9| Movie Time

141 29 5
                                    

Mobil yang dinaiki Aldebaran berhenti perlahan di depan rumah yang tampak megah dengan dominasi warna putih bersih. Aldebaran keluar dari mobilnya dengan langkah tegas, mengenakan kemeja putih yang terlihat sangat pas di tubuhnya, serta jas hitam yang sengaja ia lepas dan dibawanya begitu saja.

Begitu sampai di depan pintu, ia membukanya dan masuk ke dalam rumah dengan hati-hati, seolah tak ingin mengganggu ketenangan malam itu.

“Assalamualaikum,” ucapnya pelan namun terdengar jelas di dalam rumah.

Salam itu langsung sampai di telinga Rossa, yang tengah duduk nyaman di ruang tengah dengan sebuah buku bacaan di tangannya. Mata wanita paruh baya itu terangkat dari halaman buku yang tengah ia baca, dan seketika senyumnya merekah begitu melihat putra sulungnya yang sedang berjalan ke arahnya.

"Walaikumussalam, sayang," balas Rossa dengan hangat.

Aldebaran menghampiri ibunya, menyalami tangan Rossa dengan penuh hormat, Rossa menyambut uluran tangan putranya dengan lembut, memandang wajah Aldebaran yang meski lelah setelah seharian bekerja, tetap menyimpan keteduhan di matanya.

"Mama kok belum tidur?" tanya Aldebaran, melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan malam tepat.

Rossa tersenyum kecil, “Mama belum ngantuk, Al” jawabnya dengan tenang.

Aldebaran mengangguk paham. “Oiya, Andin dan anak-anak di mana yaa, Mah?"

"Mereka di kamar. Tadi Reyna dan Askara nungguin kamu pulang, tapi kayaknya mereka udah ngantuk. Andin akhirnya bawa mereka ke kamar,” jelas Rossa lembut.

"Yaudah, kalau gitu aku ke atas dulu yaa Mah, mau lihat mereka."

"Iya, sayang" pesan Rossa, melepas Aldebaran dengan senyum lembut seorang ibu yang penuh perhatian.

Aldebaran melangkah ke tangga yang mengarah ke kamar anak-anaknya di lantai atas. Suara sepatunya yang teratur di atas lantai, berbaur dengan keheningan malam yang nyaman. Sampai di depan pintu kamar anak-anaknya, Aldebaran berhenti sejenak, mendengarkan suara lembut Andin yang sedang membacakan dongeng. Ia membuka pintu itu perlahan, memastikan agar tidak menimbulkan suara yang mengganggu.

Begitu pintu terbuka, pemandangan menenangkan langsung menyambutnya. Di ranjang besar itu, Andin tengah duduk bersandar di headboard, dengan buku dongeng di pangkuannya. Reyna dan Askara terbaring manis di kedua sisi tubuh Andin, matanya mulai sayup-sayup. Namun, kedatangan Aldebaran langsung memancing keriangan dari dua bocah kecil itu.

“Papaaa!” teriak Askara begitu melihat sosok ayahnya di ambang pintu, diikuti oleh Reyna yang langsung tersenyum lebar menyambut kedatangan Aldebaran.

Aldebaran tertawa kecil, hatinya hangat melihat reaksi anak-anaknya. Ia berjalan mendekat ke tempat tidur dan langsung mencium pucuk kepala Reyna dan Askara dengan penuh kasih sayang. "Halo, kesayangannya Papa,” ucap Aldebaran lembut, suara rendahnya membuat anak-anak itu tersenyum semakin lebar.

“Kok belum bobo sih, anak-anak Papa?” tanyanya sambil tersenyum lembut, mengusap lembut kepala Reyna yang masih setengah mengantuk.

Andin menutup buku dongeng dan menatap Aldebaran dengan senyum kecil di wajahnya. “Tadi udah hampir tidur, tapi begitu denger suara Papanya datang, langsung bangun lagi,” jawab Andin, sedikit menggeleng tak percaya

Aldebaran tertawa pelan mendengar itu. “Maaf ya, Papa ganggu waktu tidur kalian.”

“Yaudah, Papa mau bersih-bersih dulu, ya. Kalian bobo yang nyenyak.”

Kemudian Aldebaran mencium kepala kedua anaknya sekali lagi. "Selamat tidur, Reyna, Askara. Love you nak."

"Good night papa, love you more" jawab Reyna sambil mengucek matanya yang semakin berat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEMBILUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang