4

576 85 5
                                    

Tiga hari sudah terlewat sejak kedua orangtuanya memberitahukan kalau dirinya akan dijodohkan dengan Julian yang notabenenya merupakan kakak tingkat berbeda fakultas dengan Lilianne. Kakak tingkat yang namanya dikenal banyak orang karena ketampanan serta bakat yang Julian miliki dalam dunia modeling maupun bermain gitar. Selain hal positif, Julian juga dikenal sebagai lelaki buaya yang entah kenapa mereka bisa beranggapan seperti itu. Setelah pengenalan singkat, Lilianne merasa kalau Julian justru bukan lelaki buaya seperti apa yang mereka pikir. Apa karena pria itu yang sering menebar senyum ketika sedang tampil di atas panggung bersama gitar ditangannya? Menurut Lilianne, itu hal biasa yang memang Julian sedang bersikap profesional. Tidak mungkinkan Julian tampil dengan wajah datar tidak enak dilihat?

Sebagai info singkat kalau hari ini Lilianne akan Julian ajak ke salah satu Cafe tempat lelaki itu perform bersama ke tiga teman bandnya yang lain. Tepat di jam 7 malam hingga jam 9 malam. Apakah Lilianne menolak? Jelas tidak. Lilianne tahu band Julian beranggotakan siapa saja dan bisa diakui kalau Lilianne merupakan salah satu fans mereka namun tidak yang fanatik seperti yang lain. Lilianne hanya mengagumi bakat yang mereka miliki saja terlebih pada Julian yang nampak keren sekali jika sudah memegang gitarnya.

Saat ini jam masih menunjukkan pukul setengah enam, dan Julian sempat mengirim pesan kalau lelaki itu akan segera tiba di rumahnya untuk menjemput Lilianne. Jadilah Lilianne duduk menunggu di sofa ruang tamu rumahnya seorang diri. Papi dan Mami nya sedang pergi keluar untuk membeli kabinet baru di toko interior.

Suara ketukan pintu terdengar dan Lilianne langsung beranjak untuk mengecek siapa yang mengetuknya dan ternyata itu adalah Julian yang datang dengan menenteng satu cup minuman berwarna hijau yang khas beserta satu paper bag berukuran sedang entah apa isinya yang langsung di sodorkan pada Lilianne ketika mereka sudah saling berhadapan.

"Loh?"ucap Lilianne kebingungan menatap apa yang baru saja Julian berikan padanya.

"Untuk Lo. Udah siap?"

Lilianne mengangguk lalu tersenyum menerima pemberian Julian.
"Makasih."

"Yaudah, ayo ke mobil."

Seperti biasa, Julian membukakan pintu untuk Lilianne dan memastikan gadis itu duduk dengan nyaman tanpa terantuk atau tersandung sedikitpun baru dirinya memutar tubuh berjalan menuju kursi kemudi di sebelah kanan.

Fyi, Julian sudah tahu dari Lilianne kalau orangtua gadis itu tidak ada di rumah dan memang sebelumnya dia sudah minta izin lebih dulu kepada papi Lilianne kalau dirinya akan mengajak gadis itu ke Cafe dan mungkin akan pulang cukup larut malam. Untung saja om Simon mengizinkan dengan syarat tidak aneh-aneh dan menyuruh Julian untuk mengembalikan Lilianne dengan aman.

"Aku kira kalian perform kalo ada acara kampus aja, ternyata di Cafe juga ya?"ucap Lilianne bertanya di tengah kegiatan dirinya menyedot sedikit demi sedikit minuman berperisa manis sedikit pahit di lidah.

Julian melirik Lilianne sekilas dengan senyuman. Matanya nampak lebih fokus menatap jalanan yang keadaannya tidak terlalu lenggang karena kini memang masih jamnya karyawan kantor bubar. Untung tidak sampai macet.

"Iya begitulah, tapi gak sering juga. Kita biasa perform di Cafe juga kalo lagi mau aja, jadi gak nentu."

Lilianne mengangguk-anggukkan kepalanya merasa paham dengan penjelasan yang Julian berikan. Jemari lentiknya bergerak membuka paper bag yang ternyata berisikan 3 kotak slice cake berbeda rasa namun itu semua kesukaan Lilianne. Mengambil satu kotaknya dengan binar cerah.

"Makannya pelan-pelan aja Lilianne, nanti kesedak."ucap Julian mengingatkan pada Lilianne yang seperti tidak sabar sekali menyuap sesendok kecil potongan carrot cake. Bukan merasa risih melihatnya justru Julian gemas dibuatnya.

Perjodohan | NoMin Gs [On Go]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang