1.

216 25 3
                                    

.
.
.
.
.

Mobil hitam itu berhenti agak jauh dari gerbang sekolah SMA Garuda, tak lama seorang gadis dengan pakaian seragam longgar juga cadar hitamnya keluar dari sana.

"Alesha berangkat yah, assalamualaikum." Pamitnya lagi dengan sedikit melambai pada si pengemudi mobil yang tak lain adalah ayahnya.

"Wa'alaikumussalam, hati-hati." Balas sang ayah tersenyum tipis dari dalam mobil.

Dengan langkah ringan Alesha memasuki pekarangan sekolah barunya, dalam hati ia terus berdo'a pada sang kuasa untuk melancarkan segala urusannya dihari ini. Jujur saja, perasaan takut bercampur gugup merasukinya sekarang.

Begitu kakinya menginjak depan halaman sekolah, kepalanya tertunduk dengan mata terpejam. Benaknya bertanya-tanya, tatapan macam apa yang ia dapatkan saat ini?

"Eh siapa tuh?"

"Kok pakaiannya aneh gitu?"

" Lagi flu kali, makanya pake masker."

"Mana ada masker kek gitu, itu tuh ... Apa ya namanya, gue lupa."

" Cadar."

"Nah iya itu."

"Dih sok suci banget."

Mata Alesha terbuka dengan tangan yang sudah mengepal saat ini, suara bisik-bisik mereka entah kenapa sangat menusuk telinganya.

Menghembuskan nafas kasar, ia memilih menghiraukan mereka. Kakinya melangkah lebih cepat dari sebelumnya.

.
.
。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。
.
.

"Perkenalkan aku Alesha Alifa hibatillah, pindahan dari pesantren***" sesuai dengan perintah guru yang ada disampingnya, Alesha memperkenalkan diri dengan singkat.

"Baiklah ada yang ingin ditanyakan pada teman baru kalian?" Sambung gurunya.

"Buk." Salah satu dari mereka mengangkat tangannya.

"Ya, Aurora silahkan."

"Pakaian apa yang dia gunakan?"

"Pakaian yang diperintahkan Tuhanku." Alesha menjawab dengan nada tenang.

"Tapi dia yang Islam gak kayak Lo banget." Ujar murid lain dengan menunjuk salah seorang gadis yang duduk dipojok paling belakang, gadis berhijab namun tak memakai cadar. Membuat suasana kelas seketika ricuh.

"Hey kalian boleh bertanya tapi jangan sampai mencela. Utamakan toleransi disini." Peringatan dari Bu mawar, sontak mereka semua terdiam.

"Alesha terserah kamu ingin menjawab atau tidak. Tapi sekarang ibu persilahkan kamu untuk duduk disamping Atika." Lanjutnya menunjuk gadis yang tadi sempat ditunjuk juga.

Alesha tersenyum, namun hanya matanya yang menyipit memberitahu. Lantas ia menuju bangkunya.

"Hai aku Atika fithriya tsabita, kamu bisa panggil Tika." Tersenyum dengan tangan terulur.

Alesha menyambut baik tangannya "aku Alesha, semoga kita bisa berteman baik." Balasnya.

"Tentu."

Pelajaran pun dimulai, namun Alesha tak bisa fokus karena sedari tadi telinganya masih bisa menangkap bisik-bisik yang membicarakan dirinya.

"Jika kamu berniat menceramahi mereka percayalah itu tak akan mempan, zaman sekarang Islam memang seasing itu." Tika mendekat saat membisikkan kalimat ini, dan Alesha hanya mampu mengangguk tak tau ingin merespon seperti apa.

.
.
。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。
.
.

Bel pertanda istirahat berbunyi, membuat para penghuni kelas menuju kantin untuk mendinginkan kepala mereka yang terasa berasap.

Kayifa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang