Teka-teki

354 62 33
                                    

Hari telah berganti. Kini [name] sedang berada diteras rumahnya. Membiarkan yang lain sarapan bersama, sedangkan dia pergi ke teras untuk menelpon seseorang dengan alasan dia sudah makan duluan tadi pagi. Kalo gak ada alasan nanti dia dipaksa mereka makan dulu pasti, dan dia jadi gak bisa menelpon dengan bebas.

Suara telepon diangkat membuat [name] yang sedang gugup, semakin gugup.

"Halo, cantik. Ada apa sampai menelepon nenek pagi-pagi??"

"Halo juga nek! A-apa kabar, nenek? Aku sangat merindukan nenek, loh!~"

Nada bicaranya jadi sedikit berantakan karna memikirkan basa-basi awal dan kegugupan nya ini. Ia bingung bagaimana cara ia menanyakan tentang pulpen itu. Karna ia pikir, neneknya lah satu-satunya orang yang tepat untuk menanyakan kejadian ini.

"Hm? Hohoho~ Senangnya cucuku ini merindukan ku yang sudah berumur ini~ Ada masalah apa nak? Suara bicaramu seperti sedang gugup."

[name] tersentak. Sial, neneknya sangat peka kalau berhubungan dengan dirinya.

"Ah- Ketahuan ya, hehehe..."

"Jadi, ada apa nak?"

"Eum itu... Pulpen yang ada di gudang."

"... Pulpen yang terlihat kuno itu?"

[name] mengernyit, sekilas ia mendengar bahwa neneknya terkejut. Apalagi ada jeda sebelum neneknya menjawab.

"Eh? Iya, nek! Bagaimana nenek bisa tahu?"

"Hohoho~ Tentu saja nenek tau. Itu kan gudang yang nenek urus dulu. Ada apa dengan pulpen itu?"

"Ah, iya juga. Jadi itu... Eum... Tapi, jangan bilang-bilang mama ya nek? Aku agak takut kalau mama sampai tau..."

"Ho? Baiklah~ Jadi ini rahasia diantara kita, bukan?"

"Ah, ya. Anggap saja begitu, nek."

"Jadi, ada apa dengan pulpen itu? Kau... Bukan bermaksud ingin memakainya, kan?"

[name] membeku. Suara neneknya terdengar sangat dingin saat menanyakan hal terakhir, 'apa ini jalan yang salah? Apa nenek tau sesuatu? Nenek terdengar akan marah jika aku bilang aku sudah menggunakannya... Bagaimana ini?!' Seketika [name] memikirkan banyak hal, ia menggigit jari jempolnya sangat kencang sampai-sampai ia dapat merasakan darahnya mulai mengalir di antara jari dan giginya.

"Nak?... Apa benar kamu sudah menggunakan pulpen itu?"

"I-itu..."

[name] mendengar neneknya menghela nafas yang sangat berat. Gadis itu jadi makin takut karna sudah menyentuh barang yang sepertinya tidak boleh ia sentuh.

"Oke. Jawab satu hal ini."

"I-iya?"

"Apa kamu menggunakan itu untuk melakukan hobimu itu? Menggambar sesuatu... Yang seharusnya bukan berada di dunia ini."

Deg

[name] seperti tersambar petir di pagi hari yang cerah ini. [name] semakin gugup sampai-sampai ia menggigit lagi jari telunjuk nya karna yang jempol udah berdarah. Jadilah kedua jari itu berdarah. Ini kebiasaan buruk [name] kalau sedang gugup.

Sang nenek yang tak mendengar jawaban dari cucunya itu, langsung menyimpulkan jawabannya.

"Ternyata benar, ya?... Apa yang kamu gambar, nak?"

"Eum... Karakter fiksi yang aku sukai..."

"Laki-laki?"

"Iya..."

...WTF?!?!. Lookism x Female Reader.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang