Chapter 06

629 111 9
                                    

Day 5

Selama seharian penuh, Jaeyun tidak melihat Sunghoon karena lelaki itu terus mengurung diri di kamarnya.

Saat ini Jaeyun tengah melahap makan malamnya sendirian, ia bingung kenapa makanan baru ini tiba-tiba terhidang di meja makan padahal tidak akan ada yang memasak kecuali Sunghoon.

Jaeyun tidak menghabiskan makanan berbentuk gulungan berwarna kuning dengan lembaran berwarna hijau keruh dan rasanya tidak seperti roti yang pernah ia makan. Bahkan dirinya berakhir dengan mengaduk-aduk makanan berwarna putih yang Sunghoon bilang namanya beras atau nasi. Entahlah, Jaeyun lupa apa bedanya.

Jaeyun merindukan keluarganya. Ia rindu dengan suasana Nyxíe Saturnus, ia ingin merasakan buah Xácy untuk yang pertama kalinya. Jaeyun juga rindu rasanya terbang karena sayapnya menghilang di dunia manusia ini.

Jaeyun mengusap tengkuknya, tempat dimana simbol sayap kupu-kupu itu ada.

"Apa tanda ini tidak bisa berubah menjadi sayap sebentar saja, huh?" Monolognya dengan kesal.

XYLIA

Day 6

Seperti biasa, Jaeyun duduk di meja makan di pagi hari. Meski tidak ada Sunghoon ataupun makanan, ia tetap duduk pada kursi yang biasa ia tempati. Saat ini pikirannya penuh dengan pertanyaan 'apa hubungan Sunghoon dengan Heeseung?'

bruk

Merasa mendengar suara gaduh yang cukup keras, Jaeyun bangkit dan menghampiri sumber suara. Ia terkejut saat menemukan Sunghoon tergeletak di ruang tengah.

"Hoonie?!" Seru Jaeyun. Ia segera menghampiri tubuh Sunghoon dan merengkuhnya dengan lembut.

"Sunghoonie? Sadarlah!" Jaeyun menepuk pelan pipi Sunghoon, "Park Sunghoon? Kau kenapa? Bangunlah!"

XYLIA

"Kepala bagian belakang ku terasa nyeri," erang Sunghoon. Ia bingung karena setelah sadar, dirinya berada di atas ranjang dengan Jaeyun disampingnya.

"Maaf," lirih Jaeyun yang memainkan ujung bajunya. Sebenarnya baju yang selama ini ia kenakan adalah baju Sunghoon.

"Bagaimana kau membawaku ke kamar?"

Jaeyun terlihat gugup, "Ehm.. sebenarnya aku.. aku menyeret mu tadi," tiba-tiba telapaknya menyatu dan berlagak seperti orang yang meminta ampunan, "tolong jangan marah karena aku menyeret mu dengan memegang kakimu."

Sunghoon mulai mendelik.

"Aku sudah mencoba menarik kedua lenganmu tapi entah mengapa lebih mudah jika aku menarik kakimu. Aku juga sudah mencoba meletakkan sebuah bantal dibawah kepalamu, tapi saat ku tarik, bantalnya malah tertinggal dan kepalamu terantuk-antuk di lantai."

"Apa kau tidak mencoba menggendongku?" Sunghoon memasang raut marah yang dibuat-buat.

Jaeyun mengagguk cepat, "Sudah. Tapi hanya bisa bertahan selama beberapa detik, kau ini terlalu berat bagiku."

Sunghoon tertawa keras, Jaeyun yang bercerita dengan wajah lucu dan nada yang menggebu-gebu sungguh menggemaskan dimatanya.

"Baiklah.. baiklah.. terimakasih ya?"

Jaeyun perlahan tersenyum setelah tidak mendapat luapan amarah dari Sunghoon dan malah dihadiahi usapkan pada surai pirang keemasan nya.

"Kenapa kau tiba-tiba tertidur dilantai seperti tadi? Apa kau tiba-tiba mengantuk?"

Sunghoon terkekeh sebentar, "tidak, dadaku tiba-tiba sengat sakit hingga aku kehilangan kesadaran."

Jaeyun mengernyitkan dahinya, "kau sakit?"

"Apa kau memang terlahir secantik ini?" Ucap Sunghoon tiada angin tiada hujan. Setidaknya ia sudah berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.

Jaeyun merespon dengan pipi yang tiba-tiba memerah.

"Apa ingat kau bilang dunia ini indah setelah melihatku, apa aku begitu indah di matamu?" Goda Sunghoon lagi.

Lidah Jaeyun rasanya kelu, ia mengalihkan pandangannya pada langit-langit kamar Sunghoon.

Tangan Sunghoon tergerak dan semakin mendekat pada wajah Jaeyun. Ia menyentuh pipi yang masih terpampang semburat merah di sana. Sunghoon berani bersumpah, baru kali ini ia merasakan sesuatu yang lebih mendebarkan daripada saatnya bersama Jongseong dulu.

"Pertama kali melihatmu saat hari itu, aku seperti melihat sebuah harapan. Entah harapan yang seperti apa, tapi dirimu.. kau seperti.. seorang yang dikirim untuk membuat masa-masa akhirku di dunia ini menjadi memiliki kesan yang indah."

Jaeyun tertegun. Sunghoon berkata sembari berbalik belakang, lelaki itu menuju lemari dan mengambil sebuah setelan piyama setelah tahu bahwa langit sudah gelap. Rupanya Sunghoon telah pingsan seharian.

"Park Sunghoon?!" Seru Jaeyun tiba-tiba.

Sunghoon membalikkan badannya dan hendak mengeluh, namun urung karena melihat ekspresi wajah Jaeyun yang terkejut dengan menutup mulutnya.

"Kenapa?" Tanya Sunghoon bingung.

Tangan Jaeyun terangkat untuk menunjuk Sunghoon, kemudian beralih mengusap tengkuknya.

Sunghoon tertegun. Ia sadar bahwa Jaeyun pasti telah melihat sesuatu pada tengkuk leher miliknya.

Jaeyun menggeleng kuat, sedangkan Sunghoon bergerak mendekati cermin disebelah lemari pakaiannya. Disana terlihat jelas bahwa pada tengkuk Sunghoon terdapat sebuah simbol yang berbentuk—

—sebuah sayap kupu-kupu.





To be continued.

Xylíland | SungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang