[Kecurigaan yang terwujud]Suara hentakan kaki dari kuda-kuda yang sedang ditunggangi dan berlari cepat itu terus terdengar di sepanjang pelosok hutan. Seorang penunggang kuda besar berwarna putih yang sedang memimpin di barisan paling depan itu akhirnya kembali berbicara.
"tch, dimana lagi jejak dari para monster sialan itu??"
Belum lama berbicara, salah satu penunggang di belakangnya berteriak sesaat melihat sesuatu.
"Tuan Bluze! Disana!" ucap sang penunggang sambil menunjuk ke arah tempat sekumpulan monster sedang mengerubungi empat ekor domba liar.
"hah, Disitu kalian rupanya!" teriak Bluze puas saat dia langsung berhenti lalu turun dari kuda putihnya.
Dengan cepat, Bluze mengeluarkan pedangnya dari sarung yang terkait dengan ikat pinggangnya lalu menyerang para monster tingkat B di hadapannya tanpa menyakiti para domba liar yang terkepung.
Para warga desa yang berada di belakang Bluze juga turut membantu dengan busur dan panah mereka. Dan dengan beberapa ayunan pedang dan tembakan dari panah-panah tersebut, para monster itu pun langsung mati dan melebur di bawah kaki Bluze.
Dia menyimpan pedangnya di sarungnya kembali sambil mengontrol nafasnya dan membersihkan darah dari para monster di wajahnya.
"T-Tuan Bluze! Anda tidak apa-apa?" tanya dari sang kepala desa yang khawatir dan segera turun dari kudanya untuk menghampiri Bluze.
"Saya tidak apa-apa. Juga, lebih baik anda sekarang segera mengamankan para domba-domba liar ini, sekalian bisa mengganti ternak warga yang hampir habis dimakan oleh para monster." ucap Bluze dengan nada seriusnya.
"oh, kau ada benarnya. Oi! Keluarkan tali kalian dan bawa domba-domba ini kembali ke desa!" balas sang kepala desa yang langsung memerintahkan beberapa warga lainnya.
Bluze hanya memperhatikan dalam diam bagaimana domba-domba liar yang semula berada di hadapannya kini diikat dan digiring oleh dua warga dari atas kuda mereka. Sang kepala desa juga turut memantau situasi dan kondisi dari warga-warga lain.
Tatapan Bluze tergantikan ke arah bawah. Sambil melihat monster-monster di kakinya melebur dan menghilang secara perlahan, pikirannya terputar kembali disaat dia dirumah dan baru saja berniat ingin mengajarkan dan berlatih sihir dengan anak satu-satunya.
[Sialan! Mereka masih saja belum habis sejak tadi, padahal seharusnya hari ini menjadi hari aku menghabiskan waktu dengan Nelson! Aku-]
"Bluze, jangan terlalu banyak memikirkan hal yang sedang kau pikirkan." ucap seseorang yang memiliki jangkauan umur yang sama dengan Bluze, menghampiri dengan kudanya yang mengikuti dan membuka tudung dari jubahnya, memperlihatkan rambut coklat agak terang, sedikit panjang dan diikat seadanya juga iris Pink Violet di mata kecilnya.
"Nezu." Gumam Bluze saat dia melirik ke arah samping kanannya.
"Tetaplah fokus ke pekerjaan kita sekarang, kita masih belum menemukan spawner yang kemungkinan akan menjadi yang terakhir kita hancurkan." ucap Nezu yang berdiri di sebelah Bluze, tingginya hanya mencapai sekitar dagu Bluze.
"heh, buat apa kau repot-repot mengkhawatirkanku? Lebih baik kau mengkhawatirkan keluarga dan dirimu sendiri saat ini. Kau seharusnya tahu kan kondisim-"
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love That Born in Another World (BxN BL Omegaverse)
Fantasy"ahh.. Pengen punya pacar.." Entah sudah berapa kali, dan berapa lama aku memikirka- nggak, menginginkan hal itu. Aku bahkan mulai berpikir kalau tuhan benci kepadaku hingga membuat takdirku untuk menjadi jomblo untuk selamanya... Atau, itulah yang...