2. Masa Lalu Sang Duda

68 5 2
                                    

Byur ....

Seketika itu pula tubuh Dhanu disiram air minum yang ada di depan teman kencan butanya hari ini. Duda tampan itu nampak sengaja tidak menghindar sedikit pun, agar wanita yang baru saja dia hina itu merasa plong hatinya, dan yang terpenting -kencan butanya hari ini sudah tidak tertarik lagi padanya.

Dalam sekejap saja, wanita itu sudah pergi meninggalkan cafe tempat mereka bertemu hari ini. Sedangkan Dhanu, dia masih memasang ekspresi wajah dingin, sambil mengelap wajahnya yang barusan tersiram air -dengan sapu tangan yang dirinya miliki.

"Lagi?" suara seorang pria berambut panjang terikat rapi -tercepol, yang ternyata adalah pemilik cafe rumah kaca ini, yang di mana tema utama dari cafenya adalah cafe yang dikombinasi dengan tanaman-tanaman unik dari seluruh dunia.

Dhanu melirik ke arah pria itu sambil menghembuskan napas lelahnya. "Meta nggak cocok buat anak gue, Dif."

Pria yang bernama lengkap Radifhan pun mulai duduk di depan Dhanu.

"Dari mana lo tahu kalau Meta nggak cocok buat jadi ibu sambung anak lo?" kernyit halus pun mulai muncul di kening Radif.

"Firasat aja."

"Bilang aja lo belum bisa move on dari Lami," ceplos Radif.

Nampak ekspresi Dhanu kini mulai sendu.

"Nu, udah 2 tahun lho," ingat Radif dengan raut wajah seriusnya. "Jika Lami memang masih mau nerima lo setelah kesalahan besar yang lo lakuin. Dia pasti udah datang sejak dulu."

Dhanu masih terdiam dengan kepala yang tertunduk dalam sambil memijit area tengah diantara kedua alisnya.

"Selain itu, Lami itu nggak pernah suka anak kecil. Bukannya dulu dia ngajak lo buat childfree?"

"Iya, gue tahu." angguk Dhanu pelan. "Tapi kalau Lami mau balikan sama gue, gue nggak masalah kalau dia nggak sayang sama anak gue. Sebab gue sadar penuh, kalau gue yang jahat sama dia."

"Iya sih. Lu emang jahat banget sama Lami," sahut Radif dengan kejamnya. "Ya lu pikir aja sendiri! Mana ada cewek yang nggak bakalan marah sama tindakan pasangannya, yang langsung pergi setelah akad nikah selesai diadakan. Udah gitu ngilang sampe berbulan-bulan -nggak ada kabar sedikit pun. Sekalinya balik, eh bawa anak bayi," tutur Radif panjang lebar, mengungkit kembali kesalahan besar yang Dhanu lakukan dulu. "Jadi wajar aja kalau lu langsung digugat cerai sama Lami."

"Nggak perlu lu ungkit, gue udah sadar betul, Dif." Dhanu menerima semuanya dengan hati yang lapang. "Jadi nggak perlu lu ungkit terus."

"Sorry." Radif langsung menepuk pelan lengan Dhanu sebagai lambang penyesalannya karena tidak sengaja mengungkit luka lamanya.

"Its okay." angguk Dhanu memaafkan Radif dengan mudah.

Obrolan mereka berdua terhenti sejenak ketika salah satu pelayan di Cafe Landarea ini datang menyuguhkan air mineral yang baru untuk Dhanu dan pemilik cafe ini.

"Makasih," cakap Dhanu dan Radif secara bersamaan pada pekerja di cafe ini. Sang pelayan pun mengangguk singkat dengan senyum tipis di bibirnya sebelum berlalu pergi dari meja itu.

"Omong-omong soal belum move on, bukannya lo juga belum move on dari si Tsatsa Tsatsa itu," ingat Dhanu sembari menarik sebelah ujung bibirnya untuk mengejek balik sahabatnya itu. "Udah umur 35 masih jomlo mulu. Mau nunggu sampai kapan?"

"Sampai nemu yang cocok lah." Radif masih nampak santai menanggapi ejekan balik Dhanu. "Lebih bagus lagi kalau gue ketemu Tsatsa lagi."

"Makanya ... kalau suka sama cewek, langsung ditembak aja!" saran Dhanu.

"Iya deh, si paling pengalaman." kedua bola mata Radif memutar malas.

"Minimal minta alamat lengkapnya di Indonesia lah. Jangan cuma ngandelin nomor kontak dan alamat apart-nya di US."

"Tsatsa anaknya tertutup banget, Nu. Susah buat diajak ngobrol atau diajak kumpul-kumpul. Dapet nomor kontak sama alamat apart-nya di US aja udah suatu keajaiban," ucap Radif nampak sangat putus asa karena kontak yang dulu dia peroleh kini sudah tidak aktif lagi setelah Tsatsa balik ke Indonesia dengan gelar PhD-nya.

"Semoga suatu saat lu ketemu lagi sama Tsatsa Tsatsa lu itu," tepuk Dhanu pada pundak Radif seolah sedang menguatkan pria jangkung tersebut. "Udah ya. Gue balik dulu," pamit duda tampan itu.

"Iya."

Radif pun mengantar Dhanu sampai pintu keluar cafe rumah kacanya ini.

***

Sesampainya di rumah, Dhanu langsung mendapatkan teriakan melengking dari ibundanya.

"Dhanuuuuuuu!" teriak Ibu Wanda pada putra sulungnya itu. Secepat kilat wanita tua itu berlari ke arah Dhanu dan menjewer telinga duda tampan tersebut.

"Ampun, Bu!" teriak Dhanu berteriak kesakitan.

"Tadi Meta kamu apain, hah?" introgasi sang wanita tua itu. "Kok sampai mamanya marah-marah sama Ibu. Mamanya Meta bilang kalau anaknya nangis-nangis karna omongan kamu."

"Aku nggak ngomong yang aneh-aneh kok," jawab Dhanu sekenanya. "Aku cuma jujur apa adanya."

"Nggak mungkin. Pasti kamu ngomong sesuatu," tuntut Ibu Wanda tidak percaya.

"Aaaaaaa!" teriak kesakitan Dhanu makin kencang karena jeweran pada kupingnya makin dipelintir kuat oleh tangan sang ibu.

"Nanay," tiba-tiba terdengar suara lucu dari seorang bocah cilik yang sedang berlari kecil ke arah kedua orang dewasa itu. "Jangan jewel Papa telus!" mohon bocah cilik itu sambil memeluk kedua kaki neneknya itu. "Papa cakit."

Ibu Wanda yang memang sangat menyayangi cucunya, langsung segera menghentikan aksi jewer-menjewernya dari kuping Dhanu. Wanita tua itu langsung membopong bocah cilik tersebut dalam gendongannya.

"Aga kenapa sendirian?" bingung wanita itu sambil celingukan mencari babysitter yang seharusnya menjaga bocah cilik itu. "Sus Lulu mana?"

"Cus lagi buat tutu."

Diusapnya sayang wajah bocah cilik tersebut yang bernama lengkap Tyaga Tan Subagyo, yang nama belakangnya sama persis seperti nama belakang Dhanu, yaitu Ardhanu Tan Subagyo.

Dikecupnya sekilas kening Tyaga. "Duh cucu kesayangannya Nainai. Untung kamu nggak kenapa-napa," ucapnya penuh rasa sayang.

Dhanu pun tersenyum melihat sikap hangat ibunya pada Aga. Dia merasa sangat bersyukur karena ibunya mau menerima kehadiran Aga di keluarga ini. Padahal dulu bocah cilik itu adalah penyebab terbesar pernikahan anaknya hancur dan membuat menantu kesayangannya (Lami) menggugat cerai Dhanu. Namun hal itu tidak membuat Ibu Wanda kesal ataupun benci pada bayi malang yang tak berdosa itu. Meski asal usul ibu kandung Aga tidak jelas, bahkan nama dan rupanya pun tidak pernah Dhanu tunjukan, akan tetapi hal itu tidak merubah rasa sayang Ibu Wanda pada cucunya tersebut.

"Yuk kita balik ke kamar!" ajak wanita itu pada cucunya.

"Mm." angguk bocah cilik itu patuh.

Diam-diam Ibu Wanda menoleh ke belakang. "Urusan kita belum selesai ya, Nu," tekannya lirih dengan sorot mata penuh ambisi dan emosi.

"Ampun dah." tepuk duda tampan itu pada keningnya. Dhanu merasa kalau hari-hari berikutnya akan jauh lebih berat lagi.

Bersambung ....

Bab selanjutnya akan diupdate tanggal 7 Agustus 2024 ya ....















DUDA PANAS SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang