Rahasia Pria Bulan

30 9 0
                                    

Mereka tertawa satu sama lain, senior dan bos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka tertawa satu sama lain, senior dan bos. Aku yang memandangi mereka dari balik meja bar tertegun kagum. Seperti ada atmosfer yang menaungi mereka berdua. Tidak ada ruang untuk orang lain tak terkecuali aku. Baru kusadari bahwa bos hanya tertawa lepas ketika bersama senior, seperti bulan yang mendapat cahayanya dari matahari.

Tuan Neil, seorang head barista yang telah bekerja di kafe gerimis ini, lebih lama dari aku hidup di dunia ini, menyeringai lalu menepuk tipis bahuku. Ia hanya ingin datang menyapa. Kemudian dirinya berkutat lagi dengan biji-biji kopi yang akan ia siapkan untuk hari ini. Masih dengan memandangku dan sesekali menatap mereka, bos dan senior. Tuan Neil mendekatiku kembali , ia membisikkan sesuatu soal bos.

"Ini rahasia Bos," katanya.

"Dulu, sebenarnya Moon anak yang ceria ..., kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya yang membuat dirinya berubah dingin dan berwajah masam." lanjutnya.

"Ah ya Tuan Neil, kau 'kan telah bekerja sejak Moon kecil, apakah sejak kecil dia memang senang melihat bulan? tanyaku pada Tuan Neil.

Tak kusangka air muka Tuan Neil berubah, ia lantas membawa sekantung biji kopi pilihannya lalu menyuruhku untuk menggilingnya, rupanya ia ingin membuatkan kopi, untuk menemani sarapan.

"Sarapan dengan secangkir kopi hitam," seringainya sambil terkekeh.

Lalu ia berbisik kembali." Ketika peristiwa itu terjadi tepat pada saat hari terjadinya gerhana bulan. Moon baru berulang tahun ke Sembilan, saat itu diberi hadiah sebuah teleskop oleh orang tuanya, ia amat senang dan malam itu ... ia sedang asyik memandang bulan. Tubuhnya bergetar seketika, seseorang mengabarkan perihal kecelakaan. Kemudian Moon mendengar suara kakeknya meraung histeris lalu memukuli kotak pos merah tiada henti." Cerita Tuan Neil sedikit tersendat, ia mengambil bubuk kopi yang telah kugiling, menciumi aromanya sambil memejamkan mata lalu membandingkan dengan bubuk kopi lama.

"Lantas reaksi Moon, apakah ia juga histeris?" Aku tak sabar dengan kelanjutan ceritanya.

Tuan Neil menatapku bimbang, entah ia bermaksud melanjutkan ceritanya atau tidak, mungkin saja ia takut senior dan bos akan dapat mendengar atau bahkan curiga melihat kami berbisik-bisik terlalu lama.

"Sepertinya bos dan senior tidak memperhatikan kita, Tuan Neil!" sekali lagi kuyakinkan Tuan Neil untuk meneruskan ceritanya.

Jujur aku begitu penasaran dengan kisah masa lalu mereka. Sekali lagi melirik pada bos lalu kukatakan pada Tuan Neil.

"Apakah kau ada bersama Moon saat malam gerhana bulan?" tanyaku penasaran, arah pertanyaanku menjurus pada situasi gerhana bulan di malam tersebut, karena hal itulah yang mendasari keajaiban pada kotak pos merah di kafe gerimis.

"Hari itu kami sangat sibuk, pita-pita menjuntai menyambut gemerlap tahun baru, terompet-terompet tergantung di dinding kafe. Kami sedang bersiap-siap sebaik mungkin untuk menyambut pelanggan yang merayakan tahun baru di kafe ini." Mata Tuan Neil menerawang.

Surat untuk Tahun 2001Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang