13. Unreasonable Request

192 25 13
                                    

Happy Reading
───────•°•❀•°•───────

Bulan kian berganti, kini usia kandungan Cheng Xiao telah menginjak bulan ke tujuh. Perutnya bulat besar, tak bisa lagi disamarkan menggunakan baju over size seperti biasa.

Karena hal tersebut, Xiao Zhan mulai melarang adiknya keluar rumah. Ia tak mau ada kenalan yang mengetahui kondisi Cheng Xiao yang tengah berbadan dua. Mengingat, wanita itu hamil di luar nikah.

Sebenarnya, masalah ini tidak akan menjadi rumit jika saja Cheng Xiao hamil anak dari kekasihnya. Xiao Zhan bisa langsung meminta laki-laki itu untuk bertanggung jawab. Namun apa yang hendak dikata, sosok yang menghamili Cheng Xiao bukanlah orang lain melainkan paman mereka sendiri. Menyebabkan kehamilan itu menjadi sebuah aib yang harus ditutupi.

“Apa yang kamu pikirkan, Dear?”

Wang Yibo memeluk Xiao Zhan dari belakang. Dagu runcingnya disandarkan di atas bahu sang kekasih. Ia memejamkan mata saat aroma khas dari pria bergigi kelinci itu masuk ke dalam indra penciuman. Rasanya begitu menenangkan.

“Yibo, perut Xiaoxiao semakin membesar. Sebentar lagi dia akan melahirkan. Aku tidak mau adikku membesarkan anaknya tanpa sosok suami. Orang-orang pasti akan menggunjing mereka. Mengatakan banyak hal buruk tentangnya. Aku sungguh takut ... takut jika adikku tidak akan kuat menghadapinya. Jadi, bisakah kamu menolongku?” Xiao Zhan mulai menangis.

Perasaan Wang Yibo langsung tak enak. Bahu bergetar sang kekasih menimbulkan ketakutan tersendiri untuknya. Entahlah, ia tak bisa menjabarkan mengapa ia merasa demikian. Meskipun begitu, Yibo tetap mempertahankannya apakah kiranya yang dibutuhkan sang kekasih dari dirinya.

“Dear, apa yang harus kulakukan untukmu?”

Xiao Zhan menarik napas panjang. Mencoba untuk tidak terisak walau rasanya begitu sulit. Ia mengelus-elus pelan punggung tangan yang meliliti pinggangnya. Benaknya bertanya-tanya, benarkah keputusan yang hendak diambil ini? Apakah ia yakin akan mengorbankan kebahagiaannya sendiri demi Cheng Xiao?

Rasa ragu itu jelas ada. Namun, ketika bayang-bayang adik dan keponakannya hidup dengan penuh caci maki, Xiao Zhan sontak menghilangkan keraguan yang ada. Ia meyakinkan diri jika keputusannya sudah benar.

Sayangnya, Xiao Zhan hanya mempertimbangkan dari satu sisi saja. Ia tidak mempertimbangkan perasaan Cheng Xiao ataupun Yibo yang akan menjalani kelak, hingga menyebabkan kekecewaan yang mendalam di hati keduanya.

Menghadapi suasana bisu yang tiba-tiba saja tercipta, Wang Yibo menanti dengan harap-harap cemas. Entah kenapa ia merasa enggan untuk mendengarkan permintaan sang kekasih. Firasatnya seolah berkata jika apa yang hendak diminta oleh Xiao Zhan kali ini adalah sebuah kemustahilan yang sulit untuk ia wujudkan.

“Dear ...,” panggil Yibo lembut.

Xiao Zhan pun membalik badan menjadi saling berhadapan. Iris indah itu tampak memburam. Riak-riak bening kian berpendar di balik kelopak mata yang mulai membengkak sembab.

Pria manis itu lalu bersimpuh di lantai. Menggenggam erat tangan Wang Yibo, seakan-akan hanya pria itulah satu-satunya tumpuan yang ia miliki di dunia ini.

“Dear, apa yang kamu lakukan? Ayo cepat bangun!” Wang Yibo menarik Xiao Zhan untuk berdiri tapi pria manis itu tetap kekeh di posisi.

“Aku tahu aku egois tapi aku tidak punya pilihan lain. Untuk kali ini saja, tolong buktikan cintamu padaku. Jika kamu benar-benar mencintaiku, tolong nikahi adikku. Tolong bertanggung jawablah pada bayi yang ada di dalam kandungannya. Aku mohon, Yibo. Tolong aku ....”

After That Night (Yizhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang