Pandangan

49 10 0
                                    

Jaehyun baru saja pulang dari ospek keduanya. Wajahnya terlihat lelah, namun pikirannya terus melayang pada sosok senior yang menarik perhatiannya. Selama acara ospek, bayangan senyuman dan tatapan senior itu tak henti-hentinya mengganggu pikirannya.

Saat makan malam, keluarganya berkumpul di meja makan. Kakaknya, Johnny, mulai memperhatikan bahwa Jaehyun tampak melamun.

“Jaehyun, kamu kenapa?” tanya Johnny, membuyarkan lamunan Jaehyun.

“Hah? Oh, tidak apa-apa,” jawab Jaehyun, berusaha tersenyum meski wajahnya masih memikirkan senior itu.

"Sepertinya kamu sedang memikirkan sesuatu, apa ospeknya terlalu berat?” tanya Mr. Jung

“Tidak, ospeknya menyenangkan Ayah,” balas Jaehyun, meskipun matanya kembali terlihat kosong.

“Kamu kelihatan tidak fokus, sayang. Ada masalah di kampus?” tanya lembut Mrs. Jung

Jaehyun menggeleng pelan, mencoba mengalihkan pembicaraan. “Tidak ada masalah, Bu. Aku cuma sedikit lelah.”

Adiknya, Jeno, yang lebih muda, menyenggol lengan Jaehyun dan menggoda.

“Jangan-jangan kamu lagi naksir senior, ya?” tawa kecil Jeno.

“Tidak, Jeno! Jangan asal tebak!, diamlah” ketus jaehyun yang wajahnya langsung memerah.

Jeno tertawa kecil dan kembali menggoda jaehyun dengan sedikit memberikan colekan. Jaehyun melirik tajam Jeno agar berhenti lalu Jeno berhenti namun tetap saja tertawa. Sedangkan kakaknya, Johnny, hanya menggelengkan kepala saja, begitu juga dengan ibunya.

Jaehyun kembali terdiam, memikirkan pertemuannya dengan sang senior. Namun, tiba-tiba Mr. Jung menatapnya dengan serius.

“Jaehyun, ingat, fokus utama kamu di kampus adalah belajar, bukan jatuh cinta. Jangan sampai perhatianmu teralihkan,” ujar ayahnya tegas.

Jaehyun mengangguk, meski dalam hati masih ada sedikit kekecewaan.

“Iya, Ayah. Aku paham.” ucap datar jaehyun.

“Ospek itu penting, tapi kuliahmu jauh lebih penting. Jangan biarkan hal lain mengganggu fokusmu. Ayah mengizinkanmu kuliah jurusan seni bukan untuk bermain tapi untuk bisnis baru yang akan datang untukmu. Jika kamu memikirkan hal-hal tidak terlalu penting, itu akan merusak fokusmu” sambung Mr. Jung dengan suara lebih tegas menatap anaknya dengan serius.

" Benar kata ayah, jangan rusak fokusmu, kamu bahkan di izinkan mengambil jurusan di luar bisnis keluarga. Bahkan ayah membuatkan bisnis baru untukmu, jangan merusak fokusmu"  lanjut Johnny dengan tegas seperti ayahnya.

Johnny memiliki karakter yang sama persis seperti ayahnya, bahkan di usianya yang sudah 37 tahun, Johnny hanya fokus bekerja dan tidak pernah mengenalkan satupun perempuan ke keluarganya.

"Iya” jawab Jaehyun sambil tersenyum tipis, meskipun pikirannya masih dipenuhi bayangan senior yang memikat itu.

Malam itu, setelah makan malam selesai, Jaehyun kembali ke kamarnya. Ia berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit sambil terus memikirkan pertemuannya dengan sang senior. Ia tahu bahwa perasaan ini mungkin hanya sementara, namun bayangan itu begitu kuat, seolah-olah menariknya untuk mengenal senior tersebut lebih jauh. Jaehyun tersenyum sendiri, memikirkan kemungkinan untuk bertemu lagi dengan senior itu di kampus. Ada rasa penasaran yang tak bisa ia abaikan.

.......

Hari ketiga sekaligus hari terakhir ospek di Fakultas Seni tiba. Aula gedung fakultas dipenuhi semangat dan antusiasme mahasiswa baru. Jaehyun, Eunwoo, dan Mingyu bersiap menghadapi kegiatan penutupan dengan semangat dan sedikit cemas.

Kanvas CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang