1. Dia Yaara

94 54 40
                                    

Assalamu'alaikum semua!

للهم صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَّعَلى الِه وَسَلِّم<>

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحَطَّ عَنْهُ عَشْرَ خَطِيئَاتٍ

"Barangsiapa bersholawat kepadaku satu kali, niscaya Allah bersholawat kepadanya sepuluh sholawat dan menghapus darinya sepuluh dosa" (HR. Ahmad)

Percuma memperbaiki diri, jika yang berantakan hati~Yaara Lavani Helga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Percuma memperbaiki diri, jika yang berantakan hati
~Yaara Lavani Helga

Pagi yang indah. Di sebuah kamar bernuansa putih abu-abu terlihat seorang cewek tengah bergelung nyaman tak terusik dibawah selimut tebalnya.

Tok, tok, tok.

Suara ketukan pintu yang sedari tadi berbunyi berhasil membuat tidur nyenyak cewek itu terganggu.

"Berisik!" protes cewek itu kesal.

"Non Yaara bangun non, ini sudah hampir jam 7. Non Yaara bisa telat ke sekolahnya kalo gak bangun. Ayo non, bapak sudah menunggu dibawah." Ucap Bi Sari, sang pelaku yang berada dibalik pintu kamar.

Tak ada sahutan.

Cklek.

"Apaan sih Bi? Ganggu orang tidur aja, huayyy" kata Yaara sambil menguap lebar.

"Aduh non, cepat siap-siap ke sekolah atuh." Kata Bi Sari.

Yaara berdecak "Masih terlalu pagi ini Bi "

"Udah jam 06.46 non."

"APA?!" Yaara melotot "KENAPA BARU BANGUNIN YAARA SIH BI, KAN TELAT JADINYA!" teriak Yaara sambil berlari masuk ke kamar mandi.

Sedangkan Bi Sari yang mendengar itu hanya melongo tak percaya. Pasalnya Ia sudah berdiri didepan pintu kamar Yaara sejak 1 jam lalu, tapi memang dasar si empunya kamar terlalu kebo sampai-sampai baru bangun. Sabar ya Bi Sari, Yaara emang gitu.

***

Yaara menuruni tangga rumahnya dengan terburu-buru tanpa melihat ke jalan.

Bruk!

Sampai-sampai tangga terakhir ia lewati begitu saja, sehingga membuat dirinya jatuh mencium lantai.

"Eh anjir, kenapa jadi nambah nih tangga? Aduh sakit banget lagi," lirih Yaara. Ia menatap tangga di belakangnya kesal.

"Loh Yaara, ngapain duduk dilantai?," tanya Helga ketika hendak ke ruang tengah dan tak sengaja melihat anak gadisnya itu duduk bersimpuh dilantai.

Yaara berdecak "Ck, Ayah gak liat kalo Yaara jatuh?."

"Ohh, jatuh ternyata." Helga sudah tak heran dengan sikap pecicilan Yaara yang tidak pernah berubah.

"Ihh Ayah, kok malah bilang oh sih, bukannya nolongin anaknya yang kesakitan," kata Yaara.

Helga menggeleng pelan "Gak usah manja, udah besar juga. Kalo kelakuan kamu kayak gini terus kapan berubahnya?, cepet berdiri. Pak Danang udah nungguin tuh dari tadi."

"Iya, iya. Berubah apanya sih yah, ini udah bener kok, Yaara udah cantik, baik, pinter, dan suka menolong. Lagian susah sih memperbaiki diri, kalo yang berantakan hatinya." Yaara berdiri dari duduknya sambil menepuk-nepuk seragamnya yang sedikit kotor. "Yaara mau berangkat sendiri, gak usah dianter."

"Gak, gak boleh, nanti kamu malah bawa mobilnya kayak orang kesetanan apa-apa di terabas." Helga menolak permintaan Yaara.

Sembari menyalami tangan Ayahnya Yaara menggeleng tetap tak mau tau. "Gak mau! Pokoknya Yaara mau bawa mobil sendiri, udah telat nih. Bye Ayah LOV YUHHH!." Yaara berlari keluar rumah sambil tertawa setelah sebelumnya mencium pipi kanan Helga sekilas.

Helga hanya mengelus dadanya sabar menghadapi tingkah laku Yaara.

***

Seorang cewek dengan rambut di ikat kuncir kuda menatap gerbang sekolah yang tertutup rapat didepannya sambil mendengus. Dia adalah Yaara Lavani Helga, salah satu siswi ternakal yang sering mendapat panggilan BK di SMA Armada karna kelakuannya yang suka melanggar peraturan. Ya seperti itulah Yaara, cewek bar-bar dengan segala sifat ajaibnya.

Yaara berpikir bagaimana caranya ia bisa masuk ke dalam. Manjat tembok? Bisa saja sih, tapi mungkin didalam sudah ada Pak Tono-Guru piket yang sedari tadi menanti kedatangannya. Balik lagi ke rumah? Anggap saja hari ini libur, tentu tak mungkin. Karna Yaara malas berurusan dengan Ayahnya. Yaara Kembali berpikir keras sambil membenarkan letak kacamata hitam yang dipakainya.

"Ribet banget lo ra, bolos aja kenapa," kata Yaara sambil tertawa sendiri seperti orang gila.

Setelahnya, Yaara memilih kembali masuk kedalam mobil yang ia parkir tak begitu jauh dari tempatnya berdiri tadi.

"Yaara! Hari ini kita jalan-jalan ke mall. Kita cari pangeran berkuda disana."

***



TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang