Chapter 04

712 120 5
                                    

"Kau tidak takut padaku? Bagaimana jika aku adalah orang jahat?" Pancing Sunghoon dengan menautkan kedua alis tebalnya. Kini mereka sudah duduk berhadapan di sebuah meja makan besar.

Jaeyun menggeleng cepat, "aku sudah mempercayai mu sejak mendengar kata 'Xylía' yang kau sebut tadi."

Pupil Sunghoon bergerak kekanan dan kekiri. Ia baru menyadari jika ia sudah mengucap kata 'Xylía' di depan Jaeyun.

"Apa kau–?"

"Aku pernah mengenal seorang Xylía sebelumnya," ujar Sunghoon memotong pertanyaan Jaeyun.

"Benarkah?" Mata Jaeyun berbinar mendengar ada Xylía lain di dekatnya, "Dimana ia sekarang?"

Sunghoon terdiam sejenak sebelum menjawab dengan nada sendu, "dia sudah mati. Pada 20 tahun setelah kelahirannya."

Jaeyun tertegun, ia menjadi sedikit takut, "karena ia tidak kembali dan tidak menikah dengan mate nya?"

Sunghoon mengangguk, "tepatnya, ia memilih mencintai seorang manusia."

"Siapa itu manusia?"

"Manusia itu penghuni bumi. Dunia ini, adalah dunia manusia," jelas Sunghoon.

"Manusia itu memang tidak bersayap ya? Aku tidak tahu jika akan kehilangan sayap juga saat berada di bumi."

Sunghoon mengangguk dua kali, "kelihatannya kau sama persis dengan Xylía yang kukenal. Kau terlahir cacat dan kemari atas bantuan seorang dari Nyxíe Merkurius yang tinggal di Nyxíe Venus, benar?"

"Namanya paman Kyuhyun," koreksi Jaeyun.

"Ya apapun itu, aku tidak mau menyebut namanya."

Kini Jaeyun yang menautkan kedua alisnya, "Mengapa begitu?"

"Dia bukan apa-apa selain seorang pembual yang terobsesi dengan dunia diluar Xylíland."

XYLIA

Jaeyun memandang langit dalam dunia barunya ini. Ia tersenyum melihat kelip benda di atas yang mengingatkan nya akan rumah di Xylía. Tapi tak lama, raut wajahnya berubah. Ia masih memikirkan ucapan Sunghoon yang menggantung begitu saja setelah mengatai Kyuhyun seorang pembual.

"Aku bisa sembuh dan dunia ini indah karena Sunghoon ada. Bukankah paman Kyuhyun berkata yang sebenarnya?" Monolog Jaeyun. "Aku harus kembali ke Xylíland sebelum masa ku habis. Ah, mungkin Sunghoon bisa membantu.."

Bibir Jaeyun mencebik sebal, "Tapi kenapa saat aku melihat Sunghoon.. aku menjadi santai-santai saja dan tidak berusaha keras memikirkan cara untuk kembali— tidak! Aku harus lekas kembali untuk ayah dan semua keluargaku. Ayo Jaeyun! Kau harus fokus!" Ia menepuk-nepuk kedua pipi gembulnya sendiri.

XYLIA

Day 2

Paginya, Sunghoon menghidangkan beberapa potong roti di hadapan Jaeyun.

"Ini.. sangat jauh berbeda dengan buah Xácy," ucap Jaeyun yang tengah menusuk-nusuk roti itu dengan jari telunjuknya.

Sunghoon tersenyum kecil, "buah yang belum pernah kau makan itu kan?"

Jaeyun mengangguk lemah, ia memang belum pernah merasakan manisnya buah Xácy seperti yang selalu ibunya deskripsikan, "Aku tidak tahu bagaimana caranya memakan buah itu dengan mulut terkatup rapat."

Sunghoon tertawa ringan, "sekarang cobalah makanan itu, roti."

"Namanya roti?" Jaeyun mengangkat piringnya.

"Yang kau pegang itu piring, tidak perlu dimakan. Lembaran ini saja yang bisa kau gigit dan kunyah, namanya roti."

"Ah.. baiklah. Dimengerti, terimakasih Sunghoon." Jaeyun dengan lahap menghabiskan sarapannya dengan serius. Selain karena belum makan apapun kemarin, ini adalah pertama kalinya ia merasakan bagaimana mengunyah dan menelan.

XYLIA

"Hoonie, kau tinggal sendirian di atas sini?"

Sunghoon menoleh pada Jaeyun sekilas. Yang Jake maksud 'atas' adalah tempat keduanya berdiri saat ini, yaitu balkon yang mengarah pada sebuah bangku yang selalu Sunghoon tatap tiap malam.

"Sebenarnya ini bukan rumah bagi kebanyakan manusia, ini hanya tempat pelarian atau untuk sekedar bersantai."

"Apa karena itu hanya ada satu manusia disini yaitu dirimu?"

Sunghoon tidak menjawab dan balik bertanya, "berapa usiamu?"

"Delapan belas tahun," jawab Jaeyun.

"Ah benar!" Ia menjentikkan jarinya, "bagaimana seorang Xylía dapat kembali ke Xylíland? Apa Xylía yang kau kenal itu memberitahu mu sesuatu?"

"Tidak."

"Ta-tapi paman Kyuhyun bilang aku akan mengetahui bagaimana cara kembali setelah berada disini dan sembuh."

Badan Sunghoon menegang seperti baru menyadari sesuatu, otaknya memang seperti mengalami penurunan seiring waktu mendekati hari kematiannya, "kau.. menciumiku malam itu 'kan?"

Jaeyun berdehem dan mengusap tengkuknya karena malu, kemudian mengangguk, "Maaf, aku baru pergi melewati cermin itu dan tiba-tiba seperti tertarik ke arahmu. Aku tidak bisa mengendalikan diri untuk tidak mencium mu," Jaeyun mendongak dan menemukan Sunghoon yang menatapnya tajam.

"Kau tidak seharusnya menciumku untuk sembuh, Sim Jaeyun."




To be continued.

Xylíland | SungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang