8| Konferensi Pers

200 30 2
                                    

_______________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_______________________________________

.
Aldebaran baru saja tiba di kantornya, sebuah gedung tinggi yang menjulang di pusat kota. Saat ia melangkah masuk, para karyawan yang berada di lobby dan sekitar kantor memberikan salam hormat, menundukkan kepala sebagai tanda penghargaan. Aldebaran, dengan postur tubuh tegap dan wajah penuh kewibawaan, hanya mengangguk ringan, tanpa memperlambat langkahnya.

Setelah mencapai lantai atas, ia langsung menuju ruang kerjanya. Aldebaran menduduki kursi kebesarannya, seolah-olah tempat itu memang diciptakan khusus untuknya. Di hadapannya, tumpukan berkas-berkas penting sudah tersusun rapi, menunggu untuk diperiksa.

Belum lama Aldebaran membuka salah satu map, terdengar suara ketukan di pintu. Tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas, ia menyahut dengan tenang.

"Masuk"

Rendy sang asisten pribadinya yang selalu setia, segera masuk setelah mendapat izin. "Pagi Pak," sapa Rendy dengan sopan sambil sedikit membungkuk.

Aldebaran menatap sekilas lalu menutup berkas di tangannya. "Pagi, Ren. Gimana persiapan untuk konferensi pers?" tanyanya langsung ke inti pembicaraan, suaranya tegas namun tenang.

Rendy berdiri tegap di depan meja kerja Aldebaran, "Semua sudah siap, Pak. Tim kuasa hukum kita juga sedang dalam perjalanan ke lokasi. Saya sudah siapkan semua berkas dan bukti yang diperlukan," jelasnya dengan penuh percaya diri.

Aldebaran mengangguk, "Bagus" ucapnya singkat, sebelum mengalihkan pandangannya lagi.

"Terus, gimana kelanjutan soal akun-akun itu? Apa ada perkembangan?"

Rendy menarik napas, sejenak berpikir sebelum menjawab, "Belum ada jawaban dari mereka, Pak. Masih sama seperti kemarin, meskipun kita sudah beri peringatan secara resmi."

Senyum tipis muncul di sudut bibir Aldebaran. "Lumayan juga nyali mereka," katanya dengan nada datar, tapi penuh makna.

"Baik, kita lihat nanti setelah konferensi pers. Mungkin mereka akan berpikir dua kali"

"Baik, Pak," Rendy mengangguk setuju.

"Apa ada hal lain yang perlu saya siapkan, Pak?"

Aldebaran menyandarkan tubuhnya ke kursi, berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Nggak ada. Fokus saja dulu untuk konferensi pers. Pastikan semuanya berjalan sesuai rencana."

"Baik, Pak. Kalau begitu saya pamit untuk melanjutkan persiapan," Rendy berkata sambil bersiap-siap untuk keluar.

"Silakan," jawab Aldebaran, ia hanya mengangguk saat Rendy berbalik dan meninggalkan ruangan, menutup pintu dengan pelan.

•••♠•••

Kini waktu yang dinanti pun tiba. Para wartawan dari berbagai media sudah ramai berkumpul di ruangan konferensi pers, suasana terasa semakin tegang seiring detik-detik yang terus berlalu. Ruangan besar itu dipenuhi dengan sorotan kamera dan kilatan cahaya dari blitz yang terus-menerus menyala, siap menangkap setiap detail. Para jurnalis yang hadir tampak sibuk mempersiapkan peralatan mereka, ada yang sedang menulis, berbicara dengan kolega mereka, atau berdiskusi tentang topik besar yang akan dibahas.

SEMBILUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang