Sudah tiga hari Caine tidak masuk sekolah, dan kebetulan besok adalah hari Minggu, jadi anak anak SBB memutuskan untuk menjenguk Caine.
Saat ini, mereka semua sedang berada di parkiran sekolah, sudah waktunya pulang tapi mereka masih berada di gazebo yang memang ada di parkiran sana.
Mereka sedang merundingkan rencana untuk besok menjenguk Caine.
"Besok yang jenguk semua anak SBB? Termasuk yang beda sekolah?" tanya Key yang sedang menyenderkan dirinya di tiang gazebo.
"Iya, gue udah ngabarin Marcell buat ngasih tau yang lain, besok kita ketemuan di pertigaan lampu merah deket toko buku itu aja, lumayan deket kok dari perumahannya Caine." ucap Selia.
"Yaudah, jam berapa kira kira?" kata Souta.
"Emm... Jam sembilan aja kali, ya? Atau setengah sepuluh?" ucap Echi memberi pendapat.
"Jam setengah sepuluh aja deh. Biar ada waktu buat bersih bersih rumah dulu nanti." ujar Mia yang diangguki oleh SBB girl's.
"Yaudah, besok jam setengah sepuluh, ya?" tanya Riji memastikan, mereka yang ditanyai menganggukkan kepalanya setuju.
•••
Hari Minggu pun tiba, entah mengapa, Selia dan Riji sudah berada di rumah Caine.
Pagi tadi, Selia menghubungi Riji, mengatakan bahwa ia memiliki firasat tak enak mengenai keadaan Caine dan karena hal itu lah yang membuat mereka berdua sekarang berada di depan pintu rumah Caine, perasaan ragu menghampiri hati Selia.
"Ketuk jangan?" tanya Selia kepada Riji disampingnya.
"Langsung buka aja, dikunci ngga?" ucap Riji, lalu Selia mencoba membuka pintu yang untungnya tak dikunci itu.
Mereka berdua pun masuk kedalam rumah, baru saja menginjakkan kaki di ruang tamu, perhatian mereka berdua langsung teralihkan karena mendengar suara orang terjatuh.
Dengan langkah sigap, mereka berdua menaiki tangga dan menuju kamar Caine yang memang berada di ujung lantai dua rumah itu.
Selia berusaha membuka pintu kamar Caine yang sayangnya di kunci itu.
"Dikunci, coba dobrak!" ujar Selia dengan panik.
Dengan mengerahkan seluruh tenaga, Selia dan Riji mencoba mendobrak pintu kamar Caine, setelah percobaan yang ke 5 kalinya, pintu itu pun berhasil terbuka dan terlihatlah Caine yang sedang meringis dibawah kasur dengan darah yang mengalir di hidungnya.
"Caine!" ucap Selia dengan panik lalu ia menghampiri Caine dan langsung memeluknya erat.
"Sel? J - jangan peluk... D - darah... Baju kamu." ucap Caine dengan terbata bata.
"Diem, Caine. Jangan ngomong, oke?" ucap Selia sambil mengelus rambut belakang Caine.
Riji dengan inisiatifnya sendiri mengambil ponsel Selia yang berada di tas kecil lalu menghubungi Joylynn.
Terdengar nada dering tiga kali lalu diangkat lah panggilan itu oleh Joylynn.
"Halo? Kenapa, sel?"
"Halo kak Joy! Ini Riji, kakak dimana?"
"Oh, halo, Ji. Kakak lagi di Univ Negeri yang dideket sekolahan kamu, lagi ngikut dokter pembimbing ngisi materi, kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Always An Angel, Never A God. [HIATUS]
Short Story[HIATUS] "Ma, pa, Caine ngga sehebat itu untuk memenuhi ekspektasi kalian." warn! •bxb, homophobic? ngga usah baca! •typo bertebaran •mental health, insecurities. happy reading ~ highest rank. #1 rioncaine. #1 rionkenzo #1 cainechana #2 rionkenzo #...