[22.] Gerald.

560 116 6
                                    

Kabar masuknya Caine ke rumah sakit menggemparkan keluarganya yang masih berada di Jepang.

"Papa! Caine dirawat dirumah sakit, kita leha leha disini? Papa yang benar aja?!" gertak Gerald pada Caley. Caley hanya menatap malas anak sulungnya itu.

"Tumben kamu peduli?" sarkas Caley.

Gerald terdiam, ia tak percaya kalau ayahnya itu bisa berbuat sedemikian rupa.

"Pa! Caine masih adik aku! Iya, aku tahu kalo belakangan ini aku cuek sama dia, terlebih saat buna udah ngga ada. Tapi mau gimanapun, Caine tetep adik aku!" ujar Gerald dengan emosi yang meledak-ledak. Dengan pertimbangan akhir, ia menatap tajam kearah Caley.

"Kalo papa ngga mau pulang ke Indonesia, biarin aku pulang sendiri ke sana." Gerald langsung pergi menuju kamarnya dan segera mengemas pakaiannya.

Mereka menyewa villa di salah satu pulau di Jepang selama tiga bulan karena Caley yang mempunyai pekerjaan di sana, sekalian liburan keluarga, katanya.

Beberapa menit, Gerald selesai mengemas barang barangnya, ia keluar dari kamar dengan pakaian yang rapih dan tangan yang memegang pasport. Ia berjalan keluar villa dengan tergesa gesa dan masuk kedalam mobil yang memang sudah ia suruh untuk disiapkan.

Dengan perasaan gelisah, Gerald terus merapalkan doa sepanjang jalan menuju bandara, soal tiket, ia sudah terlebih dahulu memesannya saat pertama kali mendengar kabar Caine masuk rumah sakit, sebelum ia berdebat dengan sang ayah.

Caine, tunggu Abang disana...

•••

Di lorong rumah sakit, terlihat ada beberapa orang yang sedang menunjukkan ekspresi putus asa.

Selia dengan jejak air mata diwajahnya, Riji yang menenangkan kekasihnya, Geysha yang duduk dilantai sambil menyenderkan tubuhnya di tembok, Souta yang mondar mandir didepan ruangan IGD, serta Gin dan Rion yang terduduk lemas di bangku tunggu.

Anak anak SBB yang lain sudah terlebih dahulu pulang karena memang sudah mulai malam.

Joylynn bersama dengan Zhana sedang memeriksa keadaan Caine didalam sana.

Setelah hampir 20 menit, Joylynn dan Zhana akhirnya keluar dari IGD dan menghampiri mereka mereka yang berada didepan.

Gin yang pertama kali menyadari kehadiran kedua dokter itu pun langsung bertanya. "Gimana?"

Zhana menghela napas sejenak, ia lalu menjawab. "Yaa... Seperti yang udah kita duga sebelumnya, Caine adalah korban pelecehan, selain itu, ditubuhnya banyak sekali lebam lebam biru yang disebabkan oleh pukulan dari faktor eksternal. Sudut bibir Caine juga berdarah yang sepertinya dia sempat ditampar dengan keras."

Joylynn melanjutkan. "Saat ini, dia masih pingsan, selain karena obat yang diberikan, secara psikis, Caine memang sepertinya kelelahan. Selebihnya, kita pantau aja.."

Mereka yang mendengarkan penjelasan dari kedua dokter itupun menghela napas panjang, antara lega dan khawatir.

Selia menatap kakaknya. "Siapa yang bakal jaga Caine disini?"

"Gue, sama Zhana." jawab Geysha. Joylynn mengangguk, ia lalu membalas perkataan Geysha. "Karena gue ada urusan malam ini, jadi yang jaga Geysha sama Zhana."

Souta yang sedari tadi terdiam akhirnya membuka suara. "Aku... Boleh jenguk?"

Zhana tersenyum simpul. "Silahkan, tapi jangan menganggu ketenangan pasien lain, ya?" Souta mengangguk, ia lalu masuk kedalam bersama dengan Selia, sementara Riji, Gin dan Rion menunggu diluar.

Always An Angel, Never A God. [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang