003

749 123 3
                                    

~Happy Reading~

Vote

Vote

Vote

Malam ini, di kediaman Alhakam, lebih tepatnya keluarga Afanza. Keluarga kecil itu, saat ini tengah makan malam bersama, di sela sela makan ada suatu hal yang sangat penting, yang akan di sampaikan sama Diktaza Alhakam. Papa Afan.

"Setelah makan kamu jangan ke atas dulu" Ucap Dikta pada anak satu satunya itu.

"Hm" Balas Afan malas, dia pun melanjutkan makanya.

"Ohya, Farez kemana Pa?" Tanya Afan, dari tadi dia tak melihat adiknya kecil itu.

"Farez, dua jam yang lalu sudah balik ke Bandung" Jawab Dikta.

"Oo" Balas Afan paham. Adiknya yang kecil emang sering bolak balik Jakarta-Bandung. Itu semua di sebabkan karna adiknya bersekolah di sana, dan biasanya balik ke jakarta satu minggu sekali.

Sekarang keluarga itu telah selesai makan malanya, Mama Afan pun memberaskan piring piringnya untuk di bawah ke dapur. Ashela syakarza Alhakam.

"Mau ngomong apa pah?" Tanya Afan sopan, meskipun dia di kenal dengan cowok dingin, cuek, tapi cara bicaranya sangat ramah jika bersama orang tua.

"Papah mau jodohin kamu" Jawab Dikta.

Afan kaget dengar ucapan Papanya, tapi dia tetap diam menunggu kelanjutan apa yang Papahnya ucapkan.

"Ini amanat dari Kakek kamu sebelum almarhum" Kata Papah Afan menjelaskan.

"Hm" Afan hanya bedeham, jika sudah menyangkut tentang Kakeknya dia tidak akan bisa menolaknya.

"Besok kita ke rumah sahabat Mama, karna Mama sama Papa udah menemukan calonnya" Kata Mama baru datang dari arah dapur.

"Siapa?" Tanya Afan singkat.

"Kamu pasti kenal Afan, dia anak dari pemilik sekolah Andreomeda" Jawab sang Mama.

Afan sempat berfikir bentar, di benarnya sekarang hanya teringat nama 'Serly'. Apa dia bakal di jodohkan dengan Serly?

"Serly?"tanya Afan.

"Iya sayang,"

"Kenapa harus dia?" Tanya Afan lagi.

"Mamah sama Papah mau kamu buat bimbing Serly ke jalan yang benar Afan, keluarganya udah ga bener, jadi kita bakal jodohin kamu buat bawa Serly pergi dari sana" Jelas Shela jujur.

"Itu juga yang merencanakan perjodohan ini Papah Serly, katanya dia sudah tidak sanggup untuk merawat Serly, jadi karna itu Papah mau kamu yang ngikat Serly setelah ini" Lanjut sang Papah.

Afan diam, dia tahu jika Serly memang anak yang nakal di sekolah, bukan di sekolah aja namun di luar juga, tapi kenalan itu bukan membuat Serly semakin dewasa, justru Serly terlihat seperti anak remaja yang tidak tahu apa apa.

"Afan terima" Kata Afan akhirnya.

"Tulus kan?" Tanya Dikta.

Diary SERLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang