Part 03

4.9K 156 6
                                    

Hazel pusing terus mendengar suara tangis dan rengekan bayi besar itu. Sejak Hazel tak memperbolehkan Julian menyusu anak itu masih terus menangis bahkan tidak mau makan. Hazel sendiri tidak mau dada nya di hisap oleh sembarang orang, ya walau Julian anak dari suaminya tapi tetap saja Julian bukan bayi.

Hazel mengumpati Jericho yang malah pergi begitu saja menyerahkan Julian padanya. "Kau susui saja, anak itu tidak akan diam sebelum keinginan nya dipenuhi. Lagi pula kau ibunya." Begitu katanya dengan enteng lalu pergi.

Pria dominan itu langsung pergi setelah mendapatkan telpon dari sekertaris nya dimana ada meeting penting dengan kolega dari Jepang. Hazel tidak bisa menahan Jericho jika urusan pekerjaan, dia takut jatuh miskin meski itu tidak mungkin.

"Huuuuuuaaa~ Bibu tidak sayang adek."

"Bibuuuu jahhaaat uhuk.."

"Hiks! Bibuuuu jahaaatt.."

Dibantingnya majalah yang tengah di bacanya pada meja, kepalanya sudah sangat kesal akan tangis si bocah bongsor itu. Pria muda yang Hazel tau baby sitter nya juga sudah berusaha menghentikan tangis Julian tapi bayi besar itu malah memukul nya membuat Hazel tak tega.

"Sudah berhenti menangis, kau sudah batuk batuk nanti tenggorokan mu sakit."

Manik hitam berair itu menatap Hazel polos, tak tega sekali melihatnya. Julian hanya pemuda dewasa yang terjebak dalam usia anak-anak, semuanya terlihat seperti anak-anak pada umumnya, apa mungkin tidak masalah jika Hazel menyusui nya. Hazel juga pikir Julian tidak pernah menyusu pada ibu nya karena ibu anak itu langsung kabur begitu saja.

"Nen di dot saja ya, nanti aku buatkan."

"Tidak mau! Huuuuaaaa~"

"Aduh, aduh jangan tambah menangis dong berisik tau."

"Bibuuu jahattt.."

Hazel mengusak rambut coklatnya kasar, jika bukan anak suaminya sudah Hazel tendang bokongnya sedari tadi.

"Yasudah yasudah boleh nen tapi kau diam!"

Ajaib tangis itu langsung berhenti, semua menjadi hening menenangkan. Hazel mendengus melihat Julian mengusap air matanya lalu tersenyum lebar sekali.

Julian bangun dari duduk di lantainya menerjang tubuh kecil Hazel hingga si mungil terhimpit erat di badan sofa dan tubuh tinggi Julian. "Bibu sayang adek, adek juga sayang Bibu," katanya seraya mengecup pipi Hazel lembut.

Hazel meringis saja diuyel-uyel anak sambungnya. Hazel tepuk punggung tegap Julian. "Sudah lepaskan, aku tidak bisa bernafas."

Pelukan erat itu terlepas, Julian menatapnya lucu diikuti senyum manisnya. "Bibu buka."

Hazel masih tidak rela putingnya dihisap oleh bukan suaminya. Hazel tarik nafas berat menyakinkan diri jika ini bukan keputusan yang salah. Tanpa Hazel tau dari sini lah jerat iblis dimulai.

Pelan-pelan membuka kancing kemeja nya, lebih dulu menyuruh pergi setiap pekerja di ruang tengah ini. Julian si bocah bongsor itu menunggu begitu semangat, manik sipitnya berbinar-binar seperti anak kecil mendapatkan mainan.

Puting kecoklatan itu terlihat di manik hitam Julian, lidahnya menjilat bibirnya mendamba. Wajahnya semakin mendekat hingga deru nafas hangatnya membuat debaran aneh di perut Hazel dan saat mulut hangat Julian menghisapnya Hazel menahan desahannya, Hazel remas surai hitam anaknya.

"Ngghh.. Bibu adek tidak bisa nafas."

Hazel membuka matanya melepaskan tangannya dikepala Julian, tak sadar pria mungil itu menekan erat kepala si bayi. Hazel malu sekali apalagi saat bertemu tatap dengan jelaga Julian yang polos, Hazel meruntuki dirinya yang malah berpikir mesumnya. Julian itu hanya dewasa tubuhnya pikirannya masih sangat kanak-kanak terlihat si bocah menghisap seperti biasa tanpa godaan seperti yang dilakukan pria dewasa mestinya.

Crazy FamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang