06

13 2 0
                                    

Hari ini hari Sabtu, hari yang indah bagi Saina karena tidak perlu berangkat sekolah untuk belajar. Selain itu bagi Saina hari Sabtu adalah hari keberuntungan bagi dirinya maka dari itu Saina sangat menyukai hari Sabtu.

"SAINA BANGUN!! UDAH JAM BERAPA INI? ANAK GADIS BANGUNNYA SIANG BEGINI" Teriak Irene dari dapur.

"ABANG JUGA!! GIMANASIH INI BOCAH BERDUA GA BANGUN-BANGUN" Lanjut Irene.

"Apasih Mi, biarin aja sesekali. Mereka juga pasti capek 5 hari sekolah mulu" Saut Suho yang sedang membaca majalah pagi di kursi dekat jendela sambil menyeruput secangkir teh.

"Apasih berisik-berisik?" Jawab Yudis yang baru keluar dari kamarnya dengan rambut berantakan selayaknya orang bangun tidur.

"Iya nih, Mami mah lebay orang baru setengah sembilan juga" Saut Saina setengah sadar dari pintu kamarnya.

Saina dan Yudis turun ke bawah untuk sarapan pagi bersama keluarganya.

"Yaudah Mami minta maaf, coba kalo Mami ga teriak tadi emamg kalian bakalan bangun? harusnya berterimakasih sama Mami" Jelas Irene sambil menata lauk pauk di atas meja.

Suho tersenyum tipis melihat keluarga kecilnya itu.

"Ayo pi sarapan" Ajak Irene sambil melepas celemek yang di kenakannya. Suho mengerti langsung bergegas bergabung di meja makan.

Setelah Sarapan dan obrolan ringan selesai, Saina masuk kedalam kamarnya untuk mandi pagi. Tapi sebelum itu langkahnya terhenti. Melihat gorden jendela yang terhembus angin dan cahaya terang dari jendela itu. Saina segera membuka jendela itu dan membiarkan angin pagi berhembus mengenai rambutnya.

"Sepertinya hari ini akan berjalan dengan baik" Gumam Saina.

---

Saina siap memulai harinya, menggunakan baju baru yang ia beli minggu lalu dan juga memakai riasan tipis di wajahnya serta menata rambutnya dengan rapih terurai setelah itu ia turun untuk berpamitan.

"Buset, mau kemane lu? rapi amat. Biasanya kaya gembel pinggir jalan" Ujar Yudis yang sedang main PlayStation miliknya.

"YAILAH BIARIN AJA, DARI PADA LU KY OM OM PENGANGGURAN" Balas Saina dengan sengaja meninggikan suaranya.

"Apasih kalian ini?" Saut Irene.

"Mi, Papi pamit ke kantor dulu. Ada urusan mendadak" Kaya Suho yang kelihatannya sedang buru-buru.

"Mi, aku juga mau pamit. Mau pergi sama Silvi, Lara, Naya, Jaevan, Jojo, Asa" Izin Saina dengan senyum lebar.

"Mau bareng Papi gak? biar sekalian" Jawab Suho.

"Gak usah, Papi udah tua pasti gak tau tempat nongkrong" Ejek Saina.

"Ck, tua-tua gini Papi tau trend ya! lagian pasti ke rumah Silvi kan?" Jawab Suho tidak terima.

"Yaudah si orang Papi juga lagi  buru-buru" Jawab Saina malas.

"Udah-udah, inget ya Saina hati-hati dan jangan pulang malem-malem okay?" Kata Irene.

"SIAP MAMII" Jawab Saina penuh semangat.

"Yaudah Papi berangkat dulu udh keburu-buru nih, Assalamualaikum" Pamit Suho di susul Saina.

Suho bergegas pergi menggunakan mobil hitamnya. Lalu Saina tentu sudah ada yang menjemputnya.

"Jo maap ya lama" Kata Saina berlari ke arahnya.

"Aelah udah biasa gue mah" Jawab Jojo malas.

"TANTE PAMIT YA, ASSALAMUALAIKUM" Teriak Jojo.

"WAALAIKUMSALAM, HATI-HATI" Jawab irene.

---

Seperti biasa hari ini pun Harsa bangun pagi dan melakukan rutinitas seperti hari lainnya. Setelah sarapan ia langsung pergi. Rencana hari ini ia ingin mencari pekerjaan sampingan, dengan begitu ia tidak perlu menghabiskan waktu lama di rumahnya.

Harsa sudah siap, ia menganakan kemeja yang di setrika halus juga celana kainnya dan menata rambutnya lalu segera pergi.

Harsa berjalan kaki menuju coffee shop, toko bunga, dan penyewaan buku untuk melamar pekerjaan. Namun sudah pukul 12.00 Harsa belum juga di terima kerja. Ia membeli minuman di supermarket lalu istirahat sebentar.

"Arsa?"

Lamunannya buyar begitu ada sumber suara yang familiar masuk ketelinganya. Harsa menoleh ke sumber suara itu, Saina. 'Kenapa dia disini?' Batin Harsa.

"Hai, inget aku kan? Saina temen sekelas" Jelas Saina karena ia rasa Harsa melupakannya.

"Ngapain di sini?" Tanya Harsa.

"Main ke rumah Silvi sama yang lain juga" Jawab Saina. Di balas anggukan oleh Harsa.

"Kalo kamu?" Tanya Saina ragu.

"Baru cari pekerjaan" Jawab Harsa.

"Ohhh, kalo gitu SEMANGAT ARSA!" Ujar Saina di sertai senyuman. Harsa hanya diam memandanginya.

"Yaudah aku masuk dulu" Lanjut Saina memasuki supermarket.

Saina mengambil beberapa makanan ringan dan juga minuman lalu segera ia bayar. Setelah keluar supermarket ia berniat memberi minuman untuk Harsa namun lelaki yang ia cari itu tidak ada, rupanya Harsa sudah pergi.

---

Makasihh ya buat yang udah nungguin lamaa, sekali lagi makasii dan juga aku minta maaf.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STILL LIFE - HARUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang