Aduhh, Lemon lupa terus mau update ini😭 sekalinya inget selalu dinanti-nanti berakhir lupa, dan tadi inget langsung Lemon buru-buru update biar gak lupa lagi kaya kemarin-kemarin 😭 jujur Lemon tuh mau update dari hari Rabu malam, tapi kelupaan terus😭 maafff🙏🏻
////////////
Acara makan malam bersama berjalan lancar. Sesuai rencana, kedua pihak orangtua itu bersepakat untuk mengenalkan putra-putri mereka agar bisa menjadi dekat sebelum menikah nanti atau setidaknya kenal hal dasar seperti wajah, dan nama.
Awal sampai di restoran tadi itu sejujurnya Lilianne sempat terkejut saat mendapati satu kakak tingkat yang dikenal keren dan Playboy disaat bersamaan oleh orang ada di sana hingga akhirnya ia mengerti kalau kakak tingkatnya itulah yang akan menjadi suaminya nanti. Dan inilah rencana kedua orangtua mereka membuat Julian dan Lilianne bersama hanya berdua di taman air milik restoran yang tidak terlalu ramai oleh orang.
Beberapa menit dalam diam dan perasaan canggung membuat Lilianne yang memang pemalu itu memilih untuk sibuk dengan dunianya yaitu menatap ikan-ikan mas koi yang berenang tenang dalam air jernih kolam di depannya. Sedangkan Julian juga sama, lelaki irit bicara itu diam sesekali melirik tipis pada Lilianne dengan senyum tipis ketika merasa tingkah Lilianne terlalu kekanakan untuknya namun tak dapat menampik kalau gadis itu menggemaskan.
"Lilianne."ucap Julian memutuskan membuka suara lebih dulu membuat Lilianne yang fokus menatap ikan itu langsung duduk tegak dengan pandangan menatap lurus kedepan. Tegang sekali gadis itu hingga Julian rasa Lilianne menahan nafasnya sendiri.
"Nafas, Lilianne."ucap Julian mengingatkan dengan kekehan tipis terdengar kecil di telinga sensitif Lilianne. Lilianne yang mendengar itu langsung bernafas kembali namun dengan wajah tertekuk merasa sebal.
"Udah."sahut Lilianne dengan suara kecil berbisik.
"Lo kenal gua?"tanya Julian terdengar aneh namun biasa saja agaknya menurut Lilianne.
"Kenal. Kak Julian kating aku dari fakultas teknik, anak arsi kan? Kak Julian juga jadi salah satu anggota band Onyx yang namanya udah dikenal banyak orang, dan aku denger juga kak Julian itu model."ucap Lilianne yang hampir saja mengatakan kalau Julian ini salah satu katingnya yang playboy, namun mulutnya masih bisa direm dan berakhir mengucapkan kata lain mengenai Julian yang tentu lebih bagus dari pada kata playboy.
Julian mengangguk mengiyakan.
"Ya, tapi maksud gua gak kesana. Gua cuma mau nanya lo kenal nama gua atau enggak, tapi ternyata lo cukup tahu banyak tentang gua ya?"ucap Julian dengan kekehan diakhir kalimat.Lilianne gelagapan sendiri mendengar itu.
"Jangan kepedean, aku tahu kakak juga kan dari temen-temen ku yang lain."Julian kembali terkekeh, kali ini kekehannya terdengar lebih kencang dari pada awal-awal.
"Iya gua ngerti. Ngomong-ngomong, Lo gak masalah kalau kita nikah?"
Lilianne menghembuskan nafas pelan lalu menunduk menatap kedua kakinya yang beralaskan sandal.
"Gak tahu kak, aku bingung."
"Apa yang buat Lo bingung?"
"Aku gak mau menikah karena terpaksa. Aku cuma mau menikah sekali seumur hidup, dan pernikahan ini bukan untuk main-main apalagi sampe ada perjanjian di atas kertas."
Ucapan Lilianne yang terakhir itu membuat Julian kebingungan. Perjanjian di atas kertas? Kenapa harus seperti itu? Julian tidak mengerti.
"Maksud perjanjian di atas kertas itu apa?"
"Ya itu kaya kita buat perjanjian setelah menikah gak boleh tidur satu kamar, gak boleh saling jatuh cinta misalnya, kaya gitu kak."
"Kenapa harus begitu?"
"Kali aja kakak kaya begitu kan?"
Julian menggelengkan kepalanya sambil duduk menghadap Lilianne yang kini juga duduk menghadapnya.
"Sama kaya Lo, pernikahan yang gua mau itu cuma sekali seumur hidup. Pernikahan bagi gua itu bukan untuk main-main apalagi sampe ada perjanjian di atas kertas atau apalah itu namanya. Kalo pun kita berakhir menikah nanti, gua gak akan buat perjanjian begitu, gua cuma mau kita menjalaninya atas dasar mau sama mau kalaupun emang awalnya terpaksa. Kita bisa ngejalaninnya pelan-pelan tanpa ada perjanjian satupun. Lo gak usah kebanyakan baca buku yang begitu, buang jauh-jauh perjanjian di atas kertas kaya apa yang Lo bilang itu."
Bibir Lilianne mencebik selama beberapa detik mendengar ucapan bagian akhir dari perkataan Julian barusan. Iya sih, dia tahu perjanjian di atas kertas seperti itu karena dari cerita fiksi yang ia baca beberapa kali, mangkanya jadi parno sendiri.
"Iya-iya, maaf "
"Kenapa minta maaf? Ayo pulang, kayanya yang lain juga udah pada pulang deh?"
"Loh iya?"tanya Lilianne memastikan kembali dan benar saja tempat yang tadinya mereka gunakan untuk makan malam bersama itu sudah kosong hanya ada beberapa pelayan restoran yang sedang membereskan bekas makan mereka tadi.
"Ayo."ucap Julian lalu keduanya berjalan beriringan menuju ke parkiran mobil dengan jarak tubuh keduanya yang berdekatan kurang dari 1 meter.
Sesampainya di parkiran, Julian membukakan pintu mobil hitam miliknya untuk Lilianne terlebih dahulu. Lilianne sempat terkejut, karena biasanya yang memperlakukannya seperti ini hanyalah papinya dan supir pribadinya, dan kali ini ada Julian. Tidak hanya itu, bahkan lengan Julian memastikan kepalanya tidak terantuk mobil.
"Mau langsung pulang atau mau beli sesuatu dulu?"ucap Julian setelah pria itu duduk di kursi kemudi dan sudah mengenakan safety belt nya dengan aman. Mata Julian menatap pada Lilianne yang sedang fokus mengenakan safety belt nya sendiri. Julian tidak bisa dengan lancang langsung membantu, dirinya memperhatikan dulu baru setelah dirasa Lilianne tidak juga bisa menggunakan safety belt nya, barulah ia membantu, namun rupanya Lilianne bisa.
"Pulang deh, aku kenyang."
Julian mengangguk mengiyakan, lalu setelahnya mulai menjalankan mesin mobil Porsche hitam miliknya membelah jalanan kota Jakarta yang nampak ramai di malam hari sekitar pukul 9 malam ini.
~~~~~~
Selesai sudah agenda hari ini. Julian baru tiba di rumah setelah mengantar Lilianne ke rumah gadis itu lebih dulu. Kini Julian mendudukan tubuhnya di sofa ruang keluarga samping Papanya yang sedang membaca berita di temani dengan Nina yang sedang memakan keripik kentang sambil bermain ponsel. Mamanya sepertinya sudah berada di kamar.
"Lilianne sudah kamu antar sampai rumahnya kan?"
Julian mengangguk, matanya ikut fokus menonton tayangan berita di televisi yang membahas soal isu-isu politik.
"Udah pa."
"Terus gimana?"
Julian mengalihkan tatapannya dari layar pipih televisi di depannya dan kini beralih menatap pada papanya yang juga menatap ke arahnya. Karenina sesekali akan melirik dengan telinga yang sedikit di dekatkan agar dapat menangkap percakapan dua pria di dekatnya itu.
"Gimana apanya?"
"Ya itu loh setelah kamu ngobrol sama Lilianne, gimana? Kamu ngerasa cocok atau enggak?"
Julian mengangguk mengerti.
"Lumayan, kita gak ngobrol terlalu banyak tadi. Baru kenalan aja, tapi Julian rasa, Julian bisa kalau harus nikah sama Lilianne. Toh mau nolak juga kalian gak akan terima kan?"Darius-papanya Julian dan Karenina itu mengangguk puas dengan senyuman.
"Bagus. Papa yakin kalian berdua akan hidup bahagia nantinya. Papa sudah sangat yakin sekali kalian akan cocok untuk menjadi pasangan. Papa akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian."
"Makasih pa."tidak tahu harus berkata apa selain ucapan terimakasih. Ya mau gimanapun akhirnya semoga dirinya memang berakhir bahagia.
/////
TBCNanti lagi ya, sampai jumpa minggu besok entah hari apa😁 akhir-akhir ini Lemon agak hectic, jadi gak bisa janji update cepat, mangkanya Lemon kasih jangka update seminggu sekali😔
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan | NoMin Gs [On Go]
FanfictionApakah perjodohan bisa membuat rumah tangga mereka berakhir bahagia? Atau justru malah sebaliknya? _________________ ‼️ATTENTION‼️ _________________ • Gs / Gender switch for Jm (not bxb) • just a fictional story • harsh words • 18+ (kinda)