Sunghoon mengejar Jaeyun yang kini berlari tergesa-gesa keluar dari mansion nya hingga berakhir duduk di bangku tua yang Sunghoon suka. Sebenarnya, bangku itu adalah tempat favorit Jongseong semasa ia masih hidup.
Sunghoon mendekat dan mendudukkan dirinya di samping Jaeyun yang sedang menangis. Ada perasaan sedih dan tak tega ketika melihat lelehan air mata membanjiri wajah cantik Jaeyun.
"Maaf, Jaeyun—"
"Kenapa harus berbohong? Kenapa kau menyembunyikan identitasmu seolah dirimu adalah seorang manulia?!"
"Manusia, Jaeyun." Koreksi Sunghoon.
"Iya kau kan mengerti maksudku!" Sungut Jaeyun.
"Aku hanya—entahlah, aku merasa.."
"Apa?!" Desak Jaeyun, "aku tidak suka dibohongi.." cicitnya sangat pelan.
"Aku tidak ingin melihatmu bersedih dan kehilangan harapan dihari yang sama setelah dirimu sampai disini," Sunghoon mengela napasnya kasar, "aku tahu cepat atau lambat kau akan mengetahuinya, tapi.. aku ingin melihat senyummu meski sejenak."
"A-apa maksudmu?"
Sunghoon mengerutkan keningnya, "cenayang itu tidak memberitahu mu?"
"Tentang apa?" Kini Jaeyun semakin penasaran.
"Kau tidak boleh mencium bibir sesama Xylía untuk bisa sembuh."
deg
"Mengapa begitu?"
"Cenayang itu memberitahuku, begitupula Jongseong dan Xylía lain yang sempat kukenal walau sebentar. Jika kau mencium sesama Xylía, kau tidak bisa kembali ke Xylíland." Jelas Sunghoon.
"Ke-kenapa aku tidak—?"
Sunghoon berdecak sebal, "Mungkin cenayang itu sudah agak pikun hingga melewatkan informasi ini padamu. Meski begitu, kuharap yang satu ini hanya salah satu dari bualannya."
Jaeyun masih terdiam dan berpikir keras sendirian, "jadi aku, telah mencium seorang Xylía?" Ujar Jaeyun tak percaya sembari menyentuh bibir bawahnya.
Kata-kata 'tak bisa kembali ke Xylíland' membuatnya menegang dan pikirannya kacau kembali.
"Kau ingin tahu apa bualan terbesarnya? Tidak pernah ada sebuah petunjuk bagaimana cara kembali ke Xylíland di dunia ini. Cenayang itu sebenarnya juga tidak tahu bagaimana cara kita kembali ke Xylíland."
Jaeyun menggeleng kuat, ia menatap sendu wajah Sunghoon.
"Bagaimana kau bisa sembuh?"
"Aku mencium Jongseong."
—XYLIA—
Day 7Jaeyun membaringkan tubuhnya dihadapan pohon besar itu lagi. Dalam hati Jaeyun berharap bila dirinya bangun nanti, kedua orangtuanya serta Xylía yang lain adalah hal yang ia lihat pertama kali.
Beberapa kali setelah Jaeyun memejamkan matanya, terdengar sebuah suara yang membuat jantungnya berdesir secara tiba-tiba.
"Mari habiskan sisa waktu yang ada untuk kita di dunia ini bersama-sama, Sim Jaeyun."
Jaeyun mendongak dan menemukan Sunghoon dengan senyuman manisnya.
—XYLIA—
"Usiaku akan tepat 20 tahun—"Jaeyun menoleh tak percaya pada Sunghoon.
"—dua bulan lagi." Sunghoon masih mempertahankan senyumnya dihadapan Jaeyun.
"Apa karena Jongseong?" Selidik Jaeyun.
"Hm?"
"Apa kau menyerah untuk berusaha kembali ke Xylíland dengan harapan setelah mati kau akan kembali bertemu dengan Jongseong?"
Sunghoon menyeringai tipis dan menggeleng pelan, "Aku sudah mengikhlaskannya. Begitupula saat ia memilih mencintai seorang manusia saat itu, aku bahagia bila ia pun bahagia."
"Kau mencintai Jongseong?"
Sunghoon tidak menjawab meski ia bisa melihat raut kesal yang mungkin bisa diartikan sebagai ekspresi 'cemburu' pada wajah Jaeyun.
Jaeyun hanya bisa memutar bola matanya jengah saat pertanyaannya lagi-lagi dianggap angin lalu oleh Sunghoon.
"Kau bilang bahwa paman Kyuhyun seorang pembual. Jadi, meski kita sama-sama mencium sesama Xylía untuk sembuh, atau mengenai batas waktu 7 hari ini— mungkin saja semuanya bohong, hoonie."
"Apa kau pikir kita.."
"Ya! Aku pikir kita masih bisa kembali ke—"
"Tidak," obsidia Sunghoon menerawang ke arah langit malam diatasnya. "Aku ingin menghabiskan masa dua bulanku, atau bisa saja kurang, disini. Ditempat dimana kenangan bersama Jong— uhm.. Jaeyun?" Panggil Sunghoon setelah tidak melanjutkan kalimatnya.
"Yaa?"
"Mari buat kenangan baru bersamaku. Setelah aku pergi, waktumu masih banyak untuk berusaha kembali ke Xylíland, karena aku enggan membantumu untuk itu."
"Tidak mau—akh!" Jaeyun berlagak hendak pergi sebelum kakinya tergelincir dan berakhir dalam rengkuhan lengan Sunghoon.
"Kenapa tidak mau, hm?" Ujar Sunghoon yang masih belum melepaskan pegangannya pada pada pinggang Jaeyun.
"Aku takut akan menjadi Xylía yang menyedihkan setelah kepergian mu."
Sunghoon tersenyum lembut dan mengusap pipi halus Jaeyun. Ada sesuatu dalam dadanya yang seakan membenci fakta bahwa cepat atau lambat dirinya harus berpisah dengan makhluk indah dalam pelukannya saat ini.
Inikah perasaan yang Jongseong rasakan pada Heeseung? Pikir Sunghoon.
Perasaan dimana dirimu ingin waktu yang lebih lama untuk bisa bersama dengan seseorang, perasaan dimana dirimu tidak ingin berpisah dengan seseorang, perasaan dimana kau akhirnya sadar bahwa dirimu.. mencintai seseorang.
"Tidak!" Sunghoon menggeleng tanpa ketara, "Aku tidak mencintai Jaeyun. Tapi kenapa aku merasakan hal semacam itu?"
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Xylíland | Sungjake
FanfictionXylía. Sebuah sebutan untuk makhluk bersayap cantik penghuni dunia indah yang penuh keajaiban bernama Xylíland.