Petrus

118 5 0
                                    

Malam itu di bandung sedang turun hujan. Aku, bunda sedang berkumpul di ruang tengah bersama kak ida, bang landin, bang banar, dan bi diah. Kami baru selesai makan malam. Sementara disa sudah tidur di kamar kak ida.

Bunda tau, berita soal petrus pasti membuat kalian semua tidak nyaman, ucap bunda

Ya, malam itu, bunda sedang membahas berita tentang adanya peristiwa kekerasan, yang terjadi di beberapa kota besar di jawa, yang disebut sebagai peristiwa "penembakan misterius" dan disingkat "petrus". Nyaris hampir setiap hari ditemukan mayat pereman yang tergeletak di jalanan.

Korban petrus itu, ditembak dan dimasukkan di dalam karung dengan kondisi tangan dan leher nya terikat, lalu dibuang begitu saja di pinggir jalan, atau di sawah, atau di kebun. Ada juga yang dibuang ke sungai, ke laut, dan ke hutan. Sebagian besar korbanya adalah pereman dan orang orang bertato yang dianggap meresahkan masyarakat.

Konon, itu adalah operasi rahasia pemerintah untuk mengulanggi tingkat kejahatan yang begitu tinggi saat itu. Mereka di anggap menggangu keamanan dan ketenteraman masyarakat ditangkap dan dibunuh.

Sebetulnya di masyarakat sendiri terjadi prokontra dengan kejadian ini, ucap bunda

Kita gak bisa berbuat apa-apa, selain harus tenang dan tetap waspada ucap bunda

Pelakunya, siapa sih? Ucap bang banar

Ya, kita tidak bisa memastikan siapa dengan cara menduga-duga ucap bunda.

Pemerintah tau? Ucap kak ida

Pemerintah pasti tau, tapi bunda gak tau bagaimana pemerintah bisa membiarkan terjadi seperti itu, jawab sang bunda

Aku melihat sesuatu dalam cara bunda mengatakan hal itu membuatku bertanya-tanya, jangan-jangan Bunda tahu tapi tidak ingin menjelaskan secara terus terang. Karna setiap kata yang diucapkan saat itu akan menembus kesunyian seperti kembang api. Tidak ada yang berani, tidak ada pembicaraan demi pembicaraan tentang politik, tidak ada teriakan untuk mengkritik pemerintah. Aku temukan, beberapa orang tidak berbicara sama sekali. Tapi itulah yang dilakukan orang-orang di negara yang tenang di masa itu.

Preman yang sering kumpul di rumah gimana? Ucap bang landing

Bunda merenung sejenak, kemudian katanya, yaaa, sebagian ada yang kena katanya. Ada juga yang pergi ke luar negeri.

Ayah tau? Ucap dilan

Ayah, kan, bereng kita di Timor timur pastinya dia juga baru tau ucap bunda

Mang oji katanya kena? Ucap Bang banar.

Iya, kata mang saman begitu, ucap bunda

Terus mang saman gimana, Bunda? Ucap kak ida

Iya tdi bunda udah ketemu mang saman, bunda bilang ke mang saman, untuk menyerahkan diri. Ucap bunda

Nanti dimasukkin karung, gak ucap dilan

Yaaa, kita doakan semoga bail-baik saja, jawab sang bunda

Kapan ayah pulang? Ucap bang landin

Minggu katanya, ucap bunda

Mengerikan.

DILAN wo ai ni 1983Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang