للهم صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَّعَلى الِه وَسَلِّم<>
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحَطَّ عَنْهُ عَشْرَ خَطِيئَاتٍ
"Barangsiapa bersholawat kepadaku satu kali, niscaya Allah bersholawat kepadanya sepuluh sholawat dan menghapus darinya sepuluh dosa" (HR. Ahmad)
Katanya pertemuan pertama itu mengesankan, benarkah?
"Heh! Lo kalo jalan liat-liat depan dong. Udah tau ada bidadari masih aja ditabrak," protes Yaara narsis. Ia kesal karna saat sedang berjalan santai sambil memikirkan tempat yang akan ia kunjungi selanjutnya setelah dari Playground, tiba-tiba saja seorang laki-laki tak dikenal menabraknya.
"Astaufirullah, maaf," kata laki-laki itu tanpa menatap Yaara. "Tapi yang nabrak itu anda karna jalannya sambil ngelamun."
Yaara melotot "Kok jadi gue? Padahal jelas-jelas lo yang salah," sewot Yaara. Ia tidak peduli jika kini telah menjadi pusat perhatian banyak orang.
Tak ingin memperpanjang, laki-laki itu menangkupkan kedua tangannya di dada. "Maaf saya buru-buru, permisi." Ucap laki-laki itu sebelum berlalu pergi dari hadapan Yaara yang hanya melongo menatap kepergiannya.
"Oh SHIT! Gila tuh cowok. Apa gak slinder tuh mata dari tadi nunduk terus, sampai-sampai bicara tanpa natap gue yang cantiknya masyaallah ini! Gila, gila," monolog Yaara dengan pedenya. "Kalo lagi kesel gini bawaannya pengen makan aja, huh."
Yaara memilih memasuki salah satu kafe yang kalau tak salah laki-laki yang tadi ditabraknya juga pergi ke kafe itu.
Yaara mengambil meja didekat jendela. Sehingga dirinya bisa melihat dengan jelas pemandangan indah kota Jakarta dari sana. Sembari tersenyum, Yaara melambaikan tangannya pada salah satu pelayan yang berdiri tak begitu jauh dari mejanya.
"Ya mbak, mau pesan apa?," tanya pelayan itu sambil menyodorkan buku menu.
"Saya pesen steak satu, kentang goreng satu, sama minumnya Lemon Tea," Yaara menyebutkan pesanannya.
Setelah mencatat pesanan Yaara pelayan itu undur diri. "Baik mbak, ditunggu ya pesanannya."
Yaara mengangguk sebelum melemparkan tatapannya pada banyaknya pengunjung kafe siang ini. Senyum merekah tak luntur sedikitpun walau sedetik. Tapi, senyum itu langsung menghilang tatkala tatapan matanya bertemu dengan tatapan tajam milik seseorang yang berada disebrang mejanya.
Deg!
"Mati gue," batin Yaara.
***
Yaara menundukkan kepalanya tak berani mendongak untuk berhadapan langsung dengan seseorang didepannya.
"Jadi sekarang sekolahnya pindah ke mall?," selidik Helga dengan memicingkan matanya.
Yaara nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ah itu yah, a-anu tadi sekolahnya libur mendadak," alasan Yaara.
Helga menggeleng " Oh iya? Biasanya kalau memang libur mendadak ke mall nya gak sendirian kan?," tanya Helga yang sudah hafal dengan segala alasan Yaara.
"Ayahhh, jangan dimarahin terus dong anaknya yang cantik ini. Bolos cuma sekali doang," kata Yaara, memilih menyerah dari pada terus mengelak.
"Satu kali kata kamu, tapi Ayah dipanggil BK nya setiap minggu gitu?."
Yaara nyengir "Ya kan, itung-itung Ayah mengenang masa muda dengan sering bolak-balik sekolahan Yaara."
"Astaufirullah Yaara, berubah nak. Besok Ayah bakalan kasih kamu hukuman," putus Helga.
"Oh My God, no! Hukuman terus perasaan, gak mau huhu" tolak Yaara dengan dramanya.
"Suruh siapa kamu nakal gak nurutin perintah Ayah. Pokoknya besok kamu harus mau menjalani hukuman itu."
"Tapi Yah-"
"Assalamu'alaikum, maaf om saya lama ke kamar mandinya," ucap seorang laki-laki yang langsung mengambil tempat duduk dihadapan Helga. Sedangkan Yaara yang berada disamping Helga membulatkan matanya kaget.
"Waalaikumussalam, gak papa Zen. Lagian om lagi menyelesaikan masalah dengan anak om yang lagi kita bicarakan tadi," jawab Helga
Yaara menatap Ayahnya penuh selidik "Ayah ngomongin Yaara? Wah, wah, bau-bau pembicaraan licik nih," kata Yaara.
"Astaufirullah, apa yang kamu katakan Yaara. Maaf ya Zen, mohon maklumin dulu omongan anak om memang agak kurang di filter." Helga menatap laki-laki bernama Zen itu merasa bersalah.
"Di filter apanya sih yah, dikira tiktok kali pake filter-filter segala." Yaara memutar bola matanya malas. "Heh om, lo kan tadi yang nabrak gue?," lanjut Yaara melemparkan pertanyaan kepada Gus Zen yang ia panggil om.
"Om?," beo Gus Zen.
"Iya om, umur lo udah kelihatan tua gitu masak mau dipanggil adek."
"Yaara, jaga ucapan kamu. Yang sopan kalo bicara, masak Zen ganteng gitu kamu panggil om," tegur Helga.
"Ganteng dari mananya coba wong tua jelek gitu," gumam Yaara menatap tajam Gus Zen yang tak sekalipun menatapnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR
Teen Fiction#WELCOME to cerita perdana aku #No plagiat!! Murni hasil sendiri #Awas typo bertebaran dimana-mana Author bakalan up setiap hari Sabtu yah guys!! Follow + coment + vote 🫶🏼 ____ -KETIKA LAUL MAHFUDZ BERKATA- Bagaimana menurut kalian jika cewek naka...