Mei Lien Mary Oei

211 8 6
                                    

Senin malam itu, aku sedang berada di ruang tamu rumahku. Itu adalah ruang tamu yang situasinya terasa hampir terasa seperti berada di dalam ruang perpustakaan, karena hampir seluruh dindingnya dipenuhi oleh rak kayu,

Tempat menyimpan berbagai macam buku dan majalah. Sebenarnya ada satu buffet juga di sana, tapi tanpa benda-benda panjangan seperti koleksi piring atau gelas keramik dan sejenisnya, melainkan buku semua.

Bukan kekayaan yang harus ditampillin, tapi ilmu pengetahuan kata bunda menjelaskan tentang konsep ruang tamu hasil kreasinya sendiri.

Saat itu, Malam sudah hampir pukul sembilan, tapi aku masih menyusun buku-buku yang aku bawa dari Timor timur. Bunda datang menghampiriku.

Besok kamu sudah harus sekolah yah ucap bunda

Aku kaget hah? Ucap dilan

Iya ucap bunda

Kok langsung ucap dilan

Udah diurus sama kak ida jauh-jauh hari, soal kepindahanmu itu ucap bunda

Aku baru tahu ucap dilan

Disekolah yang dulu kan? Ucap dilan

Iya ucap bunda

Disa juga? Ucap dilan

Disa di sekolah baru aja, dekat rumah ucap bunda

Ada? Ucap dilan

Ada ucap bunda

Besoknya, aku pergi ke sekolah menyusuri jalanan yang tenang. Lokasi sekolah ku berada di luar gerbang kompleks perumahan, kira kira satu kilometer dari rumahku.

Sesampainya disekolah, aku melihat sekolah tanpak sepih. Apa yang sedang terjadi? Oh, ternyata aku kesiangan. Ku simpan sepeda ku di tempat anak-anak lain menyimpan sepedanya, lalu bergegas menyusuri depan pintu yang kemudian kuketuk.

Ya, masuk jawab seorang dari dalam kelas

Saat aku masuk, semua siswa yang ada didalam kelas memandangku seperti terkejut, dan aku bisa mendengar ada suara saling berbisik menyebut nama ku,

"Dilan". Dan itu membuktikan bahwa mereka masih ingat aku, ternyata.

Assalamu alaikum, ucap dilan

Walikum salam jawab seluruh siswa

Boleh masuk? ucap dilan

Boleeeh! Jawan beberapa di antara mereka, kemudian.

Aku berjalan menghampiri ibu dewi yang saat itu sedang duduk di kursi guru, lalu mencium tangannya. Dulu, bu dewi pernah beberapa kali datang ke rumah ku untuk bertemu dengan si bunda.

Maaf bu kesiangan ucap dilan

Iya gak apa-apa ucap bu dewi

Silahkan cari kursi yang kosong ya dilan ucap bu dewi

Aku hanya mengangguk dan mengamati ruangan. Kemudian tanpa berkata apa-apa, aku berjalan ke arah bangku kosong yang ada di bangku deretan paling depan.

Itu persis di samping seseorang yang tidak kukenal. yang sedang fokus pada buku catatan nya. Maksud ku, aku sudah mengenal semua siswa di kelas, karna aku pernah satu kelas dengan mereka sebelumnya, tapi tidak dengan orang itu.

Menurutku dari semua siswa yang ada di kelas dialah yang paling cantik. Bagaimana mungkin ada anak semanis dia di kelas ini? Dia memiliki rambut hitam panjang yang jatuh di bawah pinggang nya, kulit nya putih dan mata nya sipit yang aku yakin akan terlihat bagus kapan saja. Apakah dia murid baru? Aku tidak tahu.

Aku mengira bangku yang ada di samping nya adalah bangku kosong, jadi aku dengan hati-hati mulai berjalan menuju bangku itu meskipun sebetulnya aku sempat melihat nanang, agus, dan fajar melambaikan tangan nya mengajakku untuk duduk bersama mereka di barisan bangku belakang, tapi ku abaikan.

DILAN wo ai ni 1983Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang