4.

80 24 3
                                    

.
.
.
.
.

"Ngapain Lo nyuruh gue kesini?" Seorang lelaki yang tak lain teman dekat Rafka terlihat memasang wajah tak ramah begitu memasuki Apartemen milik lelaki itu.

"Biar gue gak sepenuhnya bohong." Rafka yang tengah berbaring di sofa panjang hanya menjawab seadanya. Lelaki itu memijit pelipisnya sendiri, tampak tak baik-baik saja.

"Aurora lagi?" Tanyanya tepat sasaran.

"Hm tadi gue bilang Lo bakal nginep sini''

Sontak lelaki yang duduk di singel sofa itu terkekeh. "Sudah sampai mana rencana Lo? Ada perkembangan? Gak kan?" Tidak terdengar seperti pertanyaan melainkan ejekan.

"Laskhar." Desis Rafka geram.

"Apa? Cara Lo salah dan itu gak akan membuahkan hasil apapun." Yah dia adalah Laskhar, sahabat Rafka sedari kecil.

"Tap--"

"Come on bro ... Lo pikir dengan melanggar perintah Allah Lo akan dapat apa yang Lo mau? Sementara jadi orang yang taat aja belum tentu dikasih."

"Gue dapet sedikit info." Merubah posisinya menjadi duduk, terlihat sekali Rafka yang mencoba menghindar.

"Yaudah apa?"

"Agra ada di Amerika--"

"Terus mau Lo susulin? Ayolah yang Lo butuhkan sekarang itu bukti kalau lo bukan pelakunya. Kalau bukti udah ditangan Lo yang lain juga bakal bantu cari dia kali, fokus aja buktiin kalau Lo gak salah. Dia urusan nanti."

Rafka terdiam, entah apa yang lelaki itu pikiran.

"Dari yang gue liat saat ini Lo gak fokus. Kenapa? Terjebak sama rencana Lo sendiri?"

"Gak, gue yakin ini akan berhasil." Sergahnya membantah.

Lelaki yang diketahui bernama Laskhar itu kembali terkekeh geli.
"Pacaran sama Aurora hanya untuk mencari informasi tentang Abangnya cewek itu yang merangkap jadi pelaku tabrak lari juga pelaku yang mengkambing hitamkan nama Lo." Ujarnya menggelengkan kepala dengan raut tak menyangka.

"Khar--"

"Tunggu dulu, kali ini biarin gue bicara. Tugas Lo cuma dengerin dan masukin ke otak Lo yang udah penuh itu." Tekannya, Laskhar mengetuk pelipisnya dengan tatapan tajam pada Rafka yang hanya diam.

"Lo mau pacaran sama Aurora untuk mengulik info tentang Agra. Tapi sebelum Lo ngambil langkah ini Lo tau kan kalau pacaran itu dilarang?"

Rafka mengangguk. "Tapi Itu satu satunya car--"

"Gak harus kayak gini. Pacaran ... Niat Lo mungkin bukan itu, tapi sekalinya Lo mau mencoba sedikit. Setan akan dengan mudah menghasut Lo untuk mencoba lebih banyak.

"Awalnya Lo bilang gini 'cuma cari info tentang Agra lewat Aurora, gue akan tetap jaga pandangan dan jaga jarak sama dia gue juga akan nahan kata-kata selama sama dia. Pokoknya kebiasaan itu gak akan gue hilangkan.' Tapi sekarang apa? Lo bisa natap dia lama, udah pegangan tangan, chating an yang gak perlu bahkan tadi sempat berduaan diruangan ini, yah walaupun hanya sebentar.

"Terbukti kan? kalau hasutan setan itu gak main-main."

Rafka terdiam, merasa begitu tertampar akan rentetan kalimat yang panjang, jelas juga apa adanya.

"Lo tau? Diawal kejadian, Lo yang difitnah, Lo yang kehilangan dia. Semua itu sebenarnya adalah ujian untuk menguji sekuat apa iman Lo.

"Sekuat apa rasa percaya Lo akan takdir Allah, sekuat apa Lo percaya kalau Allah akan selalu ada untuk hambanya." Farhan menatap temannya yang sekarang menunduk dalam.

Kayifa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang