06: Hadir Kembali

3 0 0
                                    

Happy Reading 🎸

Happy Reading 🎸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Boom!

"TOLONG!"

Suara dentuman menggema cukup keras dari dalam kost. Bahkan suaranya dapat didengar beberapa meter sampai rumah pak Sooman yang notabenenya tetangga perbatasan komplek.

Bahkan mbok Ipah yang sedang berhenti untuk menjajakan dagangannya didepan kost sampai terlonjak sebab suara itu. Bayu yang sedang membantu pak Ustadz yang tak lain adalah ustadz Jayan —memandikan burung beonya —pun langsung meminta izin untuk pulang ke kosan saat ia ingat meninggalkan dua bocah di dalam kost.

"Kamu sih, Ce."

"Kok jadi gua sih, kan lo yang angkat sampe meledak."

Dengan langkah lebar Bayu langsung memeriksa dapur saat mendengar suara seseorang disana.

"Cel, awas, Cel. Gua takut nanti meled—"

DUAR!!

"Marcel! Lo apain dapurnya!"

Bayu dibuat geming saat ia melihat kondisi dapur yang sudah tak berbentuk dapur lagi. Laki-laki itu mengarahkan seluruh atensinya pada sekeliling. Bisa ia lihat tutup panci berada dimana-mana, Oven yang baru ia beli menggunakan uang patungan dengan kawan-kawannya kini sudah tak berbentuk.

"Sini lo." Bayu memijat pangkal hidungnya yang tiba-tiba terasa berdenyut.

Marcel menunduk, laki-laki itu tak ada bedanya dengan keadaan dapur saat ini, sama-sama berantakannya. Pakai helm, tangan kiri memegang tutup baskom, tangan kanan memegang capitan gorengan. Dan yang lebih membuat kagetnya lagi adalah kemunculan Cece dari kolong meja secara tiba-tiba dengan keadaan hampir 20 persen seluruh badannya terkena hangus.

"Lo berdua ngapain sih?!" Bayu menekan ucapannya.

"Innalillahi! Puting beliung mana yang berani rusakin dapur mini kesayangan gua!" Ravvy datang dan sangat terkejut.

Dadanya sangat perih kala melihat kondisi panci kesayangannya.

"Ya Allah... Hinata gua napa jadi gosong penyok-penyok begini," ucapnya melas.

Bayu menuding kearah Marcel dan Cece secara bergantian, "Nih, dua kecebong sawah pelakunya."

Dua laki-laki itu menunduk merasa bersalah.

Ravvy berjalan kearah mereka, "Astagfirullah, Ce. Lo biasanya kelihatan mening ketimbang kita-kita, bau duit. Sekarang lo kenapa jadi gembel gini bau gosong."

The seven lives 2 | nct dream [On Going ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang