Peduli?

11 6 3
                                    

2 Januari 2022

...

Aku terbangun dan tersadar karena aku berada di tempat. Siapa yang mengangkatku? Apakah ayah? Itu sangat tidak mungkin. Ayah tidak akan peduli denganku. Lalu siapa? Aku hanya berdiam di tempat tidurku. Lalu aku melihat kearah tangan dan kakiku. Diperban? Siapa yang perban tangan dan kakiku? Aku hanya kebingungan. Kemudian, aku sadar dengan kejadian kemarin, yang ayahku perbuat denganku. Aku hanya bisa menangis dan menutup wajahku dengan kedua tanganku.

Suara tangisanku tidak sampai ke ruangan lain, itu berarti aku bisa menangis sesuka hatiku bukan? Namun itu salah. Di samping kamarku adalah kamar Dermawan. Itu berarti aku tidak bisa menangis sesuka hatiku. Namun aku sudah tidak kuat. Aku menangis sejadi-jadinya. Tanpa ku sadari, Dermawan keluar dan mendengar tangisanku.

"Si anak anj*ng itu nangis lagi? Ganggu banget si njing." Kata Dermawan dalam hatinya.

Namun di sisi lain, Dermawan merasa kasihan karena suara tangisanku. Akhirnya ia mencoba membuka pintu kamarku, namun...

"Aduh, lo kenapa sih wan? Kenapa harus kasihan ama anak kek gituan. Tapi.... Ck, bodoamat lah malas juga gue" Akhirnya, Dermawan pergi kebawah dan membuat sesuatu di bawah. Kebetulan ayah, ibu, dan Caroline sedang pergi ke luar. Jadi di rumah hanya ada aku dan bang Dermawan.

Tak berselang lama, ada muncul notifikasi dari ponselku dan notifikasi itu berasal dari...... Dermawan? Kenapa tumben sekali? Apa yang dia inginkan sekarang? Akhirnya aku membuka notifikasi dari Dermawan dan itu membuatku terkejut.

Dia peduli? Itu sangat lucu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dia peduli? Itu sangat lucu. Mana ada yang mempedulikanku dari dulu. Awalnya aku mengira bahkan makanan itu sudah basi. Tetapi mau bagaimana lagi? Aku tetap memakannya. Lagipula kalau makanan itu ternyata benar benar basi dan aku memakannya lalu aku keracunan dan mati, tidak ada yang peduli juga kan?

Akhirnya aku memakannya dan ternyata itu sama sekali tidak basi. Aku masih terheran-heran, mengapa Dermawan peduli denganku kali ini? Hari demi hari aku tetap memikirkan hal itu sampai-sampai aku berpikir masih ada satu anggota keluargaku yang masih peduli denganku. Namun, aku tidak berharap banyak dengan apa yang terjadi. Mungkin hanya sebuah lelucon kecil atau hanya sebuah kebohongan saja karena sudah banyak hal yang membuatku trauma dengan keluarga ku sendiri.


...



10 Januari 2022
Pada saat itu, aku kembali masuk sekolah.



Hari ini kami kembali masuk sekolah. Tidak banyak yang kuharapkan sih. Namun aku senang karena bisa bertemu Arga dan Keisha. Tetapi, hariku sudah rusak dari pagi karena ayah. Tepatnya, sebelum aku berangkat sekolah. Ayah melemparkan secangkir kopi ke wajahku...

//PRANG!!!!!

"APA APAAN KAMU. KOPI BUATAN KAMU KENAPA JADI TIDAK ENAK?!!!KAMU SENGAJA MERACUNI SAYA?!! DASAR TIDAK TAHU DIUNTUNG KAMU!!! BERANI BERANINYA MAU MERACUNI SAYA. MEMANGNYA SAYA BODOH APA?! SINI KAMU, DASAR SIALAN"

Aku hanya gemetaran. Mengapa...? Karena ini adalah hari masuk sekolah... Aku tidak ingin masuk sekolah dengan luka ditubuhku... Tetapi aku terpaksa.. Lagipula aku juga salah.. Membuatkan kopi yang tidak enak kepada ayah... Dasar Kayline bodoh... Karena kau, ayah jadi seperti ini kan...

Kemudian, ayah mencambukku dengan ikat pinggangnya sebanyak 3 cambukan dipunggungku. Jujur, aku sangat kesakitan, aku ingin mengeluarkan air mataku, tetapi aku tidak bisa dan hanya bisa menerima. Namun, Kak Dermawan menghampiri ayah dan...

"Pa, sudah pa. Sebentar lagi mau masuk sekolah, nanti kita telat." Kata Kak Dermawan pada ayah

"Apa maksudmu hah??!! Kamu sudah mulai merasa kasian dengan anak anjing ini Dermawan??!!!!"

"Bukan seperti itu pa, nanti kalau aku sama Caroline telat bagaimana? Papa mau tanggung jawab memangnya?". Balas Kak Dermawan.

Ayah pun menghela nafas. Akhirnya, ayah berhenti mencambukku dan menyuruhku pergi ke sekolah juga. Aku pun terpaksa menahan air mata dan segera jalan kesekolah. Namun... Mengapa Kak Dermawan bersikap aneh kepadaku... Tidak tidak... Dia melakukan itu bukan karena ku, namun karena dia berpikir dia bisa telat pergi ke sekolah.

Sesampainya disekolah, aku berjalan masuk ke sekolah. Saat sedang jalan, aku bertemu dengan Kak Dermawan dan Caroline serta Nathan. Akhirnya mereka berdua menghampiriku karena pasti ingin mengolok-olok ku. Tapi siapa peduli? Dan sambil mereka mengolok-olok ku, aku hanya melihat Nathan. Sejujurnya aku masih teringat tentang kejadian saat aku mengunjungi rumah Nathan. Tetapi ya.... Tetap saja aku harus menyapanya bukan? Aku berlari dari kedua kakakku dan menghampiri Nathan.

"Selamat pagi Kak Nathan!!! Bagaimana harimu??"

"Hm? Oh, pagi. Tidak buruk. " balasnya tidak melirikku lalu meninggalkan ku.

Aku terdiam sebentar karena tidak biasanya dia sedingin ini. Tetapi ku abaikan saja hal itu. Kakak kakakku menghampiriku. Dermawan, dia mendorongku dengan keras sementara Caroline hanya menyindirku.

"Woi, itu siapanya lo? Pacar lo? Orang yang lo suka?." Tanya Kak Dermawan kepadaku.

"Ga disukain balik ya? Hahahaha, kasian deh loo, mampus dehh!!!" Kata Kak Caroline mengejekku.

Aku pun menjelaskan bahwa dia hanya teman ku saja. Aku menceritakan bahwa aku tidak ada perasaan padanya. Aku tahu bahwa aku memiliki rasa padanya, tetapi aku tetap berbohong. Aku tidak ingin Nathan terkena masalah karena dua orang bodoh itu. Disisi lain, mereka tetap curiga dengan perkataan ku. Saat aku pergi meninggalkan mereka berdua, mereka pun membicarakan sesuatu tentangku.

"Apa kita selidikin aja line? Aku curiga sekali dengan Kay" Bisik Kak Dermawan pada Kak Caroline.

"Aha, boleh boleh, kalau misalnya Kayline beneran suka, bakalan gw sebarin satu sekolah" balas Caroline sambil tertawa jahat.

...




Kira-kira apa yang terjadi ama Kayline yah???
Yuk simak kelanjutannya di chapter nantii;)
Janlup vote yawww
Bay bayyyy

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diriku Melawan MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang