Bertemu, Lagi?
Dari atas jembatan, Bandung terlihat sangat indah dengan banyak gemerlap cahaya mempesona, derungan mesin adalah satu satunya yang terdengar mendominan.
Mata nya sukses melihat beberapa sepasang insan yang sedang bercumbu mesra dibawah sana ditemani remang remang lampu jalanan, kemudian ia menggeleng mengalihkan pandangan.
Ia menghembuskan nafas pelan, dagunya ditumpu dengan satu tangan menggambarkan wajah yang terlihat memikul banyak beban kehidupan. Orang akan beranggapan anak itu adalah anak yang tak tahu tujuan dan arah.
Begitu banyak yang Kaffa fikirkan beberapa hari terakhir semenjak pertemuan nya dengan Aslan dan Adriel. Aslan masalah utama, ia begitu memikirkan hal yang penting. Bagaimana bisa ia harus bersandiwara menjadi orang asing saat bersama teman masa kecilnya?
"Apa yang harus kulakukan kedepan nya, begitu banyak hal terjadi tahun ini."
"Bahkan sebentar lagi tahun akan berganti, namun hidupku begini begini saja. Huft harapanku ternyata sudah pupus sejak lama." Ia melempar asal beberapa batu kerikil dengan perasaan kesal, lalu kembali membuat pola abstrak pada tumpuan nya.
"Permisi tuan, kerikil mu terus mengenai diriku. Itu menyakitkan." Seorang lelaki dewasa berbicara membuat Kaffa menoleh mencari korban nya.
"Loh, kamu.."
Netra Kaffa menatap terkejut seseorang yang tak jauh darinya sedang bersandar pada motor besar miliknya. Tampaknya ia juga sama terkejutnya dengan Kaffa, perlahan pria itu mendekat.
"Ternyata bocah ini, astaga. Hai kita bertemu lagi kawan." Pria tersebut menepuk akrab bahu lebarnya, dengan kikuk ia melambaikan tangan dan balik tersenyum. "Aslan ya?"
"Kau mengingatku. Aku patut memberikan apresiasi, dan aku juga mengingatmu Kaffa. Wah padahal aku buruk dalam mengingat nama seseorang haha." Aslan tersenyum pepsodent di selingi tawa.
Sejujurnya Kaffa sedikit canggung dalam keadaan begini, terlebih posisinya sekarang masihlah orang asing?
Orang asing?
"Apa yang kau lakukan disini Kaffa?"
"Aku hanya membutuhkan pemandangan lain, aku bosan berada di cafe milik bibiku seharian penuh."
"Oh, kau bekerja paruh waktu?" Kaffa menggeleng, "hanya membantu orang tua. Ibuku selalu menasihati ku dirumah, telingaku pengang dibuatnya."
Aslan mengangguk angguk, terfokus melihat jalanan yang ramai kendaraan berlalu lalang. "Kau sendiri sedang apa disini?" Kaffa bertanya balik.
"Aku hanya membutuhkan refreshing, aku bertengkar lagi dengan tunanganku, Mirumi. Ia temanmu kan?" Kaffa sontak menoleh mengernyitkan dahi.
"Aku hanya sempat bertukar nomor, tapi tidak komunikasi. Mengapa bertengkar?"
Sebelum berbicara pria itu tampak menunduk menghela nafas berat, lalu kembali menatap biasa. "Aku dengan nya hanya terlibat perjodohan, aku tidak mencintainya sungguh. Ia juga memiliki kekasih. Namun beberapa kali aku membuatnya kesal, aku selalu melupakan sesuatu yang ia suka dan tidak suka."
"Aku mengingat sesuatu yang milik orang lain. Aku tidak tahu ia siapa, namun aku tahu apa yang ia suka dan tidak. Lalu hal itu terbawa pada kekasihku. Mereka sangat berbeda, itu sebabnya Mirumi marah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aromanis - SungWon
أدب المراهقينIni tentang Aslan dan Kaffa. Lembaran cerita manis bertahun tahun lalu sudah Kaffa tutup. Tetapi di kemudian hari ia harus membuka kembali lembaran tersebut ketika orang lama kembali ke hidupnya yang sekarang. Apa pria itu tak mengingat betapa perih...