"Jadi nilai X itu dari-" Bella menghela napas, kala melihat Rendy malah tertidur dengan menyanggah kepalanya di atas meja. Namun alih-alih marah, Bella malah ikut merebahkan kepalanya, menghadap ke arah Rendy berada.
Ini kali pertama Bella belajar bersama Rendy, dan kali pertama juga ia datang ke markas Crownd. Cukup kaget, sebab markas ini lebih mirip rumah, benar-benar bersih dan terasa nyaman. Bahkan ada dapur dengan peralatan dan bahan masak yang lengkap. Dan tak ada orang lain selain mereka berdua hari ini di sini.
"Kenapa bisa suka sama gue, sih?"
"Emang jatuh cinta butuh alasan?"
Bella menegakkan tubuhnya, ketika kedua mata Rendu terbuka, pipinya bersemu. "L-lo udah bangun?"
"Gue nggak tidur, cuma istirahatin mata aja." Rendy menaikkan sebelah alisnya. "Jadi malu, diliatin Bella."
"A-apaan, sih?!"
Rendy terkekeh, ia lalu ulurkan tangannya. "Sini, tiduran lagi," katanya seraya menepuk-nepuk lengannya.
Bella menurut, ia kembali merebahkan kepalanya, kali ini menjadikan lengan Rendy sebagai bantal. Keduanya saling menatap, cukup lama, sebelum akhirnya saling melempar senyuman.
Sebelah tangan Rendy yang lain kini terulur untuk singkirkan rambut poni Bella yang tampak memanjang. "Kenapa lo bisa secantik dan semanis ini sih, Bel?"
"Gatau."
Devra mendengus geli. "Cantik. Cantik banget" Dan kini tangannya mengusap lembut pipi Bella. "Pengen cium lo, Bel, tapi belum jadi pacar."
Pipi Bella bersemu lagi.
"Cepet suka sama gue, dong."
"Kok maksa?"
"Pengen milikin lo soalnya."
Bella mendengus, namun bibirnya tetap tersenyum. la pejamkan mata, usapan Rendy pada pipinya membuat ia mengantuk.
"Bel...."
"Hm?"
"Boleh gue cium lo sebelum pacaran nggak, sih?"
Bella kembali membuka matanya. "Kemarin 'kan udah."
"Tapi itu kecupan, mana bentar doang juga."
Bella terkekeh, dan ketika jemari Rendy kini mulai bergerak di area bibirnya, Bella menahan pergelangan tangan Rendy, dan menjauhkan dari wajahnya. "Besok, deh."
"Apanya yang besok?"
"Jadi pacarnya."
"Hah?!" Rendy tiba menegakkan tubuh, sampai membuat kepala Bella terhentak meja karena tangannya yang jadi bantal juga ikut ditarik. "Eh, maaf-maaf." Lantas Rendy buru-buru mengusap kepala Bella dengan sayang.
"Sakit tau."
"Iya, maaf. Tapi tunggu! Ini lo mau jadi pacar gue nya besok, nih?"
Bella mengangkat kedua bahunya, dengan senyuman malu-malu. Lalu kembali merebahkan kepalanya dengan posisi membelakangi Rendy.
"Bel...." Rendy menggeser duduknya, lalu melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Bella sampai si empunya berjengit kaget. "Hari ini aja, ya?"
Kepala Bella menggeleng. la berusaha untuk menjauh dari Rendy, namun pelukan itu terlalu erat.
"Bel, calon pacar aku, liat sini, dong."
"Apaan, sih? Aku?"
Rendy tersenyum gemas. "Aku kamu lebih lucu buat kita, Bel."
Bella melirik ke belakang, bibirnya terus menahan sebuah senyuman.
"Bel...."
"Aku mau balik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinestesia
Fiksi RemajaNiat Rendy untuk mendekati dan menjadikan Bella sebagai pacar itu sungguh-sungguh dari dalam hatinya, tapi sang gadis yang ia dekati malah berpikir jika Rendy hanya menjadikannya taruhan. Rendyansyah Erlangga. Rendy tidaklah menyerah untuk mendapatk...