04. Sincere

84 4 0
                                    

"Singkatnya, Senyum dan wajahnya meneduhkan, kata dan bicaranya menenangkan, akhlaq dan adabnya menentramkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Singkatnya, Senyum dan wajahnya meneduhkan, kata dan bicaranya menenangkan, akhlaq dan adabnya menentramkan."—Raden Azzam.

🎀_🤍_🎀

Jakarta, dua tahun kemudian...

"Umma," panggil Azzam begitu lembut, dia berjongkok di hadapan Adibah Ghaniyyah Sayyar, menggenggam tangannya erat. Perempuan ini adalah perempuan yang akan dimuliakan tanpa batas. Selamanya.

Adibah mengelus rambut Azzam dengan sebelah tangan yang bebas dari genggaman. "Kenapa sayang?"

"Syukron, Umma. Syukron Atas semua yang Umma lakuin untuk Azzam. Syukron atas rasa sakit demi lahirnya Azzam. Syukron atas waktu 25 tahun bersama Azzam. Sehat selalu, kunci surga-Nya Azzam," ucap Azzam begitu menenangkan. Intonasinya selalu rendah bila berbicara dengan Adibah.

Adibah merasa darahnya berdesir kian berlomba. Melihat putranya tumbuh sebaik-baiknya seorang anak yang diharapkan banyak orang tua. "Selalu bahagia serta mulya, pangeran kecilnya Umma."

"Umma Azzam mau minta izin," gumam Azzam menatap sepasang mata indah di hadapannya.

"Izin?" ulang Adibah. Selalu seperti ini, Azzam selalu mengedepankan izin Adibah sebelum melakukan apapun.

Azzam membasahi bibir bawahnya. Dentuman jantungnya mulai berdetak tidak karuan. "Menikah."

"Siapa calonnya?" tanya Adibah cepat. Selama ini Azzam belum pernah menceritakan atau mengenalkan seorang perempuan pada Adibah. Tentu saja Adibah terkejut dengan permintaan Azzam yang menurutnya tiba-tiba.

"Perempuan Bandung, Senja Abiyasa Labibah namanya." Azzam menjawab pelan. Adibah pasti mengingat cepat gadis itu, secara Nahwa sering menceritakan Senja pada Adibah.

"Temen adik kamu?" tanya Adibah memastikan.

Azzam mengangguk, perkiraannya tepat jika Adibah akan mengingatnya. "Na'am Umma"

"Sudah sholat istikharah, sayang?" tanya Adibah seraya mengangkat dagu Azzam agar menatapnya. Dengan begitu, Adibah akan tahu jawaban Azzam jujur atau tidak. Meskipun Adibah tidak yakin jika Azzam bisa berbohong padanya.

"Udah Umma tapi Azzam nggak bisa lihat wajahnya. Azzam cuman liat gamis putih mengkilat kayak banyak cahaya yang keluar dari tubuhnya, namun firasat Azzam bilang dia Senja. Senja Abiyasa." Azzam bercerita yakin, dua tahun sudah cukup penantian Azzam mengagumi dalam doa.

"Kamu mencintai dia dengan rasa senang yang berlebihan?"

"Enggak Umma, sebatas mengagumi sifat dan prilakunya. Azzam belum berani mencintai karena takut berharap sampai jawaban istikharah pun dikuasai hati." Azzam menjawab apa adanya. Masih menatap manik Adiba.

"Seperti apa perempuannya?"

"Bagi Azzam, senyum dan wajahnya meneduhkan, kata dan bicaranya menenangkan, dan akhlaq serta adabnya menentramkan. Dia definisi perempuan al- waqiah ayat 23, Umma."

KAPTEN SURGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang