First Nightmare

58 14 0
                                    

Saat First pulang semalam, semua lampu di rumah sudah dimatikan tanda ayah dan ibunya sudah tidur. Sejak ulang tahun First yang ke 17, hadiah dari Ibunya adalah kunci rumah. sebuah simbol bahwa First sudah dewasa dan dibebaskan untuk pulang larut jika ia mau. Namun teman-teman First hanya murid biasa yang tidak pandai atau ambis sampai harus pulang larut, pun bukan anak gaul yang selalu party hingga larut. Saat menerima hadiah itu, First sempat meremehkannya. Malam itu ia sangat bersyukur setidaknya ia tidak perlu membangunkan kedua orang tuanya dan membuat mereka khawatir.

First baru bisa tidur jam 12 malam, setelah membersihkan dan mengobati luka-luka yang bisa digapainya. Ia butuh tidur dengan nyenyak malam ini.

......................................... 

First berangkat dengan mengenakan topi baseball hadiah Joong tahun lalu. menutupi wajah memarnya sebisa mungkin. Untung saja ibunya masih di dapur saat ia pamit berangkat dengan alasan ada ulangan dan ia ingin waktu lebih sebelum kelas dimulai. 

saat ia turun di halte sekolah, First berjalan menunduk mencoba menjadi tak terlihat. First mempercepat langkahnya saat ia melihat siluet Book, berharap Book terlalu sibuk untuk menyadari kehadirannya. Setelah melewati Book dan osis-osis itu, First langsung meluncur ke kamar mandi sekolah, ia perlu memastikan wajahnya tidak mengkhawatirkan dan mungkin akan menempelkan beberapa plester untuk menutupi luka yang masih basah.

Di kamar mandi, First memandang wajahnya dengan pikiran yang kemana-kemana, ia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya. seperti mimpi. 

sebuah tangan menepuk bahu First yang membuatnya terperanjat kaget dan menepisnya kasar. 

"Oh, Book.. maksudku maaf phi" Ucap First cepat saat menyadari orang yang menyadarkannya adalah senior Book.

"wajah mu..." Book ingin mengatakan hal lain tapi memar dan luka gores di wajah First mengalihkannya

"Ayo ke infirmary, lukamu yang ini masih basah" lanjut Book tanpa menunggu persetujuan First dan menarik lengannya.

jika ini terjadi dua hari yang lalu, mungkin First akan memerah, shuttering atau mengajaknya mengobrol selama perjalanan. mungkin juga dia akan diam-diam memotret genggaman tangan Book yang menariknya agar lebih cepat. Book terlihat sangat khawatir. 

Tapi First yang saat ini terlalu lelah untuk merespon atau bereaksi apapun, dia hanya menatap lengannya ditarik Book. mungkin ini juga salah satu alasan mengapa Book sangat terkenal dan dicintai satu sekolah. dia sangat baik dan berhati lembut

.................

selama diobati oleh Book, First hanya diam. otaknya sedang menimbang-nimbang perlukan ia mengatakan semuanya pada sahabatnya. melihat Book yang sekhawatir itu, mungkin teman-temannya akan heboh dan bereaksi berlebihan. First ingat pesan Khao sebelum ia pergi. sepertinya ini akan menjadi satu-satunya rahasia First yang tidak Joong tahu.

"Kau ini sudah berduel dengan siapa?" tanya Book sambil membereskan kapas-kapas dan sampah di sekitarnya.

"aku tidak... maksudnya aku kemarin terjatuh cukup keras Phi" jawab First berusaha mencari suaranya yang terdengat terlalu lembut untuk telinganya sendiri

Book mengerti maksud First dan tersenyum.

"sekarang kau sudah bisa memakai dasimu sendiri?" respon Book mencoba mengalihkan apapun yang sedang dipikirkan pemuda lugu di depannya ini.

detik pertama First bingung dengan maksud Book, namun detik berikutnya ia gelagapan dengan semburat merah di kedua daun telinganya.

"ah ini... ya.. aku belajar dengan cepat. terimakasih Phi" jawab First sambil menyentuh dasi yang sudah dikenakan rapi olehnya. Ia teringat dengan moment Book membantunya menyimpulkan dasi yang sama beberapa hari lalu. 

Go Down in FlamesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang