09. Bersama lagi?

24 8 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Pada akhirnya, haruskah menaruh kepercayaan lagi padanya?"
–Arin

Arin duduk dengan tenang sambil menyeruput minuman matcha kesukaanya. Sesekali ia membuka handphone nya untuk berkabar dengan orang yang ingin ia temui sore ini.

Memandangi ruang sekitar, arin ingat betul dulu ia dan keluarga sering berkunjung kesini. Sekarang juga masih sering, tapi mungkin hanya Arin sendiri.

Hampir setengah jam arin menunggunya, akhirnya orang yang ditunggu tunggu itu datang. Seulas senyum merekah diwajah nya yang terlihat semakin tua.

Arin segera menyalimi ia yang baru saja datang, sebagai tanda hormat nya. Rio duduk tepat didepan Arin yang sedikit mengulas senyum nya. Hening beberapa saat hingga salah satu diantara nya menanyakan kabar.

"Apa kabar rin?"

"Alhamdulillah, sehat pak."

"Kamu kelihatan lebih kurus ya sekarang?"

Arin mengangguk dengan seutas senyum yang merekah "Seperti yang bapak lihat, tapi aku baik baik saja pak"

"Waktu itu kamu kalo main kesini pasti selalu pesan matcha, ternyata sekarang juga masih ya" Gumamnya.

"Yaa, seperti yang bapak lihat, aku selalu suka matcha."

Rio hanya bisa tersenyum, mengingat semua hal yang disukai arin selalu membuatnya bernostalgia ke masa masa saat arin masih kecil.

Masih dengan senyumnya, rio ingin sekali memanfaatkan waktunya yang singkat ini untuk segera menceritakan semuanya sebelum semakin terlambat. Walaupun, nyatanya memang semua itu sudah terlambat. Setidaknya rio menjelaskan yang sebenarnya terjadi kala itu.

" Sepertinya jika bapak bilang ini sedari dulu, pasti tidak ada kesalah pahaman antara kita semua." Ujar rio miris.

Kali ini Arin tidak mau egois, ia harus bisa mendengarkan apa yang akan rio jelaskan. " memangnya apa?" Tanya arin mulai penasaran dengan topik pembicaraan ini.

Helaan napas berat keluar dari mulut rio, mengingat hal yang dulu membuat semuanya salah paham. "Dia itu bukan siapa-siapa, kalo kamu tau, dia itu dulu nya memang masa lalu saya."

Arin hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Ia berusaha tidak  langsung mengambil kesimpulan, ia takut salah paham lagi. ia berusaha tetap diam mendengarkan dan tetap menunggu rio melanjutkan ceritanya. 

Rio mulai menceritakan semuanya, tanpa dilebih-lebihkan dan dikurang-kurang kan.

Hingga tak terasa hampir tiga jam lebih arin mendengarkan rio bercerita. Ia menyeka air mata yang sedari tadi terus mengalir dari pelupuk mata nya

Bahkan Arin sendiri malu kepada rio saat ia sangat angkuh bahwa semua salah rio. "Pak, maaf..."

Seketika arin memeluk tubuh yang semakin kurus dimakan waktu itu.

Penyesalan semakin menggerogoti pikiran Arin, namun ia masih sulit percaya. Mana yang harus lebih ia percaya, banyak pertanyaan dikepala nya yang belum ia sampaikan.

Bagaimana jika semuanya ternyata hanya alibi Rio? Bagaimana jika itu semua benar? Banyak sekali bagaimana yang belum sempat terucapkan tapi sudah lama tertelan oleh semua rasa iba.

◇◇◇

Diruang gelap namun penuh itu lisa berusaha terlelap dengan bising nya suara disekitar nya. Sesekali ia mengingatkan teman temannya untuk tidak terlalu berisik karna ini sudah malam. Namun nihil, semuanya semakin berisik bahkan seisi kepalanya sekarang sudah mulai berkontribusi dalam kebisingan itu.

Lagi lagi rasa bersalah menggerogoti dirinya. Kejadian lalu saat ia mencelakai seseorang baru terasa penyesalannya sekarang.

Penyesalan penyesalan atas semua kegaduhan yang sempat ia buat semakin berputar di kepala, menguak satu persatu kejadian gila yang sering kali ia lakukan.

Duk

Sebuah guling mendarat dengan cukup keras di wajah Lisa yang sedang mendongak menatap langit langit kamar.

Bukannya marah, Lisa malah menangis. Entah karena apa ia menangis sejadi jadi nya.

Teman temannya yang sedari tadi bergurau itu langsung terdiam. Heran dengan lisa yang biasanya langsung marah marah jika merasa terusik, namun justru sekarang malah menangis.

Satu orang teman nya mendekati lisa, menanyakan keadaanya "Kamu kenapa?"

Tidak ada jawaban dari Lisa, ia masih tetap menangis, menelungkupkan wajahnya pada bantal.

"Tuh, makanya kalo udah malem pada tidur, jangan malah bercanda gitu jadi ada yang nangis kan." ujar salah satu orang berambut sebahu yang berada di kamar itu.

"Lagian, lo yang mulai duluan" Ucap yang lainnya kukuh dan saling menyalahkan.

"Udah udah, malah makin ribut." Ujar gadis berambut sebahu itu menengahi.

"Tapi dari tadi, gue lihat lisa emang bengong mulu tau." gumam salah satu dari mereka.

"Maksudnya?"

"Iya, bengong terus dari tadi. Terus pas lo ga sengaja lempar guling ke dia malah langsung nangis." jelasnya.

Sontak mereka yang mendengar penjelasan itu seketika saling bertatapan. Sepertinya mereka punya pikiran yang sama tentang lisa sekarang.

"Jangan jangan-" ucap nya menggantung.

"Jangan jangan lisa kesurupan" Lanjut salah satu dari mereka.

Lisa yang mendengar itu seketika berhenti menangis.

Ia sangat takut jika ada orang kesurupan. Lisa tidak sadar kalau mereka sedang membicarakannya.

"Tuh kan malah berhenti, kayanya setan nya denger deh"

Seketika mereka langsung bergegas keluar dari kamar itu dan langsung diikuti lisa yang lebih ketakutan.

Seketika mereka langsung bergegas keluar dari kamar itu dan langsung diikuti lisa yang lebih ketakutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












AFTER 1074 DAY'S (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang