03: Nahwa Adresia

83 5 0
                                    

"Di garis hidup yang masih panjang ini, jangan jadi milik siapa-siapa dulu"—Gus Azzam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Di garis hidup yang masih panjang ini, jangan jadi milik siapa-siapa dulu"—Gus Azzam.

🎀_🤍_🎀

Pesantren kilat dimulai pukul tiga sore sampai lima sore. Bukan hanya santri di bawah umur yang mengikuti program tersebut, anak-anak yang rumahnya dekat dengan Al-Muttaqin ikut berpartisipasi belajar. Pesantren kilat Al-Muttaqin baru mulai di ramadhan tahun sekarang. Pembimbing pesantren kilat adalah santri senior Al-Muttaqin.

Bisa dikatakan santri senior dilihat dari umur dan berapa lama mondok. Standar umur minimal 18 tahun, lama mondok sekitar satu tahun atau 9 bulan.

"Assalamualaikum wr.wb," salam Senja menggunakan mic agar suaranya terdengar oleh anak-anak yang duduk di barisan belakang. Senja dengan Abaya frapucinno berdiri di depan untuk menyampaikan rangkaian kegiatan.

Pertama, Senja menjabarkan pengertian pesantren kilat, secara singkatnya, pesantren kilat adalah semacam short course untuk memperdalam ilmu agama. Banyak manfaat yang akan didapatkan ketika mengikuti program ini. Adapun rangkaian acaranya yaitu sholat Ashar berjamaah, membaca Al-Qur'an bersama-sama, menghafal ayat-ayat suci Al-Qur'an, dan terakhir ceramah singkat.

Rangkaian acara mulai berjalan, Senja bersama santriwati senior yang lain tampak bahagia membimbing acara penuh berkah ini. Anak-anak juga terlihat nyaman belajar bersama mereka.

Pukul 16.50 AM— waktunya ceramah. Senior pertama yang akan ceramah adalah Senja—sesuai kocokan kertas. Tema yang disampaikan adalah kebaikan. "... kesimpulannya berbuat baiklah kepada orang lain, maka orang lain akan melakukan hal yang sama. Namun, jika kebaikan kita dibalas keburukan, maka maafkanlah, karena ini bukan urusanmu dengannya, tapi urusan dia sama Allah."

Anak-anak tampak mengerti dengan penjelasan yang Senja jabarkan. Setelah ceramahan selesai, anak-anak berdiri berjajar untuk menyalami tangan para pembimbing.

"Enggak kerasa ya program ini udah berjalan satu minggu lebih," ujar Aleya sambil membenarkan jilbab.

"Awalnya gue nggak mau jadi pengajar pesantren kilat karna pasti banyak anak-anak nyebelin yang bikin emosi gue setinggi gunung Everest, tapi ternyata enggak, gue malah nggak rela kalau program ini bakal berhenti beberapa hari lagi," ungkap Arriva sedih. "Ternyata enggak semua anak kecil sama kayak bayangan gue."

Senja berdiri setelah beberapa bukunya selesai dibereskan. Arriva dan Aleya yang sedari tadi menunggu pun lantas berjalan dengan Senja berada di tengah mereka. Ketika baru beberapa langkah, kemunculan seorang santri senior membuat tungkai mereka berhenti. Hanya Senja yang menundukkan pandangan melihat kedatangan dua lelaki tersebut.

"Assalamualaikum," salam kedua lelaki itu kompak seraya berhenti di hadapan Senja dkk.

"Waalaikumsalam," sahut ketiga perempuan tersebut. Arriva dan Aleya menelisik dua lelaki itu, mereka diam, tidak berbicara setelah menghentikan langkah.

KAPTEN SURGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang