8.

38 7 6
                                    

.
.
.
.
.

"Z-zauji." Jawab Alesha terbata, menggunakan bahasa Arab. Entahlah Alesha merasa geli sendiri jika harus menyebutkan dengan sebutan suami? Oh ayolah dirinya masih muda.

Dan setelah satu kata jawaban yang ia berikan, Alesha teringat salah satu wejangan sang bunda. Yah ternyata saat melamun ia masih bisa mendengar perkataan sang bunda. Apalagi jika bukan menyalimi zaujinya ini? Segera saja ia melakukannya.

"Terimakasih telah mau menerima aku sebagai zaujimu." Respon Laskhar sebelum kemudian sebelah tangannya mendarat di ubun-ubun Alesha dan tangan satunya lagi terangkat seperti orang berdo'a.

Spontan Alesha hanya mampu mengamini setiap do'a yang terlontar dari bibir Laskhar. Saat dirasa tangan kekar itu tak lagi ada di ubun-ubunnya, Alesha kembali mendongak dan sedetik kemudian terpejam erat saat wajah rupawan itu mendekat.

"Cadarnya dibuka nanti aja, kita harus buru-buru turun sekarang." Ujarnya setelah membuat Alesha jantungan akibat aksinya pada jidat Alesha.

.
.
。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。
.
.

Untuk resepsi kedua belah pihak sepakat untuk tidak melakukannya, cukup dengan tim Hadroh yang mengisi acara setelah akad dan bersalaman pada para orang tua. Nah disaat itulah Alesha merasa sedikit bingung, karena ia hanya dapat melihat eksistensi ayahnya Laskhar tetapi tidak dengan ibu lelaki itu. Namun hanya sebatas bingung ia tak sanggup mengungkapkan apalagi bertanya langsung.

Setelah semua rangkaian prosesi sakral juga menegangkan keduanya akhirnya lepas dari antrian sanak saudara yang mengucapkan selamat juga doa-doa baiknya.

Sekarang Alesha tengah gelisah sendiri didalam kamar, kakinya tak berhenti bolak-balik disekitar kasur. Gelisah,gugup menghampirinya.

"Ya Allah panas banget." Keluhannya memperhatikan penampilannya sekarang dicermin.

Memang tadi ia izin duluan kekamar setelah makan malam bersama kedua keluarga. Dan sekarang ia tengah memakai gamis juga cadarnya, itu yang membuat ia sedikit mengeluh. Pasalnya ia memiliki kebiasaan tidur menggunakan piyama dan tanpa hijab lalu bagaimana caranya ia tidur jika seperti ini? Ditambah rasa gugup dan gelisah yang ia rasakan saat ini semakin membuatnya merasa panas dingin.

Tentu saja, malam ini dirinya tidak akan tidur sendiri lagi. Akan ada yang menemaninya.

Tok
Tok

Ketukan pintu membuat Alesha segera meloncat keatas kasur dengan langsung terbaring, lalu cepat-cepat ia memakai selimutnya juga memejamkan mata.

Alesha sudah bertekad ia tak akan menjawab apa-apa. Kali ini saja biarkan dirinya pura-pura tidur dan yah mungkin dirinya akan mendapat dosa karena kelakuannya kali ini. Tapi Alesha memilih abai, perasaannya tak tenang saat ini.

Cklek

"Assalamualaikum." Laskhar membuka pintu disertai salam yang hanya Alesha jawab dalam hati.

Setelahnya dapat Alesha dengar suara langkah kaki yang mendekat kearahnya.

"Sudah tidur?" Gumam Laskhar yang sekarang salah satu tangannya sudah bertengger dipuncak kepala Alesha dengan mengusapnya lembut.

"Tapi kenapa aku merasa ada yang aneh?" Gumamnya lagi dengan memperhatikan Alesha.

Sementara perempuan yang tengah berpura-pura terlelap itu semakin tak tenang. Apa lelaki ini tau jika dirinya hanya berpura-pura?

"Oh iya. Kenapa dia tidur dengan gamis dan cadar?" Laskhar kali ini tak lagi bergumam melain membatin, saat ia menebak sesuatu.

Setelahnya Laskhar terkekeh kecil, lalu kemudian mengecup lembut jidat Alesha.

"Aku sangat bersyukur karena akulah yang menjadi takdir lauhul Mahfudz mu"
Lelaki itu segera beranjak menuju kamar mandi, membersihkan dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kayifa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang