Sakura berangkat ke Furin lebih pagi dari biasanya bersama Umemiya, mengenakan sweater besar yang mampu menutupi ekor dan juga telinga kucingnya agar tidak mengejutkan orang lain, meski seluruh siswa Furin sudah mengetahui kejadian kemarin. Sakura tetap tidak mau dilihat dalam kondisi aneh seperti itu, pikirnya.
Tangannya memegang roti yang masih mengepulkan uap hangat, memakannya pelan-pelan sambil melirik sekitar lorong kelas yang lumayan sepi.
"Kak Ume?"
Umemiya sejak tadi memang menatapnya, dia hanya perlu menyahut lembut, "hm?" Kemudian Sakura sudah mengulurkan tangannya yang memegang roti.
"Sudah kenyang," begitu katanya.
Rotinya masih tersisa setengah, tapi Umemiya mengambilnya tanpa keberatan. "Yakin? Mau disimpan untuk nanti?"
Kepala Sakura menggeleng hingga tudung sweaternya jatuh. "Tidak, kak Ume saja habiskan."
Umemiya tersenyum usil. "Ooohhh, terima kasih, sayang."
"A-APASIH, ITU BUKAN KARENA AKU MAU BERBAGI DENGANMU!"
Wajahnya sudah pasti memerah, seperti tomat kesukaan Umemiya, jadi dia tertawa geli. Sementara tangannya terulur untuk mengusap rambut Sakura. "Sakura sweaternya boleh dibuka, lagipula anak-anak lain sudah tahu kondisimu."
Sakura mengelak, dia maju selangkah lebih dekat dengan Umemiya untuk memasukan tangannya ke dalam saku celana. Mengambil susu kotak yang tadi dia titipkan pada Umemiya.
"Ya ampun, kamu membuatku terkejut," keluh Umemiya kaget. Sakura terlalu dekat dan tangannya yang masuk tiba-tiba membuatnya merinding, padahal cuma sekejap mata.
Sakura menusuk bagian lubangnya dengan sedotan dan meminumnya dengan tenang. "Sana pergi, aku akan masuk ke kelasku."
"Baiklah, aku akan datang lagi nanti ya." Umemiya menggigit roti sisa Sakura dan berjalan dengan santai menuju kelasnya sendiri, atau mungkin dia akan menuju rooftop, basecamp miliknya.
Sakura menggeser pintu kelasnya dan beberapa orang yang sudah datang di sana berlomba-lomba mendekatinya.
"SAKURA!!"
"WAH, KAMU DATANG SEKOLAH!"
"Oh, Sakura sudah datang?" Suo muncul di belakangnya bersama Nirei, mereka baru saja tiba.
Sakura menepis tangan-tangan jahil yang berusaha menyentuh telinga kucingnya yang tersembunyi didalam tudung sweater. "Jangan coba-coba kalian menyentuhnya!"
"Gezz, pelit sekali~ aku sangat penasaran!"
"Buka saja sweaternya, untuk apa kamu menutupinya? Kami semua sudah melihatnya kemarin," ujar Nirei.
Itu memang benar, lagipula lama-lama terasa panas. Jadi sakura membuka sweater besar milik Umemiya, lalu merapihkan seragamnya yang sedikit kusut. Nirei yang mengambil alih sweater itu untuk dia simpan di loker.
Ekor dan telinga kucingnya segera menarik perhatian, bahkan Suo dan Nirei sudah mendekat dan menyentuh masing-masing telinga kucingnya.
Sakura tersentak dan meraung marah, membuat seisi kelas tertawa.
"ENYAH KALIAN SANA!"
"HAHAHAH~"
Menjadi captain kelas sama sekali tidak membuat Sakura berwibawa, dia masih terlihat seperti kucing tsundere yang mudah sekali merona jika digoda.
Suara dengung dari speaker kelas tiba-tiba terdengar.
"EKHEM! SEMUANYA SELAMAT PAGI!"
Sakura menutup kedua telinganya yang sakit, biasanya tidak semenyakitkan itu tapi kali ini suara keras membuat telinganya berdengung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tail and Ears
FantasyIn a short time Umemiya fell deeply in love ... Especially when Sakura has a tail and cat ears--