Prolog

7 3 1
                                    

“Gue Rendy.”

Bella sontak menghentikan langkahnya, sedikit terkejut kala melihat kehadiran seorang lelaki yang menghadang jalannya saat ia baru saja keluar dari kelas. "Lo siapa?"

"Tadi gue barusan bilang, gue Rendy."

"Oh," Bella melirik ke arah teman-temannya. "Oke," katanya, lalu ia kembali melangkahkan kakinya, meninggalkan lelaki itu di depan kelasnya.

Namun sebuah tangan menarik pergelangan tangannya, dan membawa ia melewati lorong- lorong kelas yang ramai karena jam pulang. Tubuh Bella tertabrak ke sana kemari, hampir jatuh, namun si penarik tampaknya tak peduli dan terus melangkah seraya menyeretnya.

Bella menarik paksa tangannya, sedikit meringis karena sakit. "Lo apa-apaan sih? Main tarik-tarik gue aja. Tangan gue sakit, dan juga, gue nggak kenal lo siapa. Lo mau bawa gue ke mana?"

"Pulang sama gue."

"Hah?!" Bella meringis tajam. "Pulang sama lo? Gue? Lo siapa?!"

"Rendy, gue tadi udah bilang." Lelaki berjaket hitam dengan logo burung elang dan ular di kantung depannya itu kembali menarik pergelangan tangan Bella, namun kali ini, Bella berhasil menghindar dan melangkah sejauh yang ia bisa dari Rendy.

"Lo mau nyulik gue?! Tolong-"

"Bel, Bel, sstt." Seseorang lain tiba-tiba datang, dia adalah Devan, teman sekelas Bella, jaket yang dipakai lelaki itu sama persis dengan Rendy dan Bella baru sadar akan hal itu. "Dia Rendy, anak IPS B1, ketua Crown'd, sorry-sorry."

"Kenapa lo yang minta maaf?" Bella mendengus, dia menatap tajam ke arah Rendy yang hanya memasang ekspresi datar tanpa rasa bersalah. "Dia yang harusnya minta maaf, gatau siapa, seenaknya aja tarik-tarik tangan gue."

"Ren, minta maaf."

Rendy tampak melirik ke arah Devan, karena posisi lelaki itu adalah wakil ketua, maka Rendy tak akan marah karena sudah diperintah. "Sorry," katanya singkat, padat, dan tidak jelas, lalu kembali menarik pergelangan tangan Bella, namun Devan mencegahnya kali ini.

“Temen lo mau nyulik gue, Dev!"

"Gue nggak mau nyulik lo," ucap Rendy, intonasi bicaranya benar-benar datar. "Gue cuma mau balik bareng lo."

"Dan gue menolak!" Bella mendengus keras, lalu membetulkan letak tasnya yang sempat melorot itu, lantas melangkah pergi dengan cepat dari sana.

Rendy hendak menahannya, namun lagi-lagi Devan menghentikannya. Pria itu menarik pergelangan tangan Rendy yang hendak mengikuti Bella. "Lo kenapa sih, Ren? Tiba- tiba deketin Bella? Gue udah bilang, anak-anak di kelas gue nggak boleh dijadiin mainan lo!"

"Gue suka dia, si Bella."

"Hah?!" Devan mengerjap, ia sungguh tak percaya seorang Rendy ketua Crown'd mengatakan suka pada seseorang sesantai ini, lelaki yang tak pernah tertarik pada siapapun selama Martin mengenalnya. "Lo...suka Bella? Kok bisa?"

Rendy mengangkat bahunya. “Gue juga gatau."

"Bro," Devan pijat pangkal hidungnya. "Kalau lo emang serius suka sama Bella, silahkan, gue nggak masalahin itu, tapi lo nggak bisa gitu juga. Lo maksa gitu, yang ada Bella jadi takut."

"Tapi biasanya cewek yang gue gituin, mereka seneng."

"Ya karena mereka suka sama lo! Seneng ajalah mereka lo tarik-tarik kaya tadi, kalau Bella enggak."

"Bella ga suka sama gue?"

Devan terkekeh. "Ga semua orang harus suka sama lo, Ren."

Rendy mengernyit, ia sudah akan melangkah pergi, namun lagi-lagi Devan menahannya. "Mau ke mana lo? Jangan paksa Bella."

"Gue mau balik ke rumah."

"Tumben langsung balik?"

"Mau mandi, mau ke rumah Bella."

Devan ternga-nga. "Lo tau emangnya rumah Bella di mana?"

Rendy mengangguk dengan santai. "Tau, gue ikutin dia selama seminggu ini."

"Gila!" Suara Bella menggema di lorong sekolah, sampai beberapa murid yang belum pulang sontak menoleh ke arah mereka berdua dengan raut penasaran. "Lo kaya orang cabul, anjing!"

Namun Rendy tak peduli, ia lantas kembali melangkahkan kakinya menuju parkiran motor.






-TBC

• Rendyansyah Erlangga

• Aluna Rabella Viona

• Devano Zeo Alghafa

SinestesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang