6

396 40 9
                                    

.
.
.
.
~o0o~

"Semoga kamu bisa sembuh dari trauma masa lalu kamu dir."

-
-
-
-

~o0o~

Sang gadis tengah berdiri dibawah tiang bendera, sinar matahari yang sangat panas membuat kulit gadis itu seakan akan terbakar, namun mau bagaimana lagi ini hukuman untuknya karna lupa mengerjakan tugas.

Indira terus berdecak kesal,mengapa ia tidak bisa melawan Khatrin padahal yang berselingkuh dengan papah Khatrin itu mamahnya bukan dia, harusnya ia bisa bersikap sama seperti Khatrin. Namun hatinya terlalu lembut hingga perasaan bersalah selalu menghampirinya.

"Loh ada penghuni baru?"

Indira menoleh kebalakang mendapati seorang gadis berjalan kearahnya, sudah tak diherankan gadis itu memang langganan mengabsen kepada tiang bendera. Siapa lagi kalo bukan Ella.

"Kenapa lagi lo?"

"Biasa"

Indira hanya ber oh-ria, kini mereka berdiri bersampingan. Trik matahari sangat menyilaukan membuat Indira menyipitkan matanya agar tidak terlalu silau.

Tiba tiba Ella menarik tanganya, rasa kaget membuatnya tak sadar telah melangkahkan kaki mengikuti arahan ella. Ternyata Ella membawanya kebawah pohon yang teduh.

"Lo kalo mau ngelanggar hukuman sendirian aja!" Indira melepaskan genggaman Ella, lalu kembali berjalan ketempat semula.

"Tunggu." Ella menarik tangan indira lagi dan membawanya kembali kebawah pohon yang teduh itu.

"Duduk." Suruh Ella.

"Ga."

"Duduk!"

"Ga mau ih, jangan maksa." Indira mencoba melepaskan genggaman Ella namun percuma tenaga Ella lebih besar ketimbang dirinya.

"Mau lo apa si?"

"Duduk."

Indira berdecak kesal namun ia tetap menuruti perintah Ella, tapi asal kalian tau sebenarnya Indira memang ingin berteduh cuman tadi gengsi aja.

Cukup lama keheningan terjadi antara mereka, tumben sekali ia tidak mendengar gadis itu memberi gombalan kepadanya. Ia menggelang apa yang sedang ada dipikirannya?ia berharap mendapatkan gombalan dari gadis aneh itu lagi?engga engga lebih baik seperti ini.

"Gue mau balik kesana aja ah, ntar kalo ketahuan guru bisa bertambah hukuman gue"

"Ga usah." Tegas—nya.

Indira menyerit kebingungan ada apa denganya? kenapa nada yang ia keluarkan cukup dingin. Apakah gadis itu sedang sakit?tapi wajahnya tampak baik baik saja tidak pucat, atau jangan jangan habis kepentok pintu kamarnya. Pikiran aneh lebih baik ia bertanya langsung.

"Lo kenapa?"

Tidak ada jawaban, merasa jengkel telah di hiraukan, ia mengguncangkan badan Ella hingga ia terjungkal dari tempat duduknya.

"Eh eh maaf" Indira beranjak dari duduknya dan membantu Ella untuk berdiri.

"Duh gagal kan" Gumam Ella yang terdengar oleh indira.

"Apanya yang gagal?"

"Semalam aku liat postingan ulang tiktok kamu yang tertulis tipe idaman itu orang yang dingin tapi perhatian jadi aku mau kaya gitu."

Indira tak menyangka, ia tertawa ketika mengetahui gadis itu sedari tadi bersikap aneh karna ingin menjadi orang dingin, padahal Indira lebih suka Ella dengan sikap aslinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perayaan Mati RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang