"ahh.. Pengen punya pacar.."
Entah sudah berapa kali, dan berapa lama aku memikirka- nggak, menginginkan hal itu.
Aku bahkan mulai berpikir kalau tuhan benci kepadaku hingga membuat takdirku untuk menjadi jomblo untuk selamanya... Atau, itulah yang...
"Nelson? Bangunlah." ucap sang ayah dari luar kamar.
Bluze masih terus mengetuk pintu kamar Nelson, tapi dengan tenaga yang lebih keras sekarang.
"Nelson! Ingat janji ayah kemarin malam! Ayo bangun! Sebelum Ayah dobrak pintu kamarmu!" teriak Bluze sekali lagi, sebelum dia mendengar suara anaknya dari dalam kamarnya.
"uhh... Lima.. Menit lagi.. Ayah..."
"..." sang ayah yang terdiam, sebelum..
*BRAK!*
"huahh! I-iya aku sudah bangun! Aku akan segera mandi dan bersiap-siap!" ucap Nelson dengan panik yang langsung bangun dari tempat tidurnya saat ayahnya benar-benar mendobrak masuk pintu kamarnya.
"... Bagus. Cepatlah, ayah akan tunggu di halaman depan rumah." ucap singkat ayahku dengan tatapan yang sedikit mengintimidasi yang membuatku merinding. Dia segera meninggalkan aku dan berjalan keluar rumah.
Beberapa menit kemudian, aku yang sudah mandi dan sarapan langsung berjalan ke luar rumah. Disana, aku melihat ayahku yang sedang menyiapkan dua pedang kayu.
"ini, peganglah satu" ucap sang ayah sambil melemparkan satu pedang kayu yang langsung ditangkap oleh Nelson.
. . . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
{Pakaian Nelson saat ini}
. . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
{Pakaian Ayah Nelson (Bluze) saat ini}
"Baiklah, mari kita mulai. Tapi pertama, Ayah ingin tahu dulu seberapa jauh pengetahuanmu tentang pedang dan tekniknya. Coba kau jelaskan." ucap Bluze yang sedang berdiri di hadapan Nelson.
