Maaf (2)

46 14 0
                                    

Mobil sedan hitam itu terparkir disebuah rumah kontrakan yang terlihat tak terawat dan tak berpenghuni. ada 4 pintu berjajar menghadap lahan kosong yang sekarang terparkir mobil Khao.  sesaat First bertanya-tanya, siapa temannya yang tinggal disini? sejauh yang dia ingat, teman-temannya cukup mampu untuk memiliki rumah sendiri atau mungkin seseorang yang tidak dia kenal?

First menahan tangan Khao yang hendak membuka pintu untuk beranjak keluar mobil. Khao berhenti sejenak dan menatap First.

"Kau tidak sedang membodohiku kan? aku tak kenal siapapun di daerah ini. dan siapa yang tinggal ditempat seperti itu?" sungguh, bangunan itu sudah mau roboh. First tak akan tertipu hanya karena Khao bersikap wajar hari ini bukan berarti dia tidak gila

"dia ada di dalam. menunggu kita. apa kau harus mendengarnya agar lebih percaya?" tanya Khao saraya melirik Nanon dan mengangguk tanda mengerti.

Tak lama Nanon segera keluar mobil dan masuk ke pintu kontrakan yang berada tepat di depan mobil mereka. kemudian terdengar lolongan kesakitan dari seseorang didalam sana yang membuat First terperanjat kaget.

"Kalau kau tetap tak mau masuk tak masalah, tung-"

"aku akan masuk. Khao! apa yang kau lakukan padanya?!" potong First yang langsung membuka pintu mobil dan berjalan cepat keluar menuju pintu yang masih sedikit terbuka

"bukan aku. itu Nanon" ucap Khao mengikuti First dengan langkah lebih santai

...............................

Di dalam kontrakan yang sulit dideskripsikan sebagai rumah itu, seorang pria muda tampan dengan darah segar mengucur dari pelipis dan luka disekujur tubuhnya meringkuk tak berdaya. dengan penerangan minim, First berjalan memasuki tempat lembab dan berbau kotor itu. 

"Pada hari itu, kau yang datang ke kantor polisi bagian timur dekat perbatasan untuk melaporkan Khaotung kan?" tanya Nanon saat menyadari First sudah ada di dalam

"cepat jawab sebelum tanganmu patah" lanjut Nanon sambil menginjak pergelangan pemuda yang terus menyembunyikan wajahnya dengan meringkuk seperti udang

"Iya! iya itu aku! kau sudah menanyaiku berkali-kali dan sudah kujawab berkali-kali" jawab pemuda itu kesal. suara yang sedikit familiar di telinga First

"Ternyata nanon sudah melatihmu. Good!" suara Khao dari belakang First membuat pemuda yang meringkuk itu menengadahkan kepalanya, menatap tajam Khaotung dan berdesis bajingan yang cukup terdengar oleh mereka

"aku hanya mengkonfirmasi, memastikan tidak salah orang" Ujar Nanon melangkah menjauh dan keluar melewati First dan Khao. tugasnya sudah selesai. sisanya urusan Khao dan First.

"B...ook?!" First terlalu kaget

"F...irst?" dan Book terlalu marah pada Khao untuk menyadari ada manusia lain didepannya

terlalu syok dengan apa yang dilihatnya, lutut First lemas dan dia langsung berjongkok. di depannya, terlihat Book yang sudah tak berdaya dan kotor. jauh dari Book si idola sekolah yang selalu First kagumi. mata nyalangnya melihat Khao dan raut wajah tanpa penyesalan melihat First dihadapannya, terlalu sulit untuk dicerna akal dan hati First. 

"apa?? kau ingin dengar aku mengakuinya kan?" sinis Book pada Khao yang hanya melihatnya malas

"dengar bodoh! aku memanfaatkanmu. kau mau dengar itu? aku memanfaatkan cinta bodohmu untuk mendapatkan datamu"

Book beralih melihat First yang sudah melelehkan air mata tanpa suara yang kini terduduk tak mampu menopang badannya. sudah tak dipedulikannya lantai yang kotor itu atau bau-bau tak sedap yang menyerang indra penciumannya. mengakui tindakan bejadnya sambil terkekeh

Go Down in FlamesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang