BAB 2. KAMU MASIH, SUCI?

105 3 0
                                    

Dua kali kelopak mata Sera berkedip, telapak tangannya bergerak menyentuh seluruh tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua kali kelopak mata Sera berkedip, telapak tangannya bergerak menyentuh seluruh tubuhnya. Tidak ada yang sakit, apalagi terluka. Lelaki itu berbalik, Sera refleks menahan kaki lelaki berpakaian serba hitam itu.

"Ja—jangan tingalin aku di sini, tolong bawa aku keluar dari sini. Aku mohon," ujar Sera tergagap dengan ekspresi melas.

Sebelah alis mata tebal pria bermasker itu ditarik naik ke atas, tangan perempuan itu tampak bergetar hebat.

"Ak—aku bukan pelacur, aku diseret ke sini. Aku mohon, tolong bantu aku. Aku akan melakukan apapun untukmu, asalkan kamu mau membawaku keluar dari sini," lanjut Sera, bibirnya bergetar kedua matanya mulai basah.

Desahan kasar mengalun, manik mata tajamnya melirik ke arah pria tua yang tidak lagi bernyawa. Atensinya bergerak ke arah gadis yang terduduk di lantai, masih menggenggam erat kakinya.

Angkasa berjongkok perlahan, menatap Sera. Ujung pistolnya ditempelkan di dagu Sera, perlahan ia melirik gadis cantik yang menangis tanpa suara.

"Aku bukan orang baik, ikut bersamaku akan membuatmu hidup dalam bahaya. Tidak ada jaminan untuk kamu tetap bisa bernapas," tutur Angkasa, tatapan mata tajam tertuju tepat di manik mata coklat bening milik Sera.

Kepala Sera mengeleng cepat. "Nggak masalah, aku tidak keberatan. Asalkan aku bisa pergi jauh dari sini," sahut Sera tegas.

Angkasa dapat melihat bagaimana putus asanya gadis cantik ini tergambar jelas melalui manik matanya, Sera takut mati. Tapi, jauh lebih takut lagi terus disentuh oleh pria gila haus akan kehangatan ranjang.

"Silakan saja. Kalo kamu bisa mengikutiku," pungkas Angkasa.

Pria itu berdiri perlahan, Sera sudah payah ikut berdiri dari posisi duduknya. Sera terkejut di saat pergelangan tangannya ditarik, keduanya melangkahkan menuju jendela kamar.

"Eh, tunggu," gumam Sera kesusahan menaiki jendela kamar.

Angkasa mendengus kesal, ini lah yang membuat jendral satu ini malas berurusan dengan wanita. Teriakan tertahan di kerongkongan Sera, di saat pinggang rampingnya dibelit sebelah tangan. Tubuh Sera melayang melewati jendela, aroma parfum maskulin tercium di memasuki paru-paru Sera.

"Ayo, kita harus bergegas. Kalo kamu lelet kayak siput, jangan salahkan aku meninggalkan kamu di sini!" Angkasa kembali bergerak menarik pergelangan tangan Sera bergerak cepat.

Kecepatan langkah kaki pria jangkung dengan bahu yang lebar itu membuat napas Sera tersengal-sengal, samar-samar Angkasa mendengar suara derap langkah kaki.

Angkasa memaki dalam diam, ia dengan cepat membuang maskernya menarik baju depan Sera hingga suara robekan terdengar jelas. Telapak tangan besar Angkasa membungkam bibi Sera, di saat ia menyudutkan gadis cantik itu di sudut ruangan.

"Sstt! Kalo kamu mau selamat ikuti permainanku!" Angkasa berbisik di telinga Sera sebelum wajahnya turun di perpotongan leher jenjang Sera.

Sera membeku, suara langkah kaki semakin terdengar jelas. Sorot dari cahaya senter langsung tertuju pada keduanya, Angkasa menoleh ke belakang.

ISTRI SEWAAN JENDRAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang