27. Hari pertama ujian

145 3 0
                                    

Hari ini adalah hari pertama Mauren akan melaksanakan ujian akhir sekolah. Ini adalah perjuangan terakhirnya di sekolah karena setelah ini ia akan lulus.

Dengan gerak cepat, Mauren memakai sepatunya. Ia menyandang tasnya dan menggenggam kartu ujian, lalu bergegas untuk turun ke bawah karena Dylan sudah menunggunya di bawah untuk sarapan.

Mauren berjalan pelan menuju meja makan. Ia menggantung tasnya di kepala kursi dan meletakkan kartu ujiannya di atas meja.

Mauren melirik Dylan yang sedang fokus menatap layar ponselnya. Mauren pun meminum susu vanila yang ada di meja, sudah pasti untuknya.

Bohong jika Mauren tidak mengingat kejadian kemarin, bahkan kejadian itu selalu saja memenuhi pikirannya. Ia merutuki dirinya sendiri karena berpikiran kotor.

Mauren menyeruput minumannya sambil sesekali melirik Dylan yang tak kunjung memperdulikan kehadirannya. Mauren semakin kepikiran, apa Dylan akan berubah setelah kejadian kemarin seperti cerita-cerita yang pernah ia baca?

Daripada semakin memikirkannya, Mauren memutuskan untuk sarapan dengan tenang. Ia meraih roti tawar lalu mengoleskannya dengan selai cokelat dan melahapnya.

Mauren melirik jam tangan di tangan kirinya. Ia masih memiliki waktu yang banyak, kalau ia tahu akan begini, lebih baik ia bersiap dengan santai saja tadi, pikirnya.

Ia menarik resleting tas ranselnya lalu mengambil buku pelajarannya. Sembari mengunyah makanannya, matanya kembali membaca materi yang akan diuji nanti.

"Non.." panggil Mbok Siti. Mauren menoleh begitu juga dengan Dylan.

"Iya, Mbok?" Mauren pun tersenyum manis.

"Hari ini hari pertama Non ujian, ya?"

"Iya, Mbok."

"Mbok bawain susu mau?" tawar Mbok Siti.

Mauren mengangguk. "Boleh, Mbok. Makasih ya, Mbok." Mbok Siti membalas dengan senyuman.

Mauren kembali fokus pada bukunya dan membolak-balik lembaran bukunya. Dylan meletakkan ponselnya di atas meja lalu menyeruput teh sambil memperhatikan gadis itu.

"Nanti pulang jam berapa?" tanya Dylan. Mauren menoleh sekilas. Entah mengapa ia tidak tahan jika harus menatap Dylan terus-menerus. Ia masih merasa malu mengingat kejadian kemarin.

"Jam 10." jawab Mauren.

"Kakak jemput."

"Eh, nggak usah. Mo pulang bareng Pak Joko aja." ucap Mauren tersenyum tipis.

"Kakak yang jemput kamu." ucap Dylan penuh penekanan.

Mauren menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal karena merasa kikuk. Mauren kembali menggigit rotinya. Dylan memperhatikan gadis itu sangat terganggu dengan uraian rambutnya. Dylan pun beranjak dari kursinya dan berdiri di belakang Mauren. Mauren menoleh ke belakang.

"Mau...ngapain?" tanya Mauren.

"Kamu maunya ngapain?" tanya Dylan balik. Mauren yang mendengar itu memilih untuk tetap diam dan kembali menatap bukunya.

Dylan menggerakkan tangannya menyentuh rambut Mauren. Mauren yang merasa rambutnya disentuh pun sedikit kaget. Dylan mengambil bagian rambut Mauren di sisi kanan dan sisi kiri. Ia mengambil jepit rambut yang ada di tas Mauren lalu menjepit rambut Mauren.

"Makasih." ucap Mauren sambil tersenyum tipis.

Dylan meraih jas hitamnya lalu ia kenakan pada tubuhnya. Mauren memasukkan kembali buku pelajarannya ke dalam tas, lalu meneguk sisa susunya dan beranjak dari kursinya.

"Ini susunya, Non." ucap Mbok Siti menyodorkan sebotol berwarna soft pink yang berisi susu.

Mauren menerima botol itu lalu memasukkannya ke dalam tas. "Makasih ya, Mbok."

"Semangat ujiannya ya, Non." ucap Mbok Siti mengepalkan tangannya ke atas memberi semangat, dibalas senyuman oleh Mauren.

Saat Mauren hendak berjalan lebih dulu di depan Dylan, Dylan malah menarik tangannya.

Tanpa aba-aba, Dylan mencium bibir gadis itu, melumatnya lembut, merasakan rasa manis susu yang masih melekat di bibir Mauren.

Mauren sangat terkejut dengan apa yang dilakukan Dylan padanya saat ini. Pipinya menjadi merah merona karena saking malunya. Untung saja Mbok Siti sudah meninggalkan mereka dari tadi, jika Mbok Siti melihat adegan ini, mungkin saja Mauren akan kabur ke planet lain.

Dylan melepas lumatannya lalu menatap gadis itu dan tersenyum. "Lain kali mulutnya dilap." Dylan mengacak-acak rambut Mauren lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Mauren.

Mauren terpaku sambil memegangi bibirnya. Mauren tersadar lalu berlari kecil keluar rumah dan masuk ke dalam mobil.

Mauren menatap jalanan dari jendela mobil, sedangkan Dylan fokus menyetir.

Sebenarnya, Mauren masih bingung tentang status mereka berdua sekarang. Dylan sudah menyatakan cinta padanya, ia pun sudah menjawab lewat ciuman kemarin, tapi kenapa Dylan tidak menanyakan 'kamu mau nggak jadi pacar aku?' seperti yang ada di film-film?

"Emang kepalanya nggak sakit noleh ke sana terus?" tanya Dylan melirik sekilas lalu kembali memperhatikan jalan.

"Nggak." jawab Mauren singkat.

Mauren sangat cepat berubah suasana hati karena pikirannya sendiri yang selalu memikirkan apa yang tidak perlu dipikirkan.

Dylan meraih tangan gadis itu lalu menggenggamnya. Mauren menoleh melirik tangannya yang digenggam oleh Dylan.

"Kakak lagi nyetir." ucap Mauren lalu berusaha menarik tangannya, tapi Dylan semakin mempererat genggamannya.

"Nggak apa-apa." ucap Dylan.

"Kak.." panggil Mauren.

"Kenapa, hm?"

"Kenapa sih Kakak suka cium tiba-tiba?" tanya Mauren tiba-tiba.

Dylan terkekeh. "Kamu harus mulai terbiasa, sayang."

Mauren mengernyitkan dahinya. "Karena Kakak akan selalu ngelakuin itu." ucap Dylan mencolek hidung Mauren.

"Dasar mesum!" ketus Mauren.

"Cuma sama kamu."

"Bodoamat!"

Dylan tertawa kecil. Tanpa mereka sadar mereka sudah sampai di sekolah. Dylan memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah.

Mauren menyandang tas ranselnya hendak bersiap-siap keluar dari mobil.

"Kak, doain, ya." pinta Mauren.

"Pasti Kakak doain." ucap Dylan.

"Boleh Kakak minta satu hal?" tanya Dylan dan Mauren pun mengangguk.

"Jangan deket-deket sama laki-laki lain." ucap Dylan.

"Trus kalo nanti pengawasnya Pak Teddy, gimana?" ucap Mauren. Pak Teddy adalah guru olahraga.

"Tetap nggak boleh."

"Iya deh, iya."

Mauren meraih tangan kanan Dylan dan menariknya lalu mencium punggung tangan Dylan.

Dylan mengambil kartu ujian Mauren lalu mengalungkannya ke leher Mauren.

"Mo keluar ya, kak." ucap Mauren.

"Tunggu."

Dylan menarik kepala Mauren lalu mengecup dahi Mauren.

"Semangat ujiannya, Sayang." ucap Dylan sambil mengelus puncak kepala Mauren.

"Makasih, kak."

Mauren yang hendak membuka pintu pun tertahan. "I love you." ucap Dylan dengan senyum manisnya.

Mauren menoleh setelah mendengar itu, lalu ia tersenyum. Ia masih malu untuk membalas ucapan 'I love you' dari Dylan. Ia pun bergegas keluar dari mobil Dylan.

KAKTUS 🌵|| TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang