.
.
.
~o0o~"Indira, mamah kamu khawatir"
-
-
-
~o0o~Sebuah cafe berbentuk elegan dengan cat dinding berwarna coklat bercampur hitam, banyak sekali pelanggang keluar masuk dari cafe yang di gadang gadangkan mempunyai cita rasa kopi yang sangat nikmat.
Weekand ini indira beserta sahabat sahabatnya memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama. Inilah yang paling mereka sukai yaitu berkumpul dan mengobrol.
Mereka awali dengan mendatangi sebuah cafe yang biasa mereka kunjungi, cafe yang baru diceritain itu loh!!!. Sebuah meja yanga berada didalam cafe itu telah dikrumini oleh empat gadis cantik cantik yang tengah asik mengobrol.
"Dir kalo gue perhatiin penampilan lo kaya berubah" Ujar lia yang sedari tadi memperhatikan penampilan indira.
"Hah?gimana?" tanya-nya, indira menyeritkan keheranan, tak paham dengan maksud lia
"Pertama baju lo tumben kaga make serba item.Kedua muka lo, tumben lo make up?" Perkataan lia menyadarkan callie dan gisell, akhirnya perhatian mereka teralihkan kepada indira.
"A-Apaan dah, engga boleh ya?"
"Bukan itu tapi....ini pasti karna seseorang kan???" Indira membulatkan matanya saat mendengar dugaan lia. Ia menahan nafasnya yang hendak dikeluarkan.
"Ihh jangan jangan adekel itu ya?" Beber gisel membuat jantung indira makin berdekup kencang, ia menelan ludahnya yang terasa berat dan sedikit mengusik badannya memeperbaiki posisi duduk yang agak merosot.
"Kagak, orang gue pengen cantik aja" Indira mengibaskan rambutnya, berupaya agar tidak terlihat gugup dihadapan mereka.
"Adkel mana sel?" Lia bertanya kepada gisell, karna beda sekolah ia tidak tau adek kelas yang dimaksud gisell.
"Itu loh, siapa namanya cal temen adek lo"
"Siapa?ella?"
Uhuk uhuk uhuk
Lia tersedak oleh kopinya, ketika mendengar nama yang disebutkan, ia mengambil sehelai tisu lalu mengelap bibirnya yang basah sembari menatap callie yang tersenyum kearahnya."Lo gapapa ci?" tanya indira yang berada disampingnya.
"Engga, tapi serius?"
"Hah apaan? ngaco doang si gisell mah" Indira mengelak pernyataan yang diberikan gisell, sang pemberi pernyataan pun menantang elakan dari indira, gisel yakin penampilan indira berubah karna adek kelasnya bernama ella.
Beberapa menit berlalu, indira dan gisel sudah terlebih dahulu keluar dari cafe itu, sedangkan callie dan lia sedang melakukan transaksi pembayaran.
"Call lo gapapa?" Lia bertanya dengan wajah yang tampak ragu ragu, sembari berjalan disamping callie.
"Indira lebih butuh dia ci" Callie menghentikan langkahnya didepan pintu, menarik dalam dalam nafasnya dan membuangnya perlahan kemudian ia membuka pintu itu berjalan keluar dari cafe.
"Tapi perasaan lo?"
"Ci, liat sekarang indira banyak berubah itu karna dia. Sejauh ini gue belum pernah ngeliat dia sebahagia sekarang ci" Lia mengarahkan pandanganya pada callie yang tengah memperhatikan indira dengan tatapan tulus. Ia tau callie sangat menyayangi sahabatnya indira, tapi apakah callie bisa terus terusan menahan rasa sakitnya? melihat sahabatnya bahagia bersama orang yang ia cintai. ia takut ada kerenggangan diantara mereka. Sangat tidak baik jika nantinya mereka saling berjauhan.
