6.

44 7 3
                                    

Hai, hehe.
Aku update satu chap dulu buat pemanasan.
Kalau gak mager bakal lanjut.
.
.
.



Third POV


Kalian ingat kan kalau Arya punya cafe. Setiap malam Minggu atau gabut di rumah, Bian akan membantu kakaknya di cafe. Entah itu menjadi waiters, kasir, atau mencuci piring. Kadang dia juga menghibur pelanggan dengan nyanyiannya.

"Heh, ngelamun terus. Piring kotornya gak bisa jalan sendiri ke dapur kalau cuma diliatin aja," seru Arya yang sibuk mondar-mandir mengantar pesanan.

Saat ini Bian tidak melakukan apapun di cafe. Hanya melamun sambil menopang dagu di etalase dessert. Sebenarnya kakaknya itu juga punya pegawai lain selain Biru, tapi memang cafe tampak lebih ramai dari biasanya.

"Mending kamu cuci piring aja di belakang. Di sini masih ada Faiz sama Mike yang bisa bantuin." Biru menepuk pundak Bian pelan. Dia tau bocah itu punya banyak pikiran.

"Hehe, maaf ya kak gak bantu apa-apa di sini. Bian janji piring-piring sama gelasnya bakal bersih kinclong."

Setelah itu Bian pergi ke dapur untuk mencuci piring dan gelas yang sudah menumpuk. Meskipun anaknya tampak baik-baik saja, tapi Biru tetap khawatir. Takutnya Bian akan memecahkan beberapa piring dan membuat Arya semakin kerepotan.

Beruntungnya semua aman terkendali sampai cafe tutup. Tidak ada suara pecahan piring ataupun gelas, Biru bersyukur untuk itu.

"Tadi bocil kenapa, sih? Lecek amat tuh muka," tanya Arya sambil melepas apron yang melingkari pinggangnya.

"Entah. Gak sempet gue tanya, hectic banget tadi." Arya pun menyetujui ucapan Biru. Padahal bukan malam Minggu, tapi mayoritas yang datang adalah pasangan kasmaran. Kan Arya jadi iri.

"Apa gue tanya bokem aja ya? Pasti tau."

"Tanya apa?"

Sontak saja sebuah apron mendarat di wajah Bian. "Ih, apaan sih. Kan aku cuma tanya," seru anak itu tidak terima.

"Ya maaf, reflek. Lagian kamu tiba-tiba muncul gapake suara," bela Arya selaku pelempar apron.

"Abang mau tanya apa ke Tata?" Kali ini Bian yang penasaran.

"Mau tanya tentang kamu, tumben mukamu kusut dari tadi sore. Mana gak bantuin Abang pula."

"Gak kenapa-kenapa. Gak mood aja. Udah ah, ayo pulang. Aku ngantuk." Bian mendahului Arya ke parkiran, meninggalkan kakaknya dan Biru yang menatapnya aneh.

Sepertinya Arya akan tetap bertanya pada Tala nanti.

______________________________________________

Di lain tempat, Tala sedang memasak spaghetti pesanan kakaknya. Kakaknya itu sering pulang malam, bahkan tidak pulang. Maka dari itu dia memanfaatkan moment saat kakaknya akan pulang sore. Biasanya dia akan memasak makan malam dan makan bersama. Atau jika malas kakaknya akan membeli makanan di luar. Apapun itu yang terpenting Tala bisa menghabiskan waktu dengan kakaknya.

Ting

"Lah, tumben nih orang chat."

Tala segera mencuci tangannya dan mengecilkan api kompor yang masih merebus spaghetti.

Tala segera mencuci tangannya dan mengecilkan api kompor yang masih merebus spaghetti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Music LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang