02. Kedekatan

161 77 18
                                    

"Waktu, biarlah waktu yang menentukan bisa atau tidaknya"
-Aliza Putri Amara

☆*:・゚

Aliza gadis cantik ini sedari tadi bibirnya tidak berhenti mengeluarkan sumpah serapah pada pacarnya, Sadipta. Bisa bisanya gadis seimut dan selucu dirinya disuruh pulang sendiri, benar benar tidak punya hati nurani.

Huhuhu, ini sudah sangat sore ibunya pasti tidak akan berhenti mengomeli dirinya ketika pulang.

Sekarang dia harus minta bantuan siapa kakaknya? Oh tidak dia pasti masih belum pulang. Mahesa? Pria itu pasti akan mengejek dan tertawa keras didepan wajahnya, menjengkelkan.

Karna tidak ada pilihan sesuai dirinya memutuskan jalan kaki, tidak lama berjalan dirinya melihat Mahesa di sebuah cafe yang tidak jauh dari sekolah.

"Aliza, woy Aliza!!" Tebak suara siapa? Tentu saja Mahesa.

Aliza berjalan semakin cepat berusaha mengabaikan Mahesa yang kini mencoba mengikutinya dan berteriak seperti orang gila, memalukan!

"Ishh berhenti bego! malu gua." Dirinya mengalah, berbalik dan menendang lutut Mahesa balasan karna meneriaki nya seperti orang gila. Mahesa meringis kesakitan tapi Aliza? dirinya tersenyum puas karna berhasil menistakan Mahesa.

"Ye elo sih, dipanggil dari tadi juga tuli lo kurong," ejek Mahesa.

Aliza menghembus nafas kasar, pria didepan nya ini benar benar menjengkelkan, bisa bisanya dia memanggilnya 'kurong' (kucing garong) di depan umum.

"Kenapa sendiri lo? Mana dita dita yang lo banggain itu?"

Aliza menyerngit kan keningnya bingung, dita? Siapa dita dirinya bahkan tidak kenal.

"Stress lo gua ga kenal dita magob,"

'Magob' adalah panggilan sayang dari Aliza untuk Mahesa magob adalah singkatan dari (macan goblog).

"Ya elah pacar sendiri ga kenal, si dipta kenapa ga bareng lo, kan lo bilang pulang bareng dia,"

"Sejak kapan dipta jadi dita monyet, lama lama gua kubur juga lo hidup hidup,"

Dirinya menggeleng kepala, nama pacarnya se estetik gitu ditukar jadi dita, pasrah gini nih kalau bicara sama pasien RSJ.

"Si dita itu ga ninggalin lo sendirian kan?" Mahesa menekan setiap kalimat yang keluar dari bibir nya.

"Kaga dia ada urusan OSIS, yakali dia ninggalin cewe secantik gua," Aliza berbohong, jika Mahesa tau itu hanya akan membuat Mahesa semakin benci pada Sadipta.

Dan tawa Mahesa pecah, tidak itu hanya tawa palsu yang dia rangkai untuk mengejek Aliza.

"Awokawok nasib pacaran ma kang OSIS, ditinggal mulu kan."

Kan sudah tertebak, dirinya akan tertawa keras di hadapannya. "Dia ninggalin gua karena urusan OSIS wajar sih,"

"Yakin, dia ga bakal ninggalin lo kalau wanita itu pulang?" Wanita itu, kata 'wanita itu' selalu dapat membuat Aliza terdiam.

"Dia udah ga suka sama wanita itu, kalau dia masih suka ngapain dia nerima gua?"

Mahesa diam, lebih baik tidak membahas mereka sekarang. Jika tidak Aliza pasti akan marah lagi pada dirinya, se suka itu ya dia sama dipta, dirinya masih punya peluang atau tidak sekarang.

"Lain kali kalau dia ninggalin lo sendiri, sms gua aja gua bakal jemput lo." Menarik lengan Aliza agar berjalan beriringan dengan nya.

"Gua antar." Dan Aliza pun mengangguk.

Mereka kini sudah berada di depan motor Mahesa, menarik Aliza lebih dekat dan memakaikan dirinya helm.

Mata mereka saling beradu tatap, tenggelam dalam keindahan netra teduh Aliza, kapan manik mata ini akan melihat dirinya seperti dirinya melihat Sadipta?

"Weh, jan bengong pulang ayo ntar bunda marah marah lagi." Menyadarkan Mahesa dari sesi bengong nya.

"Iya ayok ayok cerewet lo mah." Mereka naik ke motor, sebelum berlalu pergi Mahesa sempat pamit pada temannya.

"Bro luan, nganterin kucing garong bentar."

"Sipp, anterin tuan putri dulu ntar kesini lagi lo sat," sahut kenzo, salah satu teman dekat Mahesa.

Di perjalanan mereka hanya diam saja, menikmati hamparan angin yang menyapa wajah mereka, sesekali Aliza akan mendongak keatas melihat bulan yang menampakkan sinar indahnya.

Sesampainya dirumah Aliza, shintia ibu dari Aliza sudah berada di depan pintu menunggu kepulangan sang anak.

"Za kenapa baru pulang sekarang, hah?"
Shintia khawatir karna ini sudah pukul 05.00 sore dan anaknya baru pulang sekarang.

"Iya tadi ada rapat OSIS bunda, karna itu Aliza pulang terlambat."

"Kamu ini ya kenapa ga ngabarin bunda dulu," Aliza pun tersenyum canggung lalu berkata "lupa bun, hehe." dibalas gelengan kepala oleh shintia.

"Hesa sayang masuk dulu gihh, bunda ada masak makanan favorit kamu, coba dulu ya."

"Gabisa bun lain kali aja yah, soalnya Mahesa mau belajar bareng teman sekarang." Dia tidak bisa sekarang memang benar, tapi untuk alasan dirinya berbohong.

"Yee bohong itu bun, tadi dia aja cerita cerita ga jelas liza liat." Menjulurkan lidahnya mengejek, Mahesa mengepalkan tangannya benar benar Aliza ini sangat suka mengompori dirinya.

"Yaudah lain kali aja, ga boleh nolak ya." Mahesa tersenyum mengejek pada Aliza,dia menang, lalu memberikan tanda siap pada shintia.

"Eh kurong itu helm gua mau lo pakek selamanya apa?" Gadis itu benar benar tidak menyadari bahwa sedaritadi helm nya masih tertata apik dikepalanya.

"Hehe lupa, udah pulang sono dan makasih udah nganterin gua hesa." Ucapan itu tulus dari lubuk hatinya, bagaimanapun sikap menjengkelkan Mahesa dia tetap membantu dan menjaga dirinya.

"Hati hati hesa, jangan ngebut bawa motor nya." Mahesa pun mengangguk mendengar peringatan Shintia.

Menyalakan mesin motor, Dan kembali membelah jalanan jakarta pada malam hari ini.

***

Annyeong guys 👋

Pada suka ga sama cerita aku? Bantu vote and komen yaa, biar aku semangat nulisnya.

See you next chapter guyss 👋

MAHEZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang