Seorang gadis melangkahkan kakinya dengan kecepatan yang laju, berlari tanpa menggunakan alas kaki di tengah jalan yang gelap gulita, terlihat banyak sekali embun putih disekelilingnya. Bajunya begitu lusuh begitu pula dengan wajahnya yang basah akibat air mata yang mengalir bercampur dengan keringat yang terjun dari kheningnya.Meski telapak kaki sang gadis telah terluka akibat goresan krikil pada jalur yang ia tempuh, sekuat tenaga ia terus berlari menjauhi sosok pria yang mengejarnya dari belakang. Nafasnya menderu, isakanya terdengar cukup keras.
Ia menoleh kebelakang memastikan bahwa pria itu masih dibelakangnya atau tidak, sialnya ia tidak melihat ada kayu yang menghalangi jalan membuat badannya tersungkur pada tanah, ia berusaha untuk bangkit, namun ia merasa pergelangan kaki kanannya terasa begitu sakit. Ia menjerit meminta pertolongan namun percuma tempat itu sangat sepi, ia bahkan tidak melihat ada bangunan rumah yang berdiri disekitar jalanan. Pria itu semakin dekat kemudian mendekapnya dengan kedua tangan yang tampak berurat, ia langsung membungkam mulut sang gadis dengan sepotong kain membuat oksigen yang ia hirup habis.Tak lama pandangannya menghitam ia tak sadarkan diri.
Gadis itu mulai membuka matanya, sayup sayup ia melihat keseliling ruangan yang ia tempati, hanya ada kegelapan yang terlihat. Tangan mungil milik sang gadis telah terikat oleh tali putih yang melingkar di tanganya, menyatu pada besi ranjang yang ia tiduri. Ia mencoba menjerit namun mulutnya sudah tertutup oleh plakban hitam. Terdengar suara dorongan pintu kemudian menampilkan celah, munculah seorang pria yang berbadan kekar dia adalah sosok yang mengejarnya tadi.Sang pria merendahkan badannya pada kursi yang berada di samping ranjang, bola matanya memperhatikan seluruh tubuh sang gadis yang sudah terbaring, dari bawah menjulur keatas. Tangan sang pria mengusap pipi sang gadis yang basah, usapan itu terasa begitu sakit. Sosok pria itu menarik pelakban hitam yang tertempel pada mulutnya dengan kasar.
"Lo brengsek" Pekik sang gadis usai terbuka penutup mulutnya. Ia menatap tajam kearah pria yang nampak seperti iblis.
"Tapi kamu pacarin kan? penyesalan sudah tidak berguna sayang" sang pria meremas kedua pipi sang gadis agar mulutnya terbuka, ia menggelengkan kepalanya mencoba melepaskan tangan pria yang memegang pipinya. Merasa geram sang pria langsung melayangkan tamparan yang begitu keras pada pipi sang gadis.
Plakkk
"Makin kamu berontak makin sakit sayang" Pria itu kembali mengusap pipinya dan mulai memaksa gadis itu untuk membuka mulutnya, tenaga sang gadis itu tidak bertahan lama ia tak sanggup mempertahankan tekadnya, mulutnya terbuka dengan cepat pria itu memasukan pill kedalam mulut sang gadis. Ia mengguncang guncangkan kepalanya agar pill itu tertelan. Sang gadis merasakan panas disekujur badannya dan melemah.
Sedangkan sang pria menampilkan sebuah senyuman yang nampak begitu menjijikan, kedua tanganya mulai membuka satu persatu kancing baju yang dikenakan oleh gadis itu, tinggal tiga kancing lagi maka bajunya akan terbuka dengan sempurna.
Brukk
"Angkat tangan anda atau saya tembak"
Hampir saja, polisi menobrak pintunya dan langsung menodongkan pistol kearah sang pria. Pria itu mulai gelagapan tak menyangka akan ada yang mengetahui aksinya karna tempat yang ia gunakan jauh dari pemungkiman warga. Sang polisi mendekatinya tanpa mengalihkan todongan pistol yang ia genggam, beberapa polisi lainya masuk dan memasangkan brogol pada tangan sang pria.
Pandangan mata gadis itu mulai memburam, samar samar ia melihat seseorang masuk dan membuka tali yang mengikat tanganya. ia memasangkan kembali kancing baju gadis itu yang terlepas. "Tenang kamu udah aman" tuturnya, Ia mengelus kepala sang gadis yang terlihat mengenaskan.
Drttt Drttt Drttt
Ponsel yang bergetar itu membuat indira terbangun dari ingatan masa lalunya, ia melirik kearah ponselnya yang masih bergetar, ada panggilan masuk dari nomer yang tak dikenal.
![](https://img.wattpad.com/cover/371357359-288-k817489.jpg)