BAB 1. DIJUAL?

274 12 0
                                    

Gaun merah maron selutut melekat di tubuh sintal gadis berparas ayu yang kini tampak diam dimake-up, penampilannya panas bukan main

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gaun merah maron selutut melekat di tubuh sintal gadis berparas ayu yang kini tampak diam dimake-up, penampilannya panas bukan main. Ditambah dengan gincu merah menyala, alis mata Sera terangkat tinggi ke atas.

"Maaf, Buk! Kok aku harus didandani kek gini, ya?" tanya Sera melongok ke arah wanita paruh baya di samping meja rias.

Senyum di bibir tebal itu terbit, tangannya terangkat memberikan kode pada bawahnya untuk keluar dari kamar. Wanita yang selesai merias Sera melangkah keluar, tangannya bergerak mengapit dagu Sera.

"Cantik, dan seksi," ujarnya senang, "nggak sia-sia kamu ini, aku beli mahal."

Pupil mata Sera melebar, dibeli mahal? Sepertinya ada yang keliru di sini. Sera tidak pernah dijual, dengan kasar Sera menepis tangan besar wanita paruh baya dengan aroma tembakau yang tercium pekat itu.

Pandangan mata Sera mulai nampak waspada ke arah wanita bertubuh gemuk di sampingnya ini.

"Maaf, Buk. Aku nggak paham maksud Ibuk ini, apa. Aku di sini bekerja sebagai cleaning servis 'kan?" Sera mengigit bibirnya, kenapa perasaannya jadi tidak enak.

Sedari awal ia diminta masuk ke salah satu kamar di rumah besar ini, sampai diminta memakai dress merah dan dirias. Sera merasa ada yang tidak beres, tawa wanita bertubuh besar itu mengalun.

"Oh, astaga," gumamnya setelah menghentikan tawanya. "Kamu ini polos banget sih, kamu nggak sadar kalo kamu ini dijual sama Paman dan bibimu, aku udah bayar mahal, loh."

Wajah cantik Sera pucat seketika, degup jantungnya bertalu-talu. Pamannya bilang jika di Ibu Kota ini, Sera akan diberikan pekerjaan bagus dengan gaji besar.

Demi menghidupi ibu dan si bungsu, Sera rela jauh-jauh ke Ibu Kota. Sera tak percaya bagaimana bisa mereka berdua menjual Sera, diteguk kasar air liur di kerongkongannya.

"Maksudnya, aku dijual oleh Om dan Tante?" tanya Sera mencoba kembali memastikan.

Kepala wanita paruh baya itu mengangguk. "Yap, benar. Harga tubuhmu nggak main-main Sayang, karena kamu masih perawan. Aku harus merogoh kocek 100 juta, kamu harus memberikan uang 1 Millar jika ingin keluar secepatnya dari tempat ini," bebernya.

Sera sontak saja bangkit dari posisi duduknya, wajahnya panik bukan main.

"Bu-buk, uangnya bukan aku yang nerima. Aku ke sini kerja buat dapatin duit dengan cara kerja yang baik, Buk! Bukan jadi pemuas nafsu pria hidung belang," tolak Sera tergagap, panik bukan main.

Senyum menyeringai terbit. "Kamu lupa, Sera? Meskipun duitnya diterima sama Paman dan bibimu. Kamu udah tanda tangan berjanji kerja, loh. Pilihan kamu cuma dua, balikin duitku 100 juta dalam waktu 1 hari, atau jadi salah satu wanita penghibur di sini sampai bisa balikin duit yang tadinya 100 juta jadi 1 miliar," jawabnya santai.

Sera mengeleng kuat-kuat, ia mundur ke belakang. Hingga tubuhnya menabrak jendela kamar, Sera menoleh ke belakang. Kedua kakinya bergetar hebat, Sera berada di lantai 4.

ISTRI SEWAAN JENDRAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang