06: Sepertiga malam

57 6 1
                                    

"Semoga selalu jadi perempuan teduh dengan racun bagi ajnabi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semoga selalu jadi perempuan teduh dengan racun bagi ajnabi."— Raden Azzam.

🎀_🤍_🎀

Perlahan kelopak matanya terbuka, menangkap cahaya yang terasa perih di mata. Dia mengerjap seraya mendudukkan diri. Lirikan matanya bergulir ke setiap sudut ruangan— mencari sesuatu penentu waktu.

"Sepuluh menit lagi," gumamnya setelah menemukan jam dinding. Tidak kembali tidur, netranya mengarah ke punggung seseorang. Sempat terkejut namun keburu ingat dengan acara sakral tadi siang.

Tidak diam ditempat, Azzam turun dari sofa— menghampiri Senja. Dia duduk di pinggir kasur seraya mengamati wajah istrinya yang tetap cantik dan teduh.

Azzam mengusap ubun-ubun kepala gadis itu yang tertutup kain. "Semoga selalu jadi perempuan teduh dengan racun bagi ajnabi, Senja Abiyasa Labibah."

Ternyata keteledoran Fawaz waktu itu adalah gerbang bagi Azzam bertemu dengan hawanya. Semisal Fawaz tidak telat, mungkin ia tidak akan bertemu dengan gadis ini.

"Senja... mau tahajjud bareng enggak?" Azzam berbisik lembut. Tidak berani menyentuh padahal sudah halal untuknya. "Mau, ya? Bangun ayo."

Wallahi, intonasi serendah itu mampu membangunkan yang tertidur lelap. Gadis itu menggeliat di balik selimut biru seraya berusaha mengenali pemilik suara. Ketika matanya terbuka sempurna, presensi seseorang tertangkap samar-samar. Tanpa pikir panjang, Senja bangun lalu menendang lelaki itu sampai jatuh. Ia sendiri beringsut mundur sambil menarik selimut sebatas dada. Mengecek ke dalam— apakah bajunya masih terpasang?

Masih.

"LO SIAPA? LO BERANI GREPE-GREPE GUE?!BAJINGAN, BANGUN—aa-azzam..." Senja memanggil lirih ketika lelaki yang dianggap lancang berdiri. Ketakutan seketika merangkulnya melihat Azzam memegangi pinggul. "Aa nggak papa? Maap saya enggak sengaja. Duduk dulu, marahnya nanti. Pinggangnya nggak papa kan?"

Senja menendang begitu kuat hingga lantai pun memberikan reaksi suara. Kalau dibilang kenapa-napa, nggak terlalu, tapi kalau dibilang nggak papa, sungguh terlalu.

"Saya enggak papa, paling lantainya kenapa-napa, coba tanya keadaannya," jawab Azzam seraya duduk kembali, mengusap-usap pinggang yang terasa patah. "Saya nggak ngapa-ngapain kamu, saya cuma mau ajak kamu tahajjud."

Senja menatap Azzam dengan sudut bibir tertarik tipis. Lantas, ajakan mana yang lebih indah dari ajakan menyapa Tuhannya manusia di saat matahari tidur?

Azzam mengerutkan kening melihat Senja diam sambil tersenyum ala kadar. Perlahan Azzam melambai-lambaikan tangannya di depan wajah gadis itu. "Kamu kenapa?"

"H-hah." Senja terperanjat, buru-buru menunduk. Bisa-bisanya dia hanyut dalam ajakan lelaki itu. Kepalang malu, Senja mengalihkan perhatian Azzam. "Katanya mau tahajjud bareng? Gih, kamu duluan ambil wudhu."

KAPTEN SURGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang