01: Setara

136 5 0
                                    

"Ada jiwa yang tersenyum melihat ciptaan begitu mencintai pencipta-nya"—KAPTEN SURGA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada jiwa yang tersenyum melihat ciptaan begitu mencintai pencipta-nya"—KAPTEN SURGA.

🎀_🤍_🎀

Setelah memakan waktu puluhan menit, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Senda gurau baru berhenti ketika berhadapan dengan sepasang suami istri yang menyambut di ruang utama.

Bukan dianggap tamu, Azzam diakui putra Adikara kendati tidak ada hubungan darah. Padahal Azzam tidak terlalu lapar, namun orang tua Fawaz memaksa Azzam makan bersama.

Sebelum makan, Azzam meminta izin sembahyang magrib karena di perjalanan tadi tidak menemukan musholah atau masjid. Setelah Azzam selesai sholat, makan bersama mulai berjalan tenang dan hening. Suara sendok bergesekan dengan piring pun tidak terdengar.

Obrolan dimulai ketika selesai makan. Anin Kirania Adikara—Ibunya Fawaz memulai perbincangan.

"Kondisi Fayra sekarang gimana?" tanya Anin membuat situasi mendadak berubah. Hawa ruangan terasa asing ketika nama itu disebut.

Azzam tetap memasang wajah tenang kendati kepalanya mendadak berisik tidak beraturan. "Alhamdulilah udah baikan, Tan."

"Ibu..." rengek Fawaz. Dia tidak tahu pertanyaan Anin berpengaruh bagi Azzam atau tidak, raut wajah lelaki itu sulit ditebak. Azzam pandai mengontrol bahasa tubuh. "Enggak usah bahas dia, Bu."

Anin tipikal wanita polos, kurang peka, ditambah lemot, hanya diam tidak mengerti. Memangnya salah menanyakan kondisi seseorang?

"PT Sayyar group terus naik daun. Saya bangga sama kamu, Zam. Setelah ini, ada rencana buat cabang lagi?" tanya Patya Adikara mengalihkan topik. Tidak nyaman dengan kondisi tadi.

Cabang baru? Azzam bergidik mendengarnya. Di usia 23 tahun ini, Azzam menjadi CEO dadakan menggantikan Sang Ibu, memimpin pondok meneruskan tugas Almarhum Ayah. Ayolah, apa Azzam masih kurang? Bukannya tidak bersyukur, tapi Azzam tidak mau lalai menjalankan perintah-Nya bila terlalu disibukan dengan tugas dunia.

Patya tertawa pelan melihat raut wajah Azzam yang kentara tertekan bila pertanyaannya terjadi. "Kamu mirip banget sama Almarhum Hamzah, dari segi muka sampai wawasan nggak ada bedanya."

Hamzah Khalil Sayyar. Putra pendiri PP Sayyar. Ayah kandung Azzam. Hamzah meneruskan jejak Almarhumah Ayahnya mengurus PP Sayyar yang sekarang menurun ke putra pertamanya. Azzam.

Anin menoleh ke arah jam dinding. Jarum jam menunjukan pukul 18.50 PM. "Sebentar lagi Isya, kita tarawih di masjid."

🎀_🤍_🎀

Pondok pesantren Muttaqin. Pondok baru yang memiliki puluhan santri. Pendiri pondok ini adalah seorang pria berusia empat puluh tahun—Hubbu Nabhan Muttaqin—pamannya Senja.

Keluarga Muttaqin memiliki dua pondok. Pertama, pondok Al-Muttaqin yang dipegang oleh Kakeknya Senja—Abduh Falah Zainul Muttaqin. Salah satu pondok besar yang berada di kota Garut.

KAPTEN SURGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang