[23.] Antara Gerald dan Zhana.

460 91 7
                                    

"Siapa?"

"Gerald."

Hening, tak ada suara sama sekali yang terdengar dari dalam ruangan. Gerald menghela napas.

Zhana... It's that you?..

Gerald sempat melamun sejenak hingga tiba tiba pintu ruangan terbuka dengan Geysha yang menatapnya dengan tatapan tajam khasnya.

"Ngapain lo?" tanya Geysha sambil memicingkan matanya. Gerald tersenyum canggung, ia mengusap tengkuk belakang kepalanya.

"Jenguk... Adek, gue?.." jawabnya ragu. Geysha tersenyum sinis, ia lalu menyenderkan tubuhnya di pinggiran pintu dan tertawa kecil.

"Adek? Lo? Seorang Gerald ngakuin Caine adek?" ucapnya dengan nada remeh.

Muka Gerald memerah, antara malu dan kesal. Geysha memiringkan tubuhnya, lalu mendongakkan kepalanya mengode untuk masuk kedalam.

"Masuk aja, ada Zhana disana." ujar Geysha. Ia lalu masuk lebih dulu dibanding Gerald.

Gerald menghela napas sejenak, ia lalu mulai melangkah masuk, memalingkan wajah kala bersitatap dengan Zhana.

Ia memfokuskan dirinya pada Caine yang terbaring di ranjang pesakitan. Hatinya sakit melihat adiknya yang selama ia abaikan terbaring tak berdaya di rumah sakit.

"Andai papa ngajak kamu juga, Caine..." gumam Gerald, ia lalu duduk di kursi yang memang sengaja disediakan di sebelah ranjang.

Gerald mengelus tangan Caine yang terbebas dari infus, dingin... Tangan Caine dingin, sedingin hari Caley yang secara terang terangan tak menginginkan Caine sebagai anaknya lagi.

Gerald mengalihkan pandangannya ke wajah Caine, wajah tidur yang damai, indah dan sayangnya sangat mirip dengan mendiang bundanya itu.

Bunda... Kenapa Caine bisa semirip ini sama bunda?..

Sifat lembutnya, tatapan teduhnya, lekuk tubuh serta cara berpakaian, tingkah laku dan segala hal yang ada pada diri Caine, benar benar mengingatkan Gerald pada bundanya, Yuka.

•••

Setelah 40 menit hanya terdiam sambil menatap Caine yang tertidur, akhirnya Gerald bangkit. Ia pamit pada Zhana karena Geysha sudah tertidur.

Namun, belum sempat Gerald keluar dari ruangan Caine, Zhana lebih dulu menginterupsi Gerald.

"Bentar, Ge." ucap Zhana, Gerald berhenti lalu menatap netra bening Zhana.

"Kenapa, Na?"

Zhana hanya terdiam, ia lalu bangkit dari duduknya dan berjalan keluar sambil menarik Gerald.

Gerald hanya mengikuti kemana langkah si perempuan bersurai abu itu, hingga mereka berdua berhenti di taman rumah sakit yang cahayanya remang remang karena memang sekarang pukul 03.10 WIB.

Hening dan udara dingin menjadi backsound mereka berdua malam ini.

Hingga suara Zhana memecahkan keheningan tersebut.

"Apa kabar, Ge?" tanya Zhana pelan, dokter muda itu mengeratkan jaketnya guna mengurangi rasa dingin pada malam itu.

Gerald menatap sejenak wajah Zhana dari samping. Wanita bersurai abu itu masih sama, dengan tatapan tajam dan senyuman sinis yang masih menghiasi wajah anggunnya.

Wanitanya Gerald masih sama. Sama seperti sebelum Gerald pergi tanpa pamit setahun yang lalu.

"Sangat jauh dari kata baik... Kamu gimana, Na?" tanya Gerald balik, sebenarnya lelaki bersurai cokelat tua itu sangat ingin memeluk wanita disampingnya, melepaskan rasa rindu yang setahun belakangan ini membelenggu dirinya.

Always An Angel, Never A God. [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang