya gambar yang kita ambil sudah cukup banyak,” tanya orang itu lagi pada Frans yang asik menghisap tembakau di dekat pintu balkon.

Frans  kembali melirik pada punggung mulus tanpa cela. Bahu gadis itu berguncang kecil.

“Lakukan tugas lo seperti biasa dan gak usah cerewet seperti anak kecil. Lo tau ‘kan saat kita jual foto-foto itu nantinya, bukan cuma gue  yang akan diuntungkan, tapi elo juga. Jadi tetaplah profesional.”

Frans menjawab jengah. Menatap sahabatnya nyalang. Dia tak suka orang yang cerewet, kecuali Sania. Dia menikmati setiap rengekan dan  permohonan gadis itu yang tanpa daya.

“Sorry, Frans.” Orang itu menyahut sambil melanjutkan kegiatannya. Memotret dan memastikan hasilnya bagus.

Setelah beres orang-orang itu meninggalkan mereka berdua. Frans yang menatap penuh minat mendekat ke arah ranjang. Sejak tadi mati-matian dia menahan hasrat yang menggelora. Melihat pemandangan menakjubkan di depannya, siapa yang tidak akan tertarik.

Lari dari Obsesi Om FransTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang